Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Kesalahan Umum saat Melakukan Bulking, Jangan Sampai Gagal!

ilustrasi latihan di gym (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
Intinya sih...
  • Bulking adalah fase penting dalam dunia fitness untuk menambah massa otot dengan strategi yang matang.
  • Makan terlalu banyak kalori tanpa kontrol dapat menyebabkan penumpukan lemak berlebihan selama bulking.
  • Kualitas makanan, volume dan intensitas latihan, serta tidur yang cukup memegang peran penting dalam keberhasilan bulking.

Bulking adalah fase penting dalam dunia fitness yang bertujuan untuk menambah massa otot dengan meningkatkan asupan kalori. Fase ini sering dianggap sebagai periode bebas makan apa saja untuk menambah massa otot sebanyak-banyaknya. Namun, pendekatan ini justru bisa berujung pada penumpukan lemak berlebihan dan masalah kesehatan jika tidak dilakukan dengan tepat.

Kesalahan saat bulking seringkali berasal dari kurangnya pemahaman tentang keseimbangan nutrisi, volume latihan, dan manajemen gaya hidup. Alih-alih sekadar makan sebanyak mungkin, fase ini sebenarnya membutuhkan strategi yang matang. Berikut empat kesalahan umum yang sering dilakukan saat bulking dan mengapa penting untuk menghindarinya.

1. Makan terlalu banyak kalori tanpa kontrol

Ilustrasi pria makan salad (freepik.com/freepik)
Ilustrasi pria makan salad (freepik.com/freepik)

Salah satu kesalahan paling umum saat bulking adalah menganggap bahwa semakin banyak kalori yang dikonsumsi, maka pertumbuhan otot akan semakin cepat. Padahal, tubuh hanya mampu membangun otot dalam batas tertentu. Kalori berlebih yang melebihi kebutuhan tubuh untuk sintesis protein dan pemulihan otot justru akan disimpan sebagai lemak. Akibatnya, kenaikan berat badan selama bulking bisa didominasi oleh lemak, bukan otot.

Idealnya, surplus kalori harian cukup berkisar 250–500 kalori di atas kebutuhan dasar. Pemantauan progres mingguan, seperti kenaikan berat badan yang tidak melebihi 0,25–0,5 kg per minggu, dapat membantu menjaga agar hasil bulking tetap bersih. Tanpa kontrol ini, fase cutting berikutnya akan menjadi jauh lebih sulit karena harus menurunkan lemak yang terlanjur menumpuk.

2. Mengabaikan kualitas makanan

Ilustrasi pria makan salad (freepik.com/freepik)
Ilustrasi pria makan salad (freepik.com/freepik)

Mengira bahwa semua makanan sama selama jumlah kalorinya cukup sering jadi jebakan saat bulking. Mengandalkan makanan cepat saji, makanan tinggi gula, atau makanan ultra-proses hanya karena kalorinya tinggi bisa menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi. Tubuh membutuhkan mikronutrien seperti vitamin dan mineral untuk mendukung proses metabolisme, hormon, serta pemulihan otot.

Sumber karbohidrat kompleks, protein berkualitas tinggi, serta lemak sehat harus tetap menjadi prioritas. Makanan seperti nasi merah, daging tanpa lemak, telur, sayuran hijau, dan kacang-kacangan jauh lebih mendukung pertumbuhan otot dibanding hanya mengandalkan kalori dari gorengan atau minuman manis. Selain itu, pola makan yang bersih selama bulking membantu menjaga kesehatan pencernaan dan energi selama latihan.

3. Latihan tidak disesuaikan dengan tujuan bulking

ilustrasi latihan di gym (unsplash.com/Arthur Edelmans)
ilustrasi latihan di gym (unsplash.com/Arthur Edelmans)

Kesalahan berikutnya adalah tidak menyesuaikan volume dan intensitas latihan dengan peningkatan kalori. Meningkatkan asupan energi tanpa meningkatkan rangsangan latihan berarti tubuh tidak akan memiliki alasan untuk membangun otot tambahan. Otot membutuhkan stimulus yang cukup untuk memanfaatkan surplus kalori sebagai bahan pertumbuhan. Latihan dengan volume dan intensitas sama seperti sebelum bulking hanya akan mengubah kelebihan kalori menjadi timbunan lemak.

Selama bulking, fokus latihan sebaiknya berada pada latihan beban progresif yang terstruktur dengan baik. Menambahkan set, repetisi, atau meningkatkan beban secara bertahap dapat membantu memaksimalkan pemanfaatan kalori yang masuk. Selain itu, tetap memasukkan latihan kardio ringan juga penting untuk menjaga kapasitas jantung dan metabolisme tubuh tetap sehat.

4. Kurang tidur dan pemulihan

ilustrasi seorang pria di kasur (pexels.com/cottonbro studio)

Tidur dan pemulihan memegang peran vital dalam keberhasilan bulking. Tanpa tidur yang cukup, produksi hormon penting seperti testosteron dan hormon pertumbuhan bisa terganggu, sehingga memperlambat proses pembentukan otot. Kurang tidur juga dapat meningkatkan kadar kortisol, hormon stres yang bersifat katabolik, alias merusak jaringan otot.

Setidaknya 7–9 jam tidur berkualitas per malam sangat dianjurkan selama fase bulking. Selain itu, pemulihan aktif dan pengaturan jadwal latihan agar tidak berlebihan sangat penting untuk menghindari overtraining. Tubuh butuh waktu untuk memperbaiki serat otot yang rusak selama latihan, dan proses ini tidak akan optimal tanpa tidur dan istirahat yang memadai.

Bulking yang efektif bukan sekadar makan sebanyak mungkin dan mengangkat beban berat. Tanpa strategi yang benar, hasilnya bisa jauh dari harapan dan justru memperburuk komposisi tubuh. Dengan menghindari kesalahan umum di atas, proses bulking bisa menjadi lebih efisien, sehat, dan menghasilkan pertumbuhan otot yang maksimal tanpa penumpukan lemak yang tidak perlu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nabila Inaya
EditorNabila Inaya
Follow Us