TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Studi: Konsumsi Sayur dan Buah Bantu Anak dengan ADHD

Bisa bikin lebih fokus, lo!

ilustrasi anak-anak mengonsumsi buah dan sayur agar meringankan gejala ADHD (pexels.com/Gustavo Fring)

Bagi para orang tua, pernahkah kalian mendengar istilah attention deficit hyperactivity disorder (ADHD)? Umumnya terlihat pada anak-anak di usia sekolah dasar, ADHD memengaruhi tumbuh kembang 5 persen anak-anak di dunia dan bahkan bisa berlangsung hingga dewasa jika tak ditangani.

Jika gejala-gejala ADHD memengaruhi kehidupan pribadi, sekolah, dan/atau pekerjaan, maka individu membutuhkan pertolongan. Menurut Mayo Clinic, gejala-gejala yang patut dicurigai sebagai ADHD individu antara lain:

  • Perilaku impulsif
  • Tidak mampu memprioritaskan tugas
  • Manajemen waktu yang buruk
  • Masalah berfokus pada tugas
  • Tidak mampu multitasking
  • Aktivitas berlebihan (hiperaktif) atau gelisah/tidak bisa diam
  • Tidak mampu berencana
  • Sering frustrasi
  • Sering mengalami mood swing
  • Masalah dalam menyelesaikan tugas
  • Mudah marah
  • Kesulitan mengatasi stres

Sementara terapi dapat membantu, ada berbagai faktor yang bisa dilakukan individu untuk mengatasi ADHD mereka sehari-hari. Sudah sering diungkit di berbagai studi, sebuah studi menekankan bahwa diet bergizi seimbang, terutama buah dan sayur, bisa membantu anak dengan ADHD. Mari simak fakta selengkapnya berikut ini!

1. Libatkan ratusan anak

ilustrasi anak dengan ADHD (unsplash.com/Alireza Attari)

Sebuah studi di Amerika Serikat yang dimuat dalam jurnal Nutritional Neuroscience pada 10 Mei 2022 lalu ingin mengetahui hubungan antara kualitas gizi dan anak-anak dengan ADHD.

Studi bertajuk "Fruit and vegetable intake is inversely associated with severity of inattention in a pediatric population with ADHD symptoms" ini melibatkan sebanyak 134 anak berusia 6 sampai 12 tahun di AS dan Kanada. Anak-anak ini memenuhi kriteria ADHD sesuai dengan panduan DSM-5 dan sedang tak menjalani pengobatan ADHD.

Data yang diterima peneliti AS berasal dari studi Micronutrients for ADHD in Youth (MADDY). Studi selama 8 minggu ini meneliti suplemen vitamin dan/atau mineral yang dibutuhkan untuk menangani anak-anak dengan ADHD.

Baca Juga: 10 Sayuran yang Paling Padat Gizi, Salah Satunya Kembang Kol!

2. Skor kualitas makanan tak berhubungan dengan gejala ADHD

Untuk menilai konsumsi anak, para peneliti AS menggunakan ukuran Health Eating Index-2015 (HEI-2015). Tolok ukur ini mengukur proporsi buah, sayur, gandum utuh, protein, boga bahari, dan makanan olahan per 1.000 kalori.

Skor HEI-2015 menunjukkan kualitas bukan kuantitas makan dengan nilai tertinggi 100. Para anak dalam studi tersebut mencetak skor 63,4, lebih dari skor mayoritas anak-anak AS yang rata-rata mencetak skor 53,9. Menariknya, para peneliti AS melihat tak ada hubungan antara skor HEI-2015 dengan keparahan gejala ADHD.

3. Hasil: buah dan sayur membantu meringankan gejala ADHD, gandum olahan juga bisa!

Ilustarsi buah dan sayur (unsplash.com/Yu Hosoi)

Meski begitu, para peneliti AS melihat sebuah pola nutrisi. Namun, mereka melihat bahwa anak-anak yang mengonsumsi produk gandum olahan lebih sedikit justru memperlihatkan gangguan perhatian yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan gandum olahan sebenarnya memiliki nutrisi yang sebenarnya bagus untuk tumbuh kembang anak.

Hal ini bertolak belakang dengan studi terdahulu yang dilakukan di Taiwan dan dimuat dalam Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition pada 2018. Menurut studi tersebut, ADHD berhubungan erat dengan konsumsi gandum olahan berlebihan, sementara studi terbaru ini menuduh konsumsi gandum olahan minim yang jadi biang kerok.

Kemudian, para peneliti AS mencatat bahwa konsumsi buah dan sayur tinggi membantu menekan risiko gangguan perhatian pada anak-anak dengan ADHD. Oleh karena itu, para peneliti AS menyarankan konsumsi buah dan sayur untuk meringankan gejala ADHD.

4. Kekurangan studi tersebut

Sementara temuan penelitian ini amat menjanjikan, para peneliti mengungkapkan beberapa kekurangan dalam penelitian ini. Utamanya, studi ini hanya memiliki subjek yang tidak begitu banyak.

Selain itu, para peneliti mencatat bahwa pelaporan diet anak tidak dilakukan secara mandiri. Para orang tua anak mengisi kuesioner mengenai diet anak, dan ada kemungkinan anak mengonsumsi camilan tanpa sepengetahuan mereka.

Seperti yang ditemukan oleh para peneliti AS, skor HEI-2015 tidak serta-merta membenarkan hubungan antara asupan gizi dan keparahan skor ADHD. Oleh karena itu, mereka memperingatkan untuk tidak memukulratakan hasil studi ini ke semua anak dengan ADHD, terutama dengan HEI-2015 rendah.

Baca Juga: Studi: Rajin Makan Sayur dan Buah Bikin Mental Anak Sehat

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya