TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bisa Bahaya, 5 Cara Hindari Self-Diagnosis terkait Kesehatan Mental 

Secara tidak sadar, hal ini sering dilakukan 

unsplash.com/Francisco Gonzalez

Dengan begitu banyaknya informasi kesehatan yang beredar di internet, banyak orang yang melakukan diagnosis kondisi atau penyakit tertentu pada diri sendiri, baik itu menyangkut kesehatan fisik maupun mental. Istilah ini dinamakan self-diagnosis.

Belum tentu benar, diagnosis berdasarkan diri sendiri dengan pengetahuan yang terbatas bisa berujung pada penanganan yang tidak sesuai atau salah. Kerap dianggap serius dan membuat pelakunya mengabaikan peran ahli kesehatan, self-diagnosis harus dihindari.

Jangan sampai kamu melakukannya, ada beberapa cara yang bisa kamu biasakan mulai sekarang untuk menghindari self-diagnosis agar tidak berujung bahaya, dirangkum dari Psychology Today, NBC News, dan Rethink My Therapy.

1. Hindari mencari tahu penyakit berdasarkan gejala yang dialami dari internet 

unsplash.com/Tim Gouw

Tak selamanya kemudahan dalam hal teknologi membawa dampak positif. Salah satu hal yang kurang baik yang kerap terjadi karena mudahnya akses internet, yakni self-diagnosis.

Bukan berarti kamu dilarang melakukannya, tetapi mencari tahu suatu penyakit berdasarkan gejala-gejala yang dirasakan bukanlah cara penanganan yang tepat. Bahkan, bukan tak mungkin terjadi kesalahan penanganan yang bisa bikin gejala memburuk atau berakibat fatal.

Kadang mencari informasi di internet memang dibutuhkan. Namun, jadikan itu sebagai bekal ketika kamu memeriksakan diri ke dokter.

Baca Juga: 9 Gejala Depresi yang Mungkin Luput dari Perhatian

2. Jangan jadikan selebritas atau tokoh fiktif penderita gangguan mental tertentu sebagai rujukan 

pixabay.com/ErikaWittlieb

Saat ini, semakin banyak selebritas yang berani terbuka dengan masalah kesehatan mental yang dialaminya. Bermaksud baik, para selebritas tersebut kerap membagikan kisah perjuangan mereka melawan gangguan mental tertentu dengan tujuan memotivasi. Selain itu, terdapat pula tokoh fiksi yang dikisahkan punya suatu gangguan mental.

Meskipun mengalami gejala dan keadaan yang sama dengan selebritas atau tokoh fiksi penderita gangguan mental tertentu, tetapi bukan berarti kamu mengalami masalah kesehatan mental yang sama. Terlebih untuk tokoh fiksi, walaupun gangguan mental yang dihadirkan didasari berbagai riset dan ciri-ciri penderita, tetapi tentu saja suatu karya yang dibuat demi kepentingan hiburan mengandung unsur dramatisasi.

3. Lebih baik untuk tidak mengikuti tes-tes daring terkait kesehatan mental 

unsplash.com/Bench Accounting

Sekadar iseng untuk mengikuti tes-tes daring, sih, sah saja. Akan tetapi, jika hasil tes yang belum tentu kredibel tersebut dijadikan dasar diagnosis suatu gangguan mental, itu yang tidak boleh. 

Selain kerap tidak jelas asal-usulnya, hasil dari tes-tes online seperti itu tentu saja hanya berdasarkan gejala umum, bukan gejala yang lebih spesifik.

4. Jangan anggap serius perkataan teman atau orang lain yang mengatakan bahwa kamu mengidap gangguan mental tertentu 

unsplash.com/Mimi Thian

Berdasarkan sikap atau perilaku kamu yang dianggap aneh atau tidak biasa, apalagi jika dilakukan berulang kali, tak jarang teman atau orang-orang di sekitar kamu menduga atau mengaitkan perilaku kamu itu dengan gangguan mental tertentu yang mereka anggap serupa. Padahal, belum tentu apa yang mereka tahu itu betul-betul akurat.

Meskipun tak bermaksud, adakalanya teman dapat berperilaku toxic tanpa mereka sadari. Teman yang baik adalah teman yang akan menyarankan, mendorong, bahkan menemani kamu untuk melakukan konsultasi dengan ahli kejiwaan bila ia merasa kamu mengalami gangguan kesehatan mental. Kecuali temanmu itu adalah seorang profesional di bidang kejiwaan, jangan percaya dengan diagnosis ala-ala yang ia katakan, ya.

Baca Juga: 6 Tips Menjaga Kesehatan Mental sepanjang Tahun 2021

Verified Writer

Ar Farhan

(?)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya