TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Studi: Pemanasan Global Renggut 44 Jam Waktu Tidur

Lingkungan memengaruhi tidur manusia?

ilustrasi tidak bisa tidur saat musim panas (unsplash.com/Ben Blennerhassett)

Tidak diragukan, pemanasan global (global warming) adalah masalah yang tengah dihadapi dunia. Kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia juga ternyata berdampak buruk pada makhluk hidup, termasuk manusia sendiri.

Bukan rahasia bahwa pemanasan global membawa efek buruk untuk kesehatan. Salah satu riset terbaru mengungkapkan bahwa pemanasan global telah memengaruhi kualitas tidur manusia di dunia. Mari simak fakta selengkapnya!

1. Libatkan hampir 50.000 partisipan di hampir 70 negara

ilustrasi tidur dengan sleep tracker (whatchawearing.com)

Salah satu ciri dari pemanasan global adalah kenaikan suhu terutama pada malam hari. Di satu sisi, terlihat fenomena perburukan kualitas tidur terjadi di berbagai belahan dunia. Akan tetapi, hubungan antara kenaikan suhu dan kualitas tidur masih belum terlihat jelas.

Dimuat dalam jurnal One Earth pada 20 Mei 2022, para peneliti Denmark menggunakan data dari gelang pengukur tidur yang digunakan 47.628 partisipan di 68 negara yang relatif hangat, termasuk di kawasan Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan Timur Tengah. Penelitian ini berlangsung selama 2 tahun, dari 2015 sampai 2017.

Baca Juga: Studi: Kurang Tidur Bikin Lemak Menumpuk di Perut

2. Hasil: Pemanasan global renggut 44 jam waktu tidur

Dipimpin oleh University of Copenhagen, penelitian bertajuk "Rising temperatures erode human sleep globally" juga mengaitkan kualitas tidur dengan data meteorologi setempat. Mengesampingkan faktor individu, musim, dan waktu, kenaikan suhu memotong waktu tidur sehingga mengakibatkan kurang tidur.

Alhasil, secara tahunan, para peneliti Denmark memprakirakan bahwa masyarakat dunia kehilangan rata-rata 44 jam waktu tidur. Jika dunia tak menanggulangi gas rumah kaca, maka per 2099, masyarakat dunia terancam kehilangan 58 jam tidur tiap tahunnya. Sebaliknya, jika gas rumah kaca terkontrol, risiko menurun jadi 50 jam.

"Ini adalah bukti skala planet pertama bahwa suhu lebih hangat dari normal menekan waktu tidur manusia. Kami menunjukkan bahwa berkurangnya kualitas tidur terjadi karena orang-orang jadi lebih susah tidur," ujar peneliti utama dari University of Copenhagen, Kelton Minor, dilansir New Scientist.

3. Siapa yang paling terdampak?

ilustrasi susah tidur (pexels.com/cottonbro)

Menurut penelitian tersebut, dampak pemanasan global terhadap kualitas tidur juga berbeda-beda tiap orang. Masyarakat yang tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah, perempuan, dan lansia paling terdampak. Kenaikan 1 derajat Celcius pada malam hari saja berdampak dua kali lipat lebih parah pada kelompok lansia. 

Apakah tidur siang bisa menggantikan? Para peneliti Denmark menemukan bahwa orang-orang jadi lebih sering tidur siang untuk menggantikan jam-jam tidur yang hilang tersebut. Meski begitu, mayoritas partisipan lebih mudah tidur di malam bersuhu hangat di akhir musim panas, dibanding awal musim panas. 

"Buktinya, banyak orang yang tak mampu beradaptasi dengan baik," tulis Kelton.

4. AC tidak bisa jadi solusi

Di tengah terik hari yang panas, lumrah bagi kita untuk menyalakan pendingin ruangan (AC). Namun, menurut para peneliti Denmark, AC bukanlah solusi jangka panjang untuk menangani gangguan tidur di tengah pemanasan global.

Kelton dan tim mencatat bahwa rakyat yang tinggal di negara-negara berpenghasilan tinggi beralih ke AC untuk beradaptasi dengan suhu hangat. Meski memang lebih melegakan, harga AC yang mahal membuatnya tak bisa dijangkau oleh tiap orang. Selain itu, AC juga meningkatkan emisi yang memperburuk pemanasan global.

Baca Juga: 6 Cara Ampuh Mengatasi Tidur Gelisah, Bangun Lega!

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya