TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Studi: Olahraga Outdoor Cegah Depresi saat Pandemik COVID-19

Tetap jaga prokes saat olahraga, ya!

ilustrasi olahraga di luar mencegah depresi dan kecemasan di masa pandemi (pixabay.com/roxanawilliams1920)

Imbas pandemik COVID-19, kita terpaksa melakukan segala aktivitas dari rumah, mulai dari kerja hingga sekolah. Tak fit dan tak ada kepentingan? Lebih baik di rumah saja. Tentu saja, hal ini berdampak pada psikis karena berkurangnya hubungan sosial tatap muka seperti sebelum pandemik.

Akan tetapi, beberapa dari kita mungkin mencoba berolahraga di luar rumah, seperti joging keliling area perumahan atau bersepeda. Apakah salah? Sebenarnya, tidak. Justru, menurut penelitian terbaru, olahraga di luar rumah atau outdoor di masa pandemik bisa mencegah gangguan psikis akibat keharusan untuk diam di rumah. Mari simak faktanya!

1. Studi libatkan 20.012 orang dewasa

ilustrasi diam di rumah (unsplash.com/freestocks)

Dimuat dalam jurnal Preventive Medicine pada 11 November 2021, penelitian di Amerika Serikat (AS) yang dipimpin oleh Kaiser Permanente (KP) ini ingin melihat hubungan antara risiko depresi, faktor stay at home, dan kurangnya aktivitas fisik.

Berlangsung saat gelombang pertama COVID-19 pada April sampai Juli 2020, KP merekrut 20.012 partisipan dewasa dari delapan kawasan AS. Sebagian besar partisipan sudah dalam kelompok usia pensiun dan mematuhi perintah stay at home. Para peneliti kemudian meneliti gaya hidup, catatan kesehatan, dan biospesimen para partisipan.

Baca Juga: Ahli: Kita Harus Siap Hidup Berdampingan dengan COVID-19

2. Hasil: olahraga outdoor tingkatkan kesehatan mental di masa pandemik

ilustrasi joging (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Setelah meneliti data para partisipan, para peneliti KP menemukan bahwa partisipan yang berolahraga atau menghabiskan waktu di luar mencetak skor kecemasan (anxiety) dan depresi yang lebih rendah. Selain itu, para peneliti juga menemukan:

  • Para partisipan yang berolahraga atau menghabiskan waktu di luar melaporkan gejala anxiety dan depresi yang lebih sedikit
  • Perempuan dan partisipan yang lebih muda mencetak skor anxiety dan depresi yang lebih tinggi
  • Partisipan yang tidak melakukan aktivitas apa pun selama stay at home mencetak skor anxiety dan depresi tertinggi

Di sisi lain, para partisipan yang paling banyak menghabiskan waktu di luar rumah juga mencetak skor anxiety tinggi. Akan tetapi, para peneliti masih mencari tahu alasan di balik fenomena ini.

3. Penjelasan mengenai fenomena aktivitas di luar rumah, kondisi mental, dan COVID-19

ilustrasi berolahraga di alam luar (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Kepala penelitian dan direktur Division of Behavioral Research for the Kaiser Permanente Southern California Department of Research & Evaluation, Deborah R. Young, PhD., mengatakan bahwa beraktivitas di luar rumah memang dapat menurunkan risiko depresi dan anxiety.

"Saya terkejut melihat bahwa skor depresi dan kecemasan membaik seiring waktu. Lalu, peningkatan dan penurunan durasi di luar ruangan berkaitan dengan skor depresi dan kecemasan yang lebih tinggi," ujar Deborah kepada Medical News Today.

Deborah juga mengatakan bahwa penelitian ini tidak mencatat durasi yang dihabiskan partisipan di luar rumah sebelum pandemi COVID-19. Kemungkinan besar, ini adalah faktor yang menjelaskan mengapa partisipan yang menghabiskan waktu lebih lama di luar juga mencetak skor anxiety yang lebih tinggi.

"Kemungkinan, mereka menghabiskan waktu lebih sedikit di luar karena mematuhi perintah tetap di rumah dan merasa anjuran tetap di rumah merampas hak mereka untuk pergi ke luar. Atau, mereka lebih sering di luar justru karena menderita kondisi mental yang buruk," papar Deborah.

4. Depresi yang lebih tinggi pada generasi muda, terutama kaum hawa

ilustrasi gangguan depresi (pexels.com/pixabay)

Selain penemuan tersebut, para peneliti KP mencatat bahwa angka anxiety dan depresi pada partisipan muda dan perempuan lebih tinggi. Deborah mengatakan bahwa hal ini berbanding lurus dengan penelitian lampau.

Sebuah penelitian di Iran pada 2011 bertajuk "Females Are More Anxious Than Males: a Metacognitive Perspective" ingin mengukur tingkat anxiety antara remaja perempuan dan laki-laki. Hasilnya, memang remaja perempuan mencetak anxiety yang lebih tinggi dibanding remaja laki-laki.

"Banyak penelitian terdahulu menemukan bahwa perempuan cenderung mencetak skor kecemasan dan depresi daripada laki-laki. Selain itu, banyak studi yang menemukan dewasa tua memiliki kondisi mental yang lebih baik daripada dewasa muda," ujar Deborah.

Baca Juga: 7 Aktivitas Positif Ini Bantu Cegah Depresi saat Pandemi COVID-19

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya