Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Makanan Khas yang Disajikan Selama Perayaan Waisak

ilustrasi bubur abang dan putih (instagram.com/majalahrasa)
Intinya sih...
  • Perayaan Waisak adalah momen sakral bagi umat Buddha di seluruh dunia
  • Bubur abang dan bubur putih melambangkan keseimbangan, kekuatan, kesucian, dan ketenangan
  • Kue dadar gulung, nasi kuning, lontong sayur, dan manisan buah juga memiliki makna simbolis dan kultural yang dalam

Perayaan Waisak adalah momen yang sakral dan penuh makna bagi umat Buddha di seluruh dunia. Selain kegiatan keagamaan seperti meditasi dan puja bhakti, makanan juga menjadi bagian penting dari perayaan ini.

Beberapa makanan khas disajikan selama Waisak untuk melambangkan kesederhanaan, kemurahan hati, dan penghormatan terhadap kehidupan. Berikut adalah lima makanan khas yang sering disajikan selama perayaan Waisak.

1. Bubur abang dan bubur putih

ilustrasi bubur abang dan putih (instagram.com/_nuraini_whd832)

Di beberapa wilayah di Indonesia, khususnya Jawa, bubur abang (merah) dan bubur putih adalah makanan yang sering disajikan selama perayaan Waisak.

Makna simbolis: Bubur abang dan bubur putih melambangkan keseimbangan antara unsur api dan air, serta antara tubuh dan roh. Warna merah melambangkan kekuatan dan keberanian, sedangkan warna putih melambangkan kesucian dan ketenangan.

Bahan dan cara membuat: Bubur ini terbuat dari beras yang dimasak dengan santan dan diberi pewarna alami seperti gula merah untuk bubur abang dan santan kental untuk bubur putih.

2. Kue dadar gulung

ilustrasi dadar gulung (instagram.com/samasamahaarlem)

Kue dadar gulung adalah makanan manis yang sering ditemukan pada perayaan Waisak di Indonesia.

Makna kultural: Kue dadar gulung melambangkan persatuan dan kerukunan. Bentuknya yang digulung mencerminkan kebersamaan dan keutuhan keluarga serta komunitas.

Bahan dan cara membuat: Kue ini terbuat dari tepung terigu, santan, dan daun pandan yang memberikan warna hijau alami. Isian kue biasanya adalah kelapa parut yang dimasak dengan gula merah.

3. Nasi kuning

ilustrasi nasi kuning (instagram.com/camerakuliner)

Nasi kuning adalah hidangan yang sering disajikan dalam berbagai upacara dan perayaan, termasuk Waisak.

Makna simbolis: Warna kuning pada nasi melambangkan kekayaan, keberuntungan, dan kebahagiaan. Nasi kuning juga dianggap sebagai simbol penghormatan dan rasa syukur.

Bahan dan cara membuat: Nasi kuning dibuat dengan memasak beras dengan kunyit, santan, dan rempah-rempah seperti serai dan daun salam. Biasanya disajikan dengan berbagai lauk seperti ayam goreng, telur, dan sambal.

4. Lontong sayur

ilustrasi lontong sayur (instagram.com/irenedony)

Lontong sayur adalah hidangan populer yang disajikan selama perayaan Waisak di beberapa daerah di Indonesia.

Makna kultural: Lontong sayur melambangkan keberagaman dan kekayaan budaya kuliner Indonesia. Hidangan ini mencerminkan kebersamaan dan kerukunan antarumat.

Bahan dan cara membuat: Lontong dibuat dari beras yang dimasak dan dibungkus dalam daun pisang, kemudian disajikan dengan sayur labu siam, tahu, tempe, dan telur dalam kuah santan.

5. Manisan buah

ilustrasi manisan buah (instagram.com/sinyokuliner)

Manisan buah adalah makanan penutup yang sering ditemukan selama perayaan Waisak, terutama di komunitas Buddha di Asia.

Makna simbolis: Manisan buah melambangkan kesederhanaan dan penghormatan terhadap alam. Buah-buahan yang dijadikan manisan melambangkan kemakmuran dan keberlimpahan.

Bahan dan cara membuat: Berbagai jenis buah seperti mangga, pepaya, dan nanas dipotong-potong, kemudian direndam dalam larutan gula dan air hingga manis dan awet. Manisan buah ini sering disajikan sebagai makanan penutup atau camilan.

Perayaan Waisak tidak hanya dirayakan dengan ritual keagamaan dan meditasi, tetapi juga dengan menyajikan berbagai makanan khas yang penuh makna simbolis dan kultural. Bubur abang dan bubur putih, kue dadar gulung, nasi kuning, lontong sayur, dan manisan buah adalah lima contoh makanan yang sering disajikan selama perayaan ini. Makanan-makanan ini tidak hanya menggugah selera, tetapi juga memperkaya pengalaman spiritual dan budaya perayaan Waisak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us