TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Filmore Luncurkan Menstrual Cup untuk Perempuan Indonesia

Lebih higienis, nyaman, dan ramah lingkungan

ilustrasi menstrual cup (unsplash.com/Monika Kozub)

Pembalut dan tampon adalah beberapa produk sanitasi perempuan yang banyak dipakai. Bagaimana dengan menstrual cup? Di negara-negara Barat, menstrual cup banyak dipakai. Namun, produk ini sepertinya masih kurang populer di Asia.

Melihat kebutuhan akan perawatan menstruasi yang lebih higienis, nyaman, dan ramah lingkungan, Filmore hadir membawa inovasi menstrual cup spesial untuk perempuan Indonesia dan Asia. Apa yang membuatnya spesial?

1. Bukan merek, melainkan gerakan sosial untuk kaum perempuan

Gitta Amelia, Andrea Gunawan, dan Grace Tahir sebagai pendiri Filmore (Dokumentasi Filmore)

Berbicara pada perhelatan Virtual Press Conference: Launching of Filmore pada Rabu (26/1/2022), Filmore adalah buah pemikiran akan kesehatan perempuan dari tiga sosok perempuan Indonesia, yaitu Gitta Amelia, Grace Tahir, dan Andrea Gunawan.

Gitta mengatakan bahwa Filmore adalah gerakan sosial untuk menyediakan akses produk kebersihan menstruasi yang bersih, nyaman, sehat, dan ramah lingkungan untuk semua perempuan Indonesia. Hal ini berawal dari komunitas #Filmorebels yang berisi sekitar 900 perempuan Indonesia yang bersatu untuk menyelesaikan isu-isu kaum perempuan.

“Bukan sekadar brand, melainkan social movement,” ujar Gitta yang juga adalah founder Atola dan Secondate Beauty.

2. Permasalahan kebersihan menstruasi di Indonesia

ilustrasi tampon dan pembalut (pexels.com/Cliff Booth)

Gitta mengatakan bahwa dewasa ini, ada beberapa masalah yang terlihat pada produk kebersihan menstruasi. Apa saja?

  • Harga
  • Keramahan lingkungan
  • Kenyamanan

Seumur hidup, perempuan memakai sekitar 15.600 pembalut atau tampon. Jika dihitung dengan estimasi harga Rp5.000 per produk, totalnya, perempuan Indonesia menghabiskan Rp78 juta seumur hidupnya.

Gitta menekankan bahwa pembalut atau tampon mengandung plastik. Oleh karena itu, penggunaan pembalut atau tampon secara masif berkontribusi pada penumpukan sampah plastik. Dari estimasi, Filmore mencatat lebih dari 5.600 kilogram (kg) sampah plastik per perempuan.

Masalah terakhir adalah bahwa produk menstruasi membatasi aktivitas perempuan. Pemakaian pembalut atau tampon membuat perempuan Indonesia tidak mampu beraktivitas berat, seperti berolahraga atau berenang, karena takut bocor.

ilustrasi tampon dan pembalut (unsplash.com/Natracare)

Filmore sadar bahwa pasar produk kebersihan menstruasi berkembang pesat secara global. Pada 2020, tercatat perkembangan hingga US$40 miliar (hampir Rp574 triliun). Tercatat pada 2022 di Indonesia, pasar produk sanitasi perempuan mencatatkan US$1,5 miliar (lebih dari Rp21,5 triliun) dan diperkirakan tumbuh 5 persen tiap tahun.

Salah satu produk sanitasi perempuan yang umum digunakan adalah menstrual cup. Gitta mencatat bahwa perempuan di negara-negara Barat sudah beralih ke menstrual cup. Hal ini juga tercermin dari merek menstrual cup di Tanah Air yang juga didominasi oleh merek dari Amerika Serikat (AS) atau negara-negara di Eropa.

Baca Juga: 7 Fakta Menstrual Cup, Apakah Aman untuk Digunakan yang Masih Gadis?

3. Permasalahan pada menstrual cup

ilustrasi menstrual cup (womenshealth.com)

Namun, apa yang salah dengan menstrual cup di Indonesia? Ikut menjelaskan, Grace membeberkan beberapa alasan mengapa menstrual cup tidak populer di negara-negara Asia, termasuk Indonesia.

Pertama, Grace mengatakan adanya kesalahpahaman akibat budaya, agama, dan/atau kurangnya edukasi. Ini terlihat dari anggapan bahwa pemakaian menstrual cup bisa merobek himen dan membuat perempuan tidak perawan lagi.

"Padahal, keperawanan tidak dinilai dari himen, melainkan dari apakah sudah melakukan hubungan seksual atau belum. Menstrual cup tidak membuat perempuan tidak perawan lagi. Ini adalah hoaks,” ujar Grace yang juga direktur Mayapada Hospital.

