TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Meski Dilarang, Ganja Terbukti dapat Menyembukan 5 Penyakit Ini

Sering disalahgunakan, tapi ternyata manfaat sehatnya banyak

pixabay.com/Julia Teichmann

Kalau mendengar kata "ganja" atau "mariyuana", seringnya pikiran langsung keburu negatif. Di, Indonesia, ganja termasuk dalam narkotika golongan 1. Penggunaannya sebagai tanaman obat sendiri masih kontroversial. Di Tanah Air, menggunakan dan memiliki ganja adalah perbuatan ilegal dan bisa dipidanakan.

Beda dengan Indonesia, beberapa negara sudah melegalkan penggunaan ganja. Sebut saja negara seperti Kanada, Uruguay, Jamaika, Thailand, bahkan gosipnya Korea Utara juga, lho. Salah satu alasannya adalah sudah banyaknya penelitian yang mendukung manfaat ganja dalam berbagai penggunaan medis.

Meskipun di beberapa ganja dilegalkan, tetapi aturannya sangat ketat. Tentunya penggunaan ganja untuk keperluan medis hanya berlaku sesuai porsi dan harus di bawah pengawasan dokter.

Jadi penasaran, apa saja, sih, penyakit yang bisa diberikan terapi atau obat berupa ganja? Berikut ini beberapa di antaranya, baik penyakit fisik maupun psikis.

1. Antinyeri neuropati

upi.com

Nyeri neuropati merupakan sebutan umum untuk menggambarkan rasa nyeri akibat adanya gangguan atau kerusakan fungsi saraf.

Sebuah penelitian dalam "Canadian Medical Association Journal" tahun 2010 menemukan bukti bahwa mengisap mariyuana mampu meredakan nyeri neuropati. Namun, tetap saja ini harus sesuai dengan rekomendasi dokter.

Baca Juga: 5 Terapi Non Medis Ini Bisa Bantu Penyembuhan Ragam Penyakit

2. Radang usus kronis

pexels.com/Andrea Piacquadio

Menurut studi yang diterbitkan dalam jurnal "Clinical Gastroenterology Hepatology" tahun 2013 melakukan uji kontrol terkait tanaman ganja. Ganja dilaporkan menghasilkan efek menguntungkan bagi pasien dengan penyakit radang usus kronis.

Subjek penelitian adalah 21 pasien radang usus kronis yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama mengisap ganja, sedangkan kelompok kedua mengisap plasebo (obat kosong). Hasilnya, selama 8 minggu perawatan, kelompok pertama dilaporkan mengalami peningkatan nafsu makan dan tidur tanpa efek samping yang signifikan.

3. Terapi PTSD

pexels.com/Cottonbro

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal "Behavioural Pharmacology" tahun 2016 membuktikan manfaat mariyuana sebagai terapi pendukung gangguan stres pasca trauma (post-traumatic stress disorder atau PTSD). 

Studi terdahulu juga menemukan bahwa pengobatan dengan cannabinoid (zat dalam ganja) mampu menurunkan gejala PTSD, termasuk meningkatkan kualitas tidur, mengurangi frekuensi mimpi buruk, dan mengurangi hyperarousal (stres kronis).

4 . Epilepsi

unsplash.com/Micah Mulock

Tabaman ganja juga diketahui punya manfaat untuk kondisi neurologis lain, yaitu epilepsi. Sejumlah penelitian menunjukkan hasil tersebut. Bahkan, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menyetujui obat bernama epidiolex yang mengandung cannabidiol untuk mengobati kejang akibat epilepsi.

Epidiolex sendiri merupakan ekstrak ganja murni (98 persen berbasis minyak). Dalam uji klinis terkontrol, hasil studi menunjukkan pemberian obat tersebut mampu menurunkan gejala kejang lebih cepat dibanding obat lain. Studi FDA itu juga didukung oleh penelitian tahun 2017 dan 2018 dalam "New England Journal of Medicine".

Baca Juga: Bagaimana Pengaruh Ganja terhadap Otak Manusia? Ini 7 Penjelasannya!

Writer

Candra Muhammad

Juara Satu Lomba Makan Kerupuk

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya