5 Jenis Infeksi Berbahaya yang Semakin Mengancam Millennials Saat Ini

Infeksi merupakan suatu gangguan kesehatan pada tubuh manusia yang disebabkan oleh serangan dan perkembangbiakan mikroorganisme biologis alias patogen. Beberapa patogen yang paling sering menyebabkan kondisi ini adalah bakteri, virus, dan parasit yang pada dasarnya nggak berasal dari dalam tubuh.
Nah, infeksi sendiri bisa hanya terjadi pada satu area saja di dalam tubuh, tetapi sangat memungkinkan pula untuk menyebar ke bagian tubuh lainnya melalui peredaran darah. Bila hal ini terjadi, kadar leuokist dalam tubuh akan meningkat dan menyebabkan berbagai reaksi seperti demam.
Jenis infeksi yang ada pun sangat beragam dan dapat menyerang siapa saja. Terutama bagi para millennials dengan gaya hidup dan lingkungan yang khas, yuk lebih berhati-hati menjaga diri dari beberapa jenis infeksi ini.
1. STI (Sexual Transmitted Infection)

Dalam bahasa Indonesianya, penyakit ini lebih sering disebut sebagai PMS alias Penyakit Menular Seksual (juga biasa disebut penyakit kelamin). Dilihat dari namanya, sudah jelas kan, bagaimana cara penularan infeksi ini? Baik secara oral maupun fisik langsung, dua-duanya sama-sama berpotensi menyebarkan STI.
Tidak hanya di Indonesia, dunia pun juga tengah dikhawatirkan dengan infeksi yang paling banyak menjangkiti generasi millennials ini. Selain pergaulan seks bebas, penggunaan jarum suntik bersama pada pengguna narkotika juga menjadi pemicu lainnya. Ada beberapa penyakit yang termasuk dalam kategori infeksi ini, antara lain HIV/AIDS, Klamidia, Herpes Genital, HOV, Gonorrhea, dan sederet lainnya.
2. Hepatitis

Kamu mungkin sudah pernah mendengar Hepatitis A, B, dan C. Sebagai informasi, tiga jenis ini bukanlah menunjukkan tingkat penyakit yang berbeda, melainkan karena memang disebabkan oleh jenis virus yang berbeda.
Hepatitis A boleh dibilang yang paling banyak menyerang kaum mahasiswa perantauan khususnya. Memilih jajan sembarangan untuk menghemat pengeluaran kerap mengabaikan kebersihan makanan. Adapun hepatitis A tidak menimbulkan infeksi kronis dan ditularkan melalui pencemaran pada makanan, minuman, air, dan sanitasi.
Hepatitis B ditularkan melalui darah dan sekitar 95% penularan akut terjadi pada masa persalinan (dari ibu ke anak). Bila dibiarkan, peradangan hati ini bisa berlanjut hingga mencapai kondisi sirosis dan hepatoma. Meski begitu, infeksi ini bisa dicegah dengan vaksinasi.
Hepatitis C kini juga menjadi perhatian. Pertumbuhannya semakin pesat dan telah meningkat tiga kali lipat pada generasi millennials. Penggunaan jarum suntik bersama-sama oleh pengguna narkotika menjadi penyebab utama penyebaran hepatitis C. Meski hubungan seks bukan kategori utama penyebabnya, mereka yang melakukan hubungan dengan beberapa orang juga lebih rawan terjangkit hepatitis C. Selain tiga jenis hepatitis ini, masih ada lagi hepatitis D dan E, tetapi keduanya sangat jarang terjadi.
3. ISPA dan TBC

ISPA merupakaninfeksi yang terjadi pada saluran pernapasan atas. Gangguan kesehatan ini sangat lazim dialami oleh setiap orang baik balita maupun usia senja.
Penyebab utamanya adalah virus seperti Rhino. Gejala yang ditimbulkan antara lain hidung tersumbat, pilek, batuk kering tanpa dahak, sulit bernapas, sakit tenggorokan, dan sakit kepala ringan. Infeksi ini cenderung tidak terlalu bahaya dan dapat sembuh sendiri dalam jangka waktu 1 hingga 2 minggu.
Sementara itu, TBC merupakan infeksi yang jauh lebih parah dan membahayakan. Pasalnya, Indonesia bahkan telah masuk ke dalam tiga teratas negara dengan penderita TBC terbanyak. Adapun selain batuk dan nafsu makan hilang, gejala yang ditimbulkan adalah rasa nyeri pada dada, batuk berdahak yang lama (sekitar 21 hari), hingga batuk berdarah.
4. Otitis

Infeksi telinga menjadi semakin besar risikonya pada generasi millennials yang kian sering menyibukkan diri dengan gadget dan headphone atau headset. Kalau sudah ingin me time, putar saja musik atau video dan menyumbat telinga dengan alat bantu pendengaran ini.
Gejala pada infeksi telinga juga cukup beragam, termasuk yang paling sering adalah rasa nyeri. Baik berupa rasa tajam maupun suara bising, keduanya sama-sama pertanda bahwa kondisi telinga sedang agak terganggu. Selain itu, pada tahap yang lebih jauh, infeksi juga bisa disertai keluarnya cairan hangat dari saluran teling, mual, hingga kualitas pendengaran yang menurun.
Selain meminimalisasi penggunaan headset maupun headphone, pastikan kamu menyimpannya di tempat yang bersih. Jangan meminjamkannya kepada siapa saja karena akan memperbesar risiko penyebaran kuman maupun patogen lain. Tak lupa, pastikan kamu tidak mendengarkan audio dengan volume terlalu kencang, ya.
5. Gastroenteritis

Yah, kalau dalam bahasa sehari-hari, gastroenteritis lebih dikenal dengan istilah muntaber. Beberapa orang kerap menyepelekan infeksi yang satu ini sampai kemudian mengalaminya sendiri.
Infeksi ini menyerang saluran pencernaan, khsusnya organ lambung dan usus. Patogennya berupa virus (pada orang dewasa disebabkan oleh norovirus) dan bakteri (salmonella, E. coli, dan campylobacter). Untuk mencegahnya, selain mengonsumsi makanan yang bersih, jangan lupa untuk mencuci tangan dan menjaga jarak dengan penderita gastroenteritis (jangan meminjamkan barang-barang pribadi seperti sendok, gelas, dan sebagainya).
Gastroenteritis sendiri sebetulnya tidak terlalu berbahaya, tetapi dapat berpotensi menimbulkan kematian jika terlambat dilakukan penanganan. Adapun gejala infeksi yang cukup parah antara lain muntah setelah minum, muntah selama lebih dari 48 jam, muntah darah, demam tinggi (di atas 40 derajat Celcius), dehidrasi, dan buang air besar yang disertai darah.
Memang sih, nggak ada orang yang pernah benar-benar sehat dan terbebas dari infeksi seumur hidupnya. Tapi setidaknya, kamu bisa menekan risiko infeksi sedini mungkin. Biarpun nggak parah, tetap saja lebih enak dalam kondisi sehat, kan?