Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi mie ayam (commons.wikimedia.org/Ians Takezo)

Tak sedikit orang masih mengira mie ayam dan bakmi ayam merupakan satu menu yang sama. Padahal, baik mie ayam atau bakmi ayam punya perbedaan mencolok jika diperhatikan lebih teliti. Kesamaan bahan dasar sering kali membuat dua hidangan ini dianggap identik meski secara tampilan hingga rasa, keduanya punya ciri khas masing-masing. Perbedaan makanan ini bukan hanya soal nama, tapi juga menyangkut budaya makan, preferensi rasa, dan karakteristik kuah maupun topping yang digunakan.

Kamu yang pernah memesan mie ayam di warung, lalu mendapat sajian berbeda saat mencoba bakmi ayam di restoran, mungkin sempat bertanya-tanya kenapa penampilannya tidak serupa. Agar tidak bingung lagi saat memilih di menu, mengenal detail perbedaannya bisa membantu kamu lebih menikmati tiap suapan. Berikut ulasan tentang lima perbedaan mie ayam dan bakmi ayam.

1. Penyajian kuah mie ayam dan bakmi ayam punya perbedaan signifikan

ilustrasi bakmi ayam (commons.wikimedia.org/Midori)

Salah satu hal pertama yang paling mudah dikenali saat melihat mie ayam dan bakmi ayam ada pada kuahnya. Pada mie ayam, kuah biasanya disiram langsung ke dalam mangkuk mie atau disajikan bersamaan dengan topping. Hasilnya, mie terlihat lebih basah dengan rasa yang langsung tercampur antara bumbu, kaldu, dan ayam. Ini jadi ciri umum mie ayam di banyak warung kaki lima, terutama di Jawa.

Sementara itu, bakmi ayam umumnya disajikan dengan kuah terpisah bukan dituang secara langsung. Kuah bening atau kaldu diletakkan di mangkuk kecil yang berbeda, biasanya untuk diseruput secara bergantian. Cara menyajikan bakmi ayam juga memberi kesempatan pada penikmat setianya untuk menentukan seberapa banyak kuah yang ingin dituangkan ke dalam hidangan. Dari sisi pengalaman makan, bakmi ayam terasa lebih ringan dan fleksibel dalam hal rasa karena tidak langsung tercampur.

2. Tekstur mie memengaruhi sensasi saat dikunyah

ilustrasi mie ayam (vecteezy.com/ida Walyatun)

Mie yang digunakan pada mie ayam biasanya jauh lebih tebal dan punya tekstur kenyal, bahkan kadang sedikit bergelombang. Jenis mie ini sering digunakan di warung kaki lima karena mudah menyerap bumbu dan lebih cocok untuk sajian cepat saji. Ketika disantap, teksturnya memberikan kesan lebih padat dan mengenyangkan, apalagi bila dimakan dengan kuah hangat yang kental.

Sebaliknya, bakmi ayam justru lebih sering memakai tipe atau jenis mie yang lebih tipis, halus, dan bentuknya cenderung lurus. Mie ini biasanya diolah lebih lama agar tidak mudah lembek dan cocok disajikan tanpa kuah langsung. Teksturnya terasa lebih lembut di mulut, cocok untuk penyajian bergaya oriental atau restoran dengan standar tertentu. Bagi beberapa orang, bakmi ayam terasa lebih halus dan ringan saat dikunyah dibanding mie ayam biasa.

3. Rasa bumbu menentukan karakter tiap hidangan

ilustrasi bakmi ayam (vecteezy.com/Ivan Effendi)

Bumbu yang digunakan untuk membuat mie ayam lebih condong ke rasa gurih manis yang identik dengan bumbu khas Jawa. Minyak ayam, kecap manis, dan sedikit merica mendominasi rasa dasar. Ditambah dengan sambal, acar, dan kadang kerupuk; membuat mie ayam terasa kompleks, tapi tetap familiar. Rasa manis yang muncul di awal sering jadi penanda khas mie ayam dibanding olahan mie lain.

Di sisi lain, bakmi ayam lebih mengarah ke bumbu yang ringan dan cenderung asin-gurih. Penggunaan minyak wijen atau minyak ayam tanpa campuran kecap membuat rasa mie lebih menonjol. Kaldu yang disajikan terpisah pun biasanya bening dengan rasa ayam yang kuat, tanpa tambahan rasa manis. Ini membuat bakmi ayam terasa lebih clean dan sederhana, cocok bagi yang ingin menikmati rasa mie secara lebih murni.

4. Cara penyajian topping memberi nuansa berbeda

ilustrasi mie ayam (commons.wikimedia.org/Adhi Kurniawan)

Topping yang ada pada mie ayam sering kali disiram di atas mie secara langsung, terdiri dari potongan ayam kecap dan sawi. Kadang ada tambahan ceker, pangsit, atau bakso, tergantung warung yang menyajikan. Presentasinya tidak terlalu diatur, tapi tetap menggugah selera karena tampilannya yang padat dan berwarna.

Sementara bakmi ayam biasanya disajikan lebih rapi. Potongan ayam diletakkan di satu sisi, sawi disusun di sisi lain, dan mie dibiarkan bersih di bagian tengah. Gaya penyajian ini mengikuti standar restoran atau kedai bakmi yang lebih mengutamakan estetika. Walaupun sama-sama menggunakan ayam dan sayur, penyusunan yang rapi memberi kesan lebih premium pada bakmi ayam dibanding mie ayam.

5. Lingkungan makan memengaruhi pengalaman menyantap

ilustrasi bakmi ayam (vecteezy.com/Amien Rahmat Noprianto Yusuf)

Mie ayam lebih mudah ditemukan di gerobak keliling, warung tenda, hingga kaki lima di gang-gang pemukiman. Harga mie ayam biasanya lebih terjangkau, porsinya banyak, dan suasana makannya cenderung santai. Bagi banyak orang, mie ayam bukan sekadar makanan, tapi juga bagian dari nostalgia dan kebiasaan sehari-hari yang lekat dengan suasana jalanan. Apabila dibungkus mie ayam kerap dibungkus dengan plastik bening. 

Sebaliknya, bakmi ayam lebih sering disajikan di restoran, kedai khusus mie, atau tempat makan yang sedikit lebih formal. Harganya bisa lebih tinggi, tapi pengalaman makannya pun berbeda. Lingkungan yang lebih tenang, penyajian yang rapi, serta pelayanan yang tertata membuat bakmi ayam terasa lebih eksklusif.  Saat dibungkus untuk dibawa pulang, bakmi ayam biasanya dibungkus menggunakan kertas cokelat barulah kuahnya dibungkus dalam plastik kecil yang terpisah.

Sekilas memang mie ayam dan bakmi ayam memang tampak serupa, tapi keduanya punya perbedaan penting yang bisa memengaruhi cara kamu menikmati hidangan lezat ini. Mulai dari kuah, tekstur mie, bumbu, hingga suasana makan, semua faktor itu membentuk pengalaman kuliner yang berbeda. Mengetahui perbedaan makanan ini bisa membantu kamu menentukan pilihan yang paling sesuai dengan selera.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team