Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi sate kambing (unsplash.com/Syauqy Ayyash)

Mungkin kamu pernah bertanya-tanya, kenapa begitu banyak hidangan khas Jawa yang manisnya mendominasi? Apakah itu hanya kebetulan atau ada alasan mendalam di balik rasa tersebut ini? 

Rasa manis dalam makanan khas Jawa memiliki akar yang dalam dan menarik untuk ditelusuri. Kebiasaan ini gak hanya sekadar kebetulan, melainkan mengandung alasan historis, budaya, dan bahan-bahan lokal yang saling berpadu.

Faktor ekonomi dan sosial juga memainkan peran dalam pola rasa yang berkembang. Dengan memperhatikan elemen-elemen ini, kita bisa memahami lebih dalam mengapa rasa manis begitu mendominasi di dalam berbagai makanan Jawa.

1. Diperkaya oleh adanya gula aren

ilustrasi gula aren (freepik.com/jcomp)

Jika diperhatikan, cukup banyak makanan khas Jawa yang dibuat dengan tambahan gula aren. Sejarah penggunaan gula aren di dalam makanan Jawa melibatkan warisan tradisi dan praktik pengolahan bahan makanan yang telah berlangsung selama berabad-abad.

Penggunaan gula aren dalam makanan Jawa diwariskan dari generasi ke generasi. Seiring pertanian kelapa yang berkembang di wilayah tersebut, masyarakat Jawa memanfaatkan potensi pohon aren untuk diambil niranya. Nira atau cairan yang diperoleh dari batang bunga kelapa kemudian diolah menjadi gula aren melalui proses perebusan dan penyaringan.

Meskipun gula aren di dalam gudeg berpadu dengan berbagai rempah, tapi rasa manisnya tetap mendominasi. Dua kue tradisional, yakni klepon dan cenil, diisi gula aren cair yang meleleh saat digigit. Secara keseluruhan, gula aren bukan hanya pemanis, tetapi juga menjadi bahan yang menciptakan identitas cita rasa khas pada banyak makanan Jawa.

2. Mengandung makna simbolis

Editorial Team

Tonton lebih seru di