Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tips Praktikal untuk Pelari Pemula, Gak Asal Lari!

ilustrasi lari
ilustrasi lari (pexels.com/RUN 4 FFWPU)
Intinya sih...
  • Jalan cepat dan jogging ringan membantu tubuh beradaptasi tanpa kaget.
  • Mulai dari durasi pendek dan tingkatkan setiap minggu untuk membentuk kebiasaan.
  • Sepatu lari yang tepat bantu cegah cedera dan bikin kaki tetap nyaman.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Mulai lari dari nol bukan hal yang gampang. Meski kelihatan simpel, lari tetap butuh strategi biar gak langsung kehabisan tenaga di tengah jalan. Banyak yang semangat di awal, tapi baru seminggu sudah berhenti karena pegal, ngos-ngosan, atau kehilangan motivasi. Padahal kalau dilakukan secara bertahap dan benar, lari bisa jadi olahraga yang menyenangkan banget.

Lari cocok buat siapapun yang ingin hidup lebih sehat. Gak perlu alat khusus, bisa dilakukan kapan aja, dan bantu bakar kalori lebih cepat. Tapi buat yang baru mulai, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi. Mulai dari napas yang belum stabil, otot yang belum terbiasa, sampai mindset yang gampang goyah. Sering kali niatnya ingin maraton, tapi kaki belum kuat buat lari satu keliling kompleks. Gak apa-apa, semua pelari hebat juga pernah mulai dari nol. Justru yang paling penting adalah konsistensi dan cara memulainya. Kalau udah tahu triknya, tubuh bakal lebih mudah beradaptasi dan lari jadi bagian dari rutinitas sehat.

Biar lari gak berujung trauma atau gagal total, lima tips ini wajib banget dicoba. Gak cuma bantu bangun stamina, tapi juga bikin lari jadi habit yang seru dan sustainable. Yuk, simak tipsnya di bawah ini!

1. Mulai dari jalan cepat dulu, gak perlu langsung sprint

ilustrasi berlari
ilustrasi berlari (pexels.com/Tirachard Kumtanom)

Langsung lari kencang di hari pertama bukan ide bagus. Tubuh butuh adaptasi pelan-pelan. Jalan cepat bisa jadi langkah awal buat membangun stamina dan kebiasaan bergerak aktif. Coba jalan cepat selama 20–30 menit, lalu tambahkan sesi jogging ringan selama 1–2 menit di sela-selanya. Metode ini bantu otot dan jantung terbiasa kerja lebih keras tanpa bikin tubuh kaget. Kalau udah kuat, bisa perpanjang durasi lari dan kurangi sesi jalan secara bertahap.

Teknik ini biasa dikenal sebagai run-walk method dan terbukti efektif buat pemula. Gak perlu merasa malu karena pelan, yang penting konsisten. Pelan-pelan tapi pasti, tubuh akan terbiasa dan makin kuat dari waktu ke waktu.

2. Fokus ke durasi, bukan jarak atau kecepatan

ilustrasi durasi berlari
ilustrasi durasi berlari (pexels.com/Daniel Reche)

Banyak pemula salah kaprah: baru mulai udah mikir harus bisa 5 km atau lari 10 menit non-stop. Padahal, fokus utama seharusnya ada di durasi, bukan seberapa jauh atau cepat. Lari 15 menit pelan tapi stabil jauh lebih baik daripada lari 5 menit kencang lalu tumbang.

Awali dari durasi pendek, misalnya 10–15 menit, lalu tingkatkan setiap minggu. Biarkan tubuh adaptasi secara natural tanpa tekanan. Jangan terobsesi angka karena progress tiap orang beda-beda. Durasi yang konsisten akan membentuk kebiasaan. Begitu tubuh udah nyaman, jarak dan kecepatan bakal meningkat sendiri. Intinya, sabar dan nikmati prosesnya.

3. Gunakan sepatu yang nyaman dan sesuai buat lari

ilustrasi aktivitas jalan kaki
ilustrasi aktivitas jalan kaki (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Sepatu jadi salah satu hal paling penting yang sering diremehkan pemula. Banyak yang pakai sepatu kasual atau sneakers biasa buat lari, padahal gak semua sepatu dirancang buat menahan benturan saat berlari. Gunakan sepatu yang punya bantalan cukup dan support di bagian tumit serta lengkung kaki. Sepatu lari yang tepat bantu cegah cedera dan bikin kaki tetap nyaman meski lari cukup lama.

Jangan tergoda tampilan doang, utamakan fungsi dan kenyamanan. Kalau masih bingung, bisa coba ke toko olahraga dan minta rekomendasi sesuai bentuk kaki dan medan lari. Investasi di sepatu lari yang tepat bisa bikin semangat latihan terus naik.

4. Atur napas supaya tetap stabil saat lari

ilustrasi mengatur nafas agar stabil
ilustrasi mengatur nafas agar stabil (pexels.com/Nathan Cowley)

Napas yang gak teratur sering bikin lari jadi terasa lebih berat. Pemula seringkali ngos-ngosan karena tarik nafas terlalu cepat dan dangkal. Padahal, teknik napas yang benar bisa bantu tubuh tetap rileks dan kuat selama berlari. Coba gunakan pola nafas 2:2 atau 3:2, artinya tarik napas dua langkah, buang napas dua langkah. Bisa juga kombinasikan napas lewat hidung dan mulut biar aliran oksigen lebih lancar.

Kalau ritme udah stabil, tubuh jadi lebih tenang dan tenaga lebih awet. Latih teknik pernapasan ini sejak awal, bahkan saat masih jalan cepat. Supaya nanti pas mulai lari beneran, nafas sudah otomatis teratur. Napas tenang, lari pun jadi lebih ringan.

5. Beri waktu istirahat dan jangan lupa stretching

ilustrasi stretching sebelum berolahraga
ilustrasi stretching sebelum berolahraga (pexels.com/Jonathan Borba)

Istirahat sama pentingnya kayak latihan. Kalau maksa lari setiap hari tanpa jeda, tubuh bisa overtraining dan malah cedera. Kasih waktu buat otot pulih, terutama di awal-awal saat tubuh masih beradaptasi. Idealnya, jadwal lari dibuat 3–4 kali seminggu dulu. Di hari lainnya bisa diisi jalan santai atau aktivitas ringan. Selain itu, jangan skip stretching sebelum dan sesudah lari. Stretching bantu otot tetap lentur dan kurangi risiko nyeri otot keesokan harinya. Recovery yang cukup bikin tubuh makin siap buat sesi latihan berikutnya. Ingat, yang dikejar bukan lari tercepat, tapi tubuh yang sehat dan kebiasaan yang bertahan lama.

Lari dari nol emang gak selalu mulus, tapi bukan berarti gak bisa dilakuin. Kuncinya adalah mulai dari hal kecil, sabar, dan konsisten. Gak perlu langsung lari jauh, gak usah malu kalau masih sering jalan. Semua pelari hebat juga mulai dari langkah pertama. Gunakan tips di atas sebagai panduan awal. Mulai dari jalan cepat, fokus ke durasi, pakai sepatu yang tepat, atur napas, dan kasih waktu istirahat. Lari bakal jadi aktivitas menyenangkan kalau dilakukan dengan cara yang benar. Yuk, mulai rutinitas lari hari ini. Satu langkah kecil bisa jadi awal perubahan besar buat hidup yang lebih sehat!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nabila Inaya
EditorNabila Inaya
Follow Us