Selain itu, terdapat anggapan bahwa penggunaan menstrual cup tidak higienis. Gitta menyertakan penjelasan bahwa bahan organik seperti kapas pada pembalut dan tampon justru dapat memengaruhi darah menstruasi sehingga lebih amis.

Kedua, masalah kualitas dan desain. Grace menyoroti dua jenis menstrual cup di Indonesia, yaitu:

  • White label (produksi China): Harga murah, tetapi tidak berkualitas, gampang bocor, dan tidak diketahui apakah bahannya aman untuk vagina.
  • Produksi Barat: Berkualitas bagus, tetapi harganya cenderung mahal.

4. Anatomi Asia dan Barat yang berbeda

ilustrasi menstrual cup (pixabay.com/PatriciaMoraleda)

Masalah ketiga adalah perbedaan anatomi. Secara anatomi, tubuh perempuan Kaukasia dan Asia berbeda. Menurut penelitian di Australia yang dimuat dalam International Urogynecology Journal and Pelvic Floor Dysfunction tahun 2003, baik sebelum atau sesudah melahirkan, mobilitas organ panggul perempuan Asia lebih sedikit.

Bukan cuma masalah panggul, ukuran leher rahim (serviks) perempuan Asia juga berbeda. Selain itu, sebuah penelitian gabungan di Brasil dan Australia yang dimuat dalam jurnal PLoS One tahun 2021 menemukan panjang serviks perempuan Asia lebih pendek.

"Oleh karena itu, menstrual cup dari Barat tidak bisa diklaim bisa dipakai di Asia. Hal ini karena pembuatan produk didasarkan pada perempuan Kaukasia," ujar Grace.

5. Girlfriend, menstrual cup Filmore yang ramah untuk perempuan Indonesia

Girlfriend, menstrual cup produksi Filmore. (Dok. Filmore)

Hadirnya Filmore adalah untuk mewujudkan perawatan menstruasi terbaik untuk perempuan Indonesia dan Asia. Oleh karena itu, Gitta menjelaskan bahwa Filmore mulai dari mendesain menstrual cup yang ideal. Mulai dari Januari 2021, butuh 14 bulan bagi Filmore untuk menciptakan menstrual cup yang ramah.

"Setelah berbicara dengan berbagai spesialis obstetri ginekologi dan berbagai pakar kesehatan, ternyata desain adalah hal yang sangat penting," ujar Gitta.

Karena desainnya, Filmore ingin menciptakan menstrual cup yang bisa dibawa bepergian. Oleh karena itu, Filmore menciptakan desain menstrual cup pertama di Indonesia yang bisa dilipat (collapsible) dengan travel case pada setiap pembelian. Saking uniknya, Gitta menyatakan kalau Filmore telah mengirimkan permohonan hak paten!

Dua varian Girlfriend menstrual cup. (Dok. Filmore)

Menjelaskan desain revolusioner Girlfriend, Andrea menjabarkan bahwa menstrual cup ini terbuat 100 persen dari silikon medical-grade dari Jerman yang halus dan fleksibel. Selain itu, panjang menstrual cup juga bisa disesuaikan dengan ukuran serviks, serta dilengkapi air hole sehingga mudah dilepas.

Filmore menciptakan Girlfriend dalam dua ukuran:

  • Reguler (23ml)
    - Untuk yang sudah biasa menggunakan menstrual cup
    - Arus menstruasi deras
    - Sudah pernah bersalin

  • Mini (18ml)
    - Untuk yang baru menggunakan menstrual cup
    - Arus menstruasi ringan
    - Belum pernah bersalin

6. Boyfriend, tisu basah solusi kebersihan organ kewanitaan

Tisu basah Boyfriend produksi Filmore. (Dok. Filmore)

Agar tetap bersih, menstrual cup harus rutin dibersihkan. Namun, bagaimana bila tak ada akses air bersih? Nah, tisu basah Boyfriend bisa digunakan. Bukan cuma untuk menstrual cup, tisu basah ini bisa digunakan untuk membersihkan vagina saat menstruasi serta untuk sebelum dan sesudah berhubungan seksual.

Andrea menjelaskan bahwa tisu basah ini terbuat dari bambu yang ramah lingkungan. Selain itu, tisu ini basah ini juga mengandung lima ekstrak bahan alami, yaitu lidah buaya, kamomil, akar manis atau licorice, buah delima, dan timun.

"Tanpa alkohol serta tak berbau, tisu basah ini aman untuk organ kewanitaan dan tidak membuat vagina kering, melainkan lebih basah dan lembap," ujar Andrea yang merupakan seorang aktivis kesehatan seksual.

Baca Juga: Antara Pembalut, Tampon, dan Menstrual Cup, Mana yang Lebih Baik?

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya