Kenapa Kopi Susu Kini Lebih Populer daripada Cappuccino?

- Kopi susu lebih disukai karena rasa manis yang seimbang dan mudah diterima oleh lidah masyarakat luas.
- Harga kopi susu lebih terjangkau dan variatif, memungkinkan siapa pun untuk menikmatinya setiap hari tanpa khawatir soal biaya.
- Bisnis kopi susu lebih mudah dikembangkan oleh pelaku lokal karena tidak membutuhkan alat mahal dan mendorong inovasi tanpa batas dalam dunia kopi lokal.
Kopi susu semakin mudah ditemukan di mana pun, mulai dari warung pinggir jalan sampai kafe modern di pusat kota. Minuman berbahan dasar kopi dan susu ini tampaknya punya tempat tersendiri di hati banyak orang. Meski cappuccino lebih dulu dikenal sebagai minuman kopi yang elegan dan beraroma kuat, popularitasnya perlahan tergeser oleh kesederhanaan dan rasa familiar dari kopi susu.
Dalam beberapa tahun terakhir, kopi susu bahkan menjadi identitas baru bagi tren minum kopi generasi muda yang mencari keseimbangan rasa antara pahit dan manis. Di balik popularitasnya, kopi susu punya keunggulan yang membuatnya lebih diterima secara luas dibandingkan cappuccino. Berikut lima alasan yang menjawab kenapa kopi susu lebih populer daripada cappuccino.
1. Masyarakat Indonesia menyukai rasa manis yang seimbang

Kebiasaan minum kopi di Indonesia cenderung dekat dengan rasa manis, bukan rasa kopi yang terlalu kuat atau pahit. Kopi susu menjawab kebutuhan ini dengan menghadirkan kombinasi rasa yang seimbang antara pahit dari kopi dan manis dari susu atau gula aren. Itulah yang membuatnya lebih mudah diterima oleh lidah masyarakat luas, dari berbagai usia dan latar belakang.
Berbeda dengan cappuccino yang cenderung mempertahankan karakter kopi yang kuat dan berbusa tebal di atasnya, kopi susu terasa lebih membumi. Bagi banyak orang yang tidak terbiasa dengan cita rasa kopi murni, kopi susu menawarkan kompromi yang nyaman. Hal ini membuat kopi susu tampil sebagai pilihan utama, terutama bagi mereka yang baru mulai mencoba minum kopi.
2. Harga kopi susu lebih terjangkau dan variatif

Kopi susu bisa dinikmati dengan harga yang lebih ramah di kantong tanpa harus mengorbankan cita rasa. Banyak kedai kopi lokal menghadirkan kopi susu dalam berbagai ukuran dan harga fleksibel. Ini memberi ruang bagi siapa pun, dari pelajar hingga pekerja kantoran, untuk menikmati kopi setiap hari tanpa khawatir soal biaya.
Sementara itu, cappuccino biasanya dijual dengan harga lebih tinggi, karena dianggap sebagai minuman bergaya Italia yang lebih premium. Proses penyajiannya juga lebih kompleks, karena membutuhkan mesin espresso dan teknik khusus dalam membuat foam susu. Perbedaan ini membuat cappuccino terasa lebih eksklusif, tapi juga kurang relevan dengan kebiasaan harian masyarakat yang mengutamakan efisiensi.
3. Bisnis kopi susu lebih mudah dikembangkan oleh pelaku lokal

Tren kopi susu yang tumbuh pesat di Indonesia tidak lepas dari peran pelaku usaha kecil dan menengah yang mengembangkan produk ini secara kreatif. Banyak UMKM dan juga merek lokal memproduksi kopi susu dengan berbagai racikan khas andalan mereka, mulai dari tambahan gula aren, pandan, hingga rasa-rasa kekinian, seperti rum regal. Hal ini mendorong munculnya inovasi tanpa batas dalam dunia kopi lokal.
Karena tidak membutuhkan alat mahal, seperti mesin espresso untuk membuat cappuccino, modal usaha kopi susu pun relatif lebih rendah. Siapa saja bisa memulai bisnis kopi susu dengan bahan sederhana, selama cita rasa yang ditawarkan konsisten dan menarik. Ini membuat kopi susu tidak hanya diminati konsumen, tapi juga menjadi ladang usaha yang terus berkembang.
4. Gaya hidup anak muda mendorong tren kopi susu

Generasi muda juga memiliki andil cukup krusial dalam membentuk tren minum kopi. Anak-anak muda yang aktif di media sosial cenderung mencari minuman yang enak, terjangkau, dan juga menarik secara visual. Kopi susu memenuhi semua kriteria ini, apalagi jika disajikan dalam botol estetik atau gelas bening yang memperlihatkan gradasi warnanya.
Cappuccino memang klasik, tapi tidak selalu cocok dengan gaya konsumsi modern yang lebih praktis dan cepat. Kopi susu lebih mudah dibawa ke mana-mana, bisa diminum saat bekerja, belajar, atau bahkan saat dalam perjalanan. Faktor ini pulalah yang membuat kopi susu lebih relevan dengan ritme hidup serbacepat yang dijalani oleh generasi muda masa kini.
5. Cita rasa lokal kopi susu lebih dekat dengan budaya minum kopi tradisional

Indonesia sudah lama memiliki budaya minum kopi, bahkan sebelum tren kafe modern masuk. Minuman seperti kopi tubruk hingga kopi hitam yang dijual di warung menjadi bagian dari keseharian. Kopi susu modern bisa dilihat sebagai bentuk evolusi dari tradisi tersebut, dengan pendekatan rasa yang tetap akrab namun tampil lebih kekinian.
Cappuccino tidak punya akar budaya yang kuat di Indonesia. Ia lebih mewakili budaya kopi luar negeri yang tidak selalu cocok dengan cara minum kopi orang lokal. Sementara kopi susu hadir sebagai jembatan antara gaya minum kopi tradisional dan juga modern, tetapi tetap mempertahankan elemen-elemen rasa yang sudah akrab sejak dulu tapi dengan tampilan dan kemasan yang lebih sesuai zaman.
Kopi susu bukan sekadar minuman, tapi sudah menjadi bagian dari gaya hidup yang menyatu dengan selera dan budaya masyarakat Indonesia. Sementara itu, cappuccino punya tempatnya sendiri dalam dunia kopi internasional, kopi susu menjawab kebutuhan sehari-hari dengan cara yang lebih praktis, murah, dan akrab. Tak heran jika kopi susu kini jauh melampaui popularitas cappuccino, terutama di pasar lokal.