Tanpa Gejala, Infeksi Berbahaya Ini Semakin Memburu Millennials!

Di tengah-tengah kultur yang semakin terbuka dan gaya hidup yang kian bebas, beragam penyakit terus mengintai dan menunggu waktu yang tepat untuk menyusup dalam tubuh. Pada generasi millennials, salah satu jenis penyakit dan infeksi yang tengah bergejolak adalah Hepatitis C.
Seperti jenis hepatitis lainnya, Hepatitis C juga menyerang organ hati. Infeksi yang disebabkan oleh virus HCV ini menyebabkan inflamasi pada hepar dan dapat berujung pada kematian. Adapun risiko terbesarnya adalah melalui penggunaan jarum suntik yang dilakukan bersama-sama. Dilansir dari berbagai sumber, berikut ini beberapa fakta lainnya!
1. Pertumbuhan virus pada millennials meningkat tiga kali lipat

Berdasarkan data yang didapat dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), generasi millennials merupakan kelompok dengan pertumbuhan penderita infeksi hepatitis C tercepat. Di Amerika, jumlah penderita pada grup usia ini telah mencapai tiga kali lipat. Adapun menurut Capitol Weekly Reports, infeksi ini mencapai angka 55 persen pada laki-laki dengan usia 20 hingga 29 dan 37 persen pada wanita dengan rentang usia yang sama.
Di Indonesia sendiri belum didapatkan secara jelas berapa banyak generasi millennials yang terjangkit virus HCV. Namun, melihat kondisi Indonesia darurat narkoba terutama di kalangan usia produktif tidak menutup kemungkinan banyak pula millennials Indonesia yang terjangkit hepatitis C.
Hingga 2017 tahun lalu, pengguna narkotika di Indonesia terbesar ada pada kelompok usia 25 hingga 45 tahun. Yang lebih menyedihkan. data KPAI menyebutkan pula bahwa dari 87 juta anak dengan batasan usia maksimal 18 tahun, 5,9 juta di antara tercatat sebagai pencandu.
2. Tidak menunjukkan gejala sebelum kronis

Sebagian besar penderita hepatitis C tidak tahu bahwa mereka telah terjangkit virus HCV. Pasalnya, infeksi ini memang tergolong asymptomatic. Artinya, gejala yang ditunjukkan cenderung tidak terlalu serius dan terlalu bias seperti kelelahan, sakit perut, muntah, dan muntah.
Indikasi yang sangat mirip dengan penyakit lain inilah yang menyebabkan penderita sulit menyadari. Pada akhirnya, mereka baru menginsafi bahwa telah mengidap hepatitis C bertahun-tahun kemudian setelah mengalami kerusakan hati.
Jika dijabarkan, penyakit ini bisa dikategorikan sebagai hepatitis c akut dan hepatitis kronis. Hepatitis C merupakan infeksi yang berlangsung selama enam bulan pertama, tanpa gejala, dan jarang mematikan dengan persentase penderita 15 hingga 45 persen. Sementara itu, hepatitis C kronis merupakan infeksi yang telah terjadi dalam hitungan tahun dengan risiko sirosis hati yang fatal dan jumlah penderita mencapai 55 hingga 85 persen.
3. Penyebaran melalui darah

Penyebaran virus HCV adalah melalui darah (blood to blood). Masih menurut CDC, kontributor terbesar persebaran infeksi ini adalah melalui jarum suntik terutama pada penderita narkotika yang digunakan secara bersama-sama. Selain itu, jarum tidak steril yang digunakan pada tempat pembuatan tato juga berpotensi menyebarkan virus.
Selain itu, hindari pula penggunaan barang-barang personal yang terkait dengan kesehatan tubuh bersama-sama dengan orang lain. Jangan pinjamkan sikat gigi pada orang lain, pun demikian dengan gunting kuku, pencukur, dan glukosa meter.
Sementara itu, hubungan seksual juga memungkinkan terjadinya penyebaran virus ini, tetapi potensinya cenderung tidak besar. Walau begitu, pihak yang kerap melakukan aktivitas seksual dengan lebih dari satu orang, sebaiknya menjalani tes pemeriksaanuntuk mendeteksi sedini mungkin risiko terjangkitnya virus hepatitis C.
4. Dapat disembuhkan

Sesungguhnya, hepatitis C sangat dapat disembuhkan. Bahkan sesungguhnya, belum tentu setiap individu yang terjangkit hepatitis C akut membutuhkan konsumsi obat atau perawatan khusus. Pasalnya, sistem imun tubuh dapat memberantas infeksi. Meski begitu, pada beberapa kasus yang membutuhkan penanganan lebih, ada obat yang dikonsumsi. Dokter dapat memberikan obat minum dan melakukan terapi khusus sesusai kebutuhan.
Perlu diingat, sebenarnya tidak seluruh penderita hepatitis C kronis juga akan mengalami sirosis. Sirosis merupakan puncak (disertai komplikasi) yang akan dialami bila benar-benar terlambat. Baru pada tahap inilah belum ada pengobatan medis yang berhasil menyembuhkan.
Cukup ngeri, ya? Karena itu, yuk jaga pergaulan dan gaya hidup dengan lebih baik lagi. Paling tidak, jika ada kondisi tubuh yang menunjukkan gejala awal hepatitis C dan ada pengalaman di masa lalu yang memungkinkan terjangkitnya penyakit ini, tidak ada salahnya untuk segera melakukan pemeriksaan. Yuk, cegah sebelum terlambat!