8 Hal Ini Tidak Boleh Dilakukan setelah Melahirkan, Bun!

Agar pemulihan pascapersalinan ibu lebih cepat

Bagi para calon ibu, kehamilan adalah masa yang berat. Mengandung buah hati, para calon ibu harus menahan berbagai gejala, tidur dengan posisi tertentu, menjaga makan, dan mesti patuh berbagai pantangan lainnya sesuai kondisi.

Setelah melahirkan bayi yang sehat tentu memberikan kebahagiaan dan kelegaan tersendiri. Akan tetapi, ada hal-hal yang tidak boleh dilakukan beberapa saat setelah melahirkan. Agar pemulihan pascapersalinan lebih cepat, simak daftarnya di bawah ini, ya!

1. Jangan memasukkan apa pun ke vagina

8 Hal Ini Tidak Boleh Dilakukan setelah Melahirkan, Bun!ilustrasi vagina (thespinoff.co.nz)

Setelah persalinan pervaginam, akan terjadi perubahan pada organ vagina. Sering kali perempuan bertanya-tanya kapan bisa kembali berhubungan seks atau menggunakan produk kewanitaan seperti  tampon. Umumnya, perempuan harus menunggu hingga pemeriksaan 6 minggu pascapersalinan.

Ini karena adanya risiko infeksi dan rahim masih dalam pemulihan setelah persalinan. Bila menggunakan produk yang dimasukkan ke dalam vagina, seperti menstrual cup atau tampon, bakteri bisa terakumulasi hingga menyebabkan infeksi.

8 Hal Ini Tidak Boleh Dilakukan setelah Melahirkan, Bun!ilustrasi pembalut dan darah (independent.co.uk)

Setelah melahirkan, umumnya pendarahan terjadi 2-6 minggu (masa nifas). Pada masa ini, biasanya perempuan menggunakan pembalut. Jangan lupa untuk mengganti pembalut dan mencuci tangan untuk menghindari infeksi.

Untuk bisa kembali berhubungan seks, biasanya harus menunggu sekitar 4-6 minggu setelah bersalin untuk menghindari risiko infeksi. Selain itu, serviks yang melebar setelah persalinan butuh waktu untuk kembali ke ukuran normal. Oleh karena itu, konsultasikan ke dokter sebelum berhubungan seksual setelah bersalin.

2. Jangan forsir tubuh melakukan aktivitas

8 Hal Ini Tidak Boleh Dilakukan setelah Melahirkan, Bun!ilustrasi ibu dan bayi (centrastatematernity.com)

Menyediakan waktu untuk beristirahat dan merawat diri setelah melahirkan amat penting. Kalau memforsir diri melakukan aktivitas saat pemulihan, apalagi aktivitas berat, risiko pendarahan meningkat. Oleh karena itu, dengarkan tubuh dan jangan paksa diri karena bisa menyebabkan cedera, tegang otot, kelelahan, hingga kecemasan.

Lalu, bagaimana dengan olahraga? Berjalan santai diperbolehkan. Namun, sebaiknya konsultasikan dulu ke dokter bila ingin berolahraga dengan intensitas sedang atau berat. Jika saat melakukannya merasakan nyeri, segera hentikan. Keseharian mengurus bayi sudah berat, jadi luangkanlah lebih banyak waktu untuk istirahat dan memulihkan diri.

3. Mengabaikan rasa sakit

8 Hal Ini Tidak Boleh Dilakukan setelah Melahirkan, Bun!ilustrasi ibu menggendong bayinya (pexels.com/Sarah Chai)

Kebanyakan ibu akan mengalami rasa sakit pasca melahirkan. Akan tetapi, jenis dan durasi rasa sakitnya berbeda-beda dan tergantung dari beberapa faktor, seperti proses melahirkan (pervaginam atau sesar) atau munculnya komplikasi selama atau setelah persalinan.

Rasa nyeri bisa bertahan berhari-hari atau minggu dan bervariasi di kalangan ibu dan jenis kehamilan. Beberapa nyeri yang normal ditemui setelah persalinan adalah:

  • Kram seiring rahim menyusut kembali ke ukuran sebelum bersalin.
  • Rasa sakit di daerah antara vagina dan anus (perineum).
  • Rasa sakit di dalam atau di sekitar sayatan dan jahitan.
  • Sensasi tidak nyaman di leher, punggung, dan persendian.
  • Rasa sakit akibat pembengkakan atau pembengkakan payudara.
8 Hal Ini Tidak Boleh Dilakukan setelah Melahirkan, Bun!ilustrasi menahan sakit setelah persalinan (womenshealth.gov)

Di sisi lain, ada beberapa jenis nyeri yang tidak umum dan harus dievaluasi lebih lanjut. Nyeri-nyeri tersebut adalah:

  • Sakit kepala dahsyat yang tidak membaik dengan pengobatan atau yang hingga memengaruhi penglihatan.
  • Nyeri dengan demam lebih dari 38 derajat Celcius.
  • Rasa sakit saat buang air kecil yang memburuk seiring waktu.
  • Pendarahan hebat (hingga dua pembalut dalam satu jam, selama lebih dari 1 hingga 2 jam).
  • Rasa sakit di area tertentu pada payudara, terutama disertai dengan demam atau area yang berubah kemerahan.
  • Keputihan berbau busuk.
  • Nyeri disertai pembengkakan pada kaki.
  • Nyeri dada dan kesulitan bernapas.

Jika bunda-bunda mengalami gejala-gejala di atas, konsultasikan ke dokter agar nyeri bisa dikontrol. Selain itu, dokter juga umumnya dapat mendiagnosis gejala yang dialami untuk menentukan apakah bunda mengalami komplikasi yang lebih besar.

4. Berpura-pura kuat

8 Hal Ini Tidak Boleh Dilakukan setelah Melahirkan, Bun!ilustrasi baby blues (nct.org.uk)

Tak sedikit perempuan yang mengalami gangguan mental setelah melahirkan. Disebut sebagai baby blues, kondisi ini memengaruhi 80 persen perempuan pascapersalinan dan bisa menyebabkan rasa sedih, kecemasan, dan stres intens dalam 10-14 hari pertama setelah melahirkan.

Bila tidak diatasi dengan baik dan setelah 14 hari perempuan masih merasakan gejala-gejala di atas, kemungkinan baby blues berkembang menjadi depresi pascapersalinan. Faktanya, menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC), sekitar 1 dari 5 ibu mengalami depresi pasca melahirkan. Gejala umumnya antara lain:

  • Menangis.
  • Mudah marah.
  • Merasa menarik diri dari hubungan keluarga atau teman-teman.
  • Tidak menikmati hal-hal yang biasanya membuat ibu bahagia.
  • Meragukan diri sendiri dalam hal perawatan dasar bayi.
  • Merasa terputus secara batin dari bayi.
  • Khawatir berlebihan bahwa ibu sewaktu-waktu dapat menyakiti bayi.
8 Hal Ini Tidak Boleh Dilakukan setelah Melahirkan, Bun!ilustrasi depresi pasca melahirkan (parents.com)

Depresi pascapersalinan bisa terjadi pada para ibu, tetapi perempuan yang punya riwayat akan kondisi ini sebelumnya bisa lebih berisiko mengembangkannya lagi. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko depresi pascapersalinan mencakup:

  • Tidak menerima banyak dukungan setelah lahir.
  • Depresi sebelum hamil.
  • Memiliki riwayat depresi pada keluarga.
  • Mengalami komplikasi saat lahir.
  • Masalah kesehatan dengan bayi.
  • Melahirkan banyak anak.

Kabar baiknya, walaupun bisa sangat menantang, tetapi depresi pasca melahirkan bisa diobati. Pertama, pastikan seorang ibu yang mengalaminya mendapat bantuan dengan menjangkau dan curhat tentang perasaannya. Ini bisa dilakukan oleh pasangan, sahabat, atau profesional seperti psikolog atau psikiater.

Baca Juga: 7 Cara Mengatasi Baby Blues Pascapersalinan, Calon Orangtua Wajib Tahu

5. Mengabaikan kontrasepsi

8 Hal Ini Tidak Boleh Dilakukan setelah Melahirkan, Bun!ilustrasi alat kontrasepsi (unsplash.com/Reproductive Health Supplies Coalition)

Setelah melahirkan, perempuan bisa hamil lagi 6-8 minggu setelahnya. Bila tidak berencana untuk hamil lagi dalam waktu dekat, pastikan untuk berkonsultasi mengenai kontrasepsi yang tepat dengan dokter.

Paling mudah, pasangan bisa menggunakan kondom saat berhubungan seks. Untuk kontrasepsi hormonal, ibu harus menunggu beberapa minggu setelahnya untuk mulai menggunakannya, dan tergantung apakah ibu sedang menyusui atau memiliki riwayat masalah kesehatan lainnya. Beberapa opsi kontrasepsi meliputi:

  • Alat kontrasepsi dalam rahim (IUD)
  • Implan kontrasepsi
  • Suntikan KB
  • Kombinasi kontrasepsi hormonal
  • Kontrasepsi progestin
  • Sterilisasi
8 Hal Ini Tidak Boleh Dilakukan setelah Melahirkan, Bun!ilustrasi ibu menyusui (unsplash.com/kevin liang)

Selain program kontrasepsi, menyusui dapat membantu mencegah kehamilan alias bisa jadi kontrasepsi alami. Aktivitas menyusui dapat menghentikan ovulasi, fenomena yang disebut amenore laktasi. Akan tetapi, untuk mencapai amenore laktasi, ibu harus menyusui bayi setiap 4 jam di siang hari dan setiap 6 jam di malam hari.

Jika kelewatan, maka tidak akan amenore laktasi. Selain itu, semua orang berbeda dan ovulasi mungkin terjadi lebih cepat pada beberapa perempuan. Jadi, jika tidak ingin kecolongan dan hamil dalam waktu dekat, jangan mengandalkan metode amenore laktasi sebagai kontrasepsi.

6. Menolak dukungan dari sekitar

8 Hal Ini Tidak Boleh Dilakukan setelah Melahirkan, Bun!ilustrasi ayah ikut merawat bayi (hindustantimes.com)

Dukungan sosial setelah melahirkan dapat menurunkan risiko depresi pasca melahirkan. Dengan sibuknya kehidupan setelah hadirnya momongan, bunda mungkin merasa kewalahan. Sementara ayah diharapkan juga ikut membantu, mungkin mereka juga memiliki kesibukan sehingga tidak dapat setiap waktu menemani.

Jadi, cobalah meminta bantuan pada keluarga atau teman, atau pertimbangkan untuk bergabung dengan perkumpulan orang tua setempat, atau mencari pengasuh anak yang kompeten dalam membantu mengurus bayi.

7. Tidak memedulikan asupan nutrisi

8 Hal Ini Tidak Boleh Dilakukan setelah Melahirkan, Bun!ilustrasi menu makan sehat (unsplash.com/Farhad Ibrahimzade)

Memastikan si Kecil mendapatkan gizi seimbang adalah fokus utama. Akan tetapi, asupan nutrisi untuk ibu juga jangan sampai terabaikan.

Khususnya bila menyusui, tubuh ibu butuh 450-500 kalori ekstra untuk mendukung produksi air susu ibu (ASI). Tergantung berat badan, ibu menyusui mungkin perlu mengonsumsi sekitar 2.500 kalori setiap hari. Susah menghitungnya? Beberapa cara untuk mendukung nutrisi setelah melahirkan dan saat menyusui adalah:

  • Mengonsumsi makanan atau minuman bergizi utuh, seperti buah-buahan segar, sayuran, biji-bijian, dan protein tanpa lemak.
  • Mengurangi konsumsi camilan tinggi lemak jenuh dan gula tambahan.
  • Terus mengonsumsi vitamin prenatal (atau beralih ke vitamin pasca melahirkan).
  • Tetap menjaga cairan tubuh (16 gelas per hari).

8. Merokok atau menggunakan obat-obatan tertentu

8 Hal Ini Tidak Boleh Dilakukan setelah Melahirkan, Bun!ilustrasi berhenti merokok (loyolamedicine.org)

Merokok dapat membahayakan ibu, janin, dan bayi. Jika ayah maupun ibu punya kebiasaan merokok, segera berhenti atau cari bantuan untuk bisa segera berhenti.

Sebagai perokok aktif, orang tua dapat membahayakan kesehatan dirinya. Selain itu, bayi yang menghirup asap rokok sebagai perokok pasif, risiko sindrom kematian mendadak pada bayi (SIDS) juga meningkat. Selain itu, asap rokok juga memicu masalah pernapasan pada bayi dan anak-anak.

Selain rokok, penyalahgunaan obat-obatan juga dapat menempatkan ayah, ibu, dan bayi pada risiko kematian dini. Meski jarang, jika ayah dan ibu adalah salah satunya, maka segera cari dukungan agar ayah dan ibu bisa tertolong serta menjadi sosok orang tua yang bertanggung jawab untuk kesehatan dan tumbuh kembang si Kecil.

Kapan harus konsultasi ke dokter?

8 Hal Ini Tidak Boleh Dilakukan setelah Melahirkan, Bun!ilustrasi ibu berkonsultasi dengan dokter (todaysparent.com)

Umumnya, konsultasi dengan dokter dijadwalkan 4 dan 6 minggu setelah persalinan. Namun, jika ibu punya pertanyaan atau keluhan lain sebelum jadwal kunjungan, jangan ragu untuk berkonsultasi agar keluhan tersebut segera bisa diatasi. Segera hubungi dokter bila mengalami hal-hal berikut:

  • Tanda-tanda infeksi, seperti demam, keluarnya cairan berbau busuk, atau pendarahan yang berlebihan.
  • Robekan vagina atau situs sayatan operasi sesar yang tampaknya tidak kunjung sembuh.
  • Masalah dalam menyusui bayi.
  • Muncul gejala mastitis, termasuk payudara bengkak, nyeri pada payudara, benjolan, atau demam.
  • Gejala depresi pasca melahirkan, seperti merasa putus asa, marah, atau terputus atau mengalami kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan.
  • Kesulitan berhenti merokok atau menggunakan obat-obatan terlarang.

Itulah beberapa aktivitas yang disarankan untuk tidak dilakukan oleh para ibu setelah melahirkan. Semua ini agar pemulihan setelah persalinan optimal dan kehidupan bersama ayah dan si Kecil tetap sejahtera, Bun!

Baca Juga: Sederhana, 10 Cara Mudah Cegah Infeksi pada Ibu Hamil

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya