Dari Hojicha hingga Genmaicha, Jelajahi Roasted Tea Asal Jepang

Teh Jepang selalu punya daya tarik tersendiri, dari rasa hingga proses pembuatannya yang sarat tradisi. Di antara beragam jenis teh hijau, roasted tea atau teh panggang menawarkan cita rasa unik yang berbeda dari teh hijau biasa. Aroma smoky, rasa hangat, dan keunikan prosesnya membuat roasted tea semakin populer di kalangan pecinta teh.
Yuk, kenali lebih jauh ragam roasted tea asal Jepang dan temukan apa yang membuatnya istimewa!
1. Hojicha, teh hijau dengan aroma smoky yang kuat

Hojicha adalah salah satu roasted tea paling populer dari Jepang. Berasal dari Kyoto pada awal abad ke-20, hojicha diciptakan sebagai cara untuk memanfaatkan daun teh berkualitas rendah dengan memanggangnya. Proses ini menghasilkan rasa ringan dengan aroma kacang dan sedikit smoky. Warna teh ini berubah menjadi cokelat keemasan, berbeda jauh dari teh hijau pada umumnya.
Proses pembuatan hojicha dilakukan dengan memanggang daun teh hijau, biasanya sencha atau bancha di atas suhu tinggi. Pemanggangan ini tidak hanya memberikan aroma khas, tetapi juga menurunkan kadar kafein, sehingga hojicha cocok dinikmati kapan saja, termasuk di malam hari. Selain sebagai minuman, hojicha juga sering digunakan sebagai bahan baku dessert seperti latte atau es krim.
2. Genmaicha, perpaduan teh dan beras panggang

Genmaicha dikenal sebagai popcorn tea karena mengandung beras panggang yang terkadang meletup seperti popcorn saat diproses. Teh ini berasal dari praktik masyarakat Jepang kuno yang mencampur teh hijau dengan beras panggang untuk menekan biaya, sehingga genmaicha sering disebut teh rakyat.
Rasa genmaicha sangat khas dengan perpaduan aroma teh hijau yang segar dan kacang dari beras panggang. Proses pembuatannya cukup sederhana, daun teh hijau biasanya bancha dicampur dengan beras yang telah dipanggang hingga kecokelatan. Kandungan kafeinnya rendah, membuatnya cocok sebagai minuman santai, baik panas maupun dingin.
3. Kyobancha, teh tradisional dari Kyoto

Kyobancha adalah teh panggang khas Kyoto yang memiliki sejarah panjang, terutama sebagai teh musim semi. Dibuat dari daun teh tua yang dipanen di akhir musim, kyobancha biasanya digunakan sebagai teh sehari-hari oleh penduduk Kyoto. Aromanya smoky, namun rasa tehnya tetap ringan dan tidak pahit.
Proses pembuatan kyobancha melibatkan pemanggangan daun teh yang besar dan kering tanpa digulung, berbeda dari teknik pengolahan teh hijau lainnya. Karena berasal dari daun tua, kyobancha memiliki kadar kafein yang sangat rendah. Teh ini sering dinikmati sebagai minuman santai, terutama setelah makan.
4. Kamairicha, teh hijau yang dipanggang dalam wajan

Kamairicha adalah teh hijau yang tidak melalui proses pengukusan, melainkan dipanggang dalam wajan. Metode ini berasal dari Kyushu dan terinspirasi dari teknik pengolahan teh Cina. Kamairicha menawarkan rasa lembut dengan aroma sedikit kacang dan lebih earthy dibandingkan teh hijau kukus.
Proses pembuatannya melibatkan pemanggangan daun teh segar dalam wajan besar untuk menghentikan oksidasi. Karena proses ini, kamairicha memiliki rasa yang tidak terlalu tajam, menjadikannya favorit bagi mereka yang mencari rasa teh yang ringan. Teh ini sering dinikmati dalam keadaan panas, memberikan pengalaman minum teh yang hangat dan menenangkan.
Selain unik, roasted tea juga kaya manfaat. Proses pemanggangan menurunkan kadar kafein dan senyawa pahit pada teh, membuatnya ramah bagi lambung. Kandungan antioksidan pada teh ini tetap tinggi, membantu melawan radikal bebas dan menjaga kesehatan tubuh.
Roasted tea khas Jepang adalah bukti betapa kaya dan beragamnya tradisi teh di Negeri Sakura. Dari hojicha yang smoky hingga genmaicha yang menghangatkan, setiap jenis roasted tea menawarkan pengalaman yang berbeda. Kalau kamu ingin mencoba teh dengan rasa unik dan aroma khas, roasted tea bisa jadi pilihan menarik untuk menjelajahi budaya Jepang melalui secangkir teh. Jadi, teh mana yang ingin kamu coba duluan?