TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fakta Protein Bubuk yang Harus Kamu Tahu Sebelum Mengonsumsinya

Populer di kalangan binaragawan, tapi benarkah bermanfaat?

ilustrasi penggunaan protein bubuk (unsplash.com/Kelly Sikkema)

Protein adalah salah satu makronutrien yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah relatif besar. Ini dapat membantu membangun otot, menurunkan berat  badan, mengencangkan otot, memperbaiki  jaringan, membuat  enzim  dan  hormon, serta punya efek mengenyangkan.

Penggunaan suplemen protein dalam bentuk bubuk alias protein bubuk memang populer, terutama di kalangan atlet atau binaragawan. Protein ini biasanya dimasukkan dalam menu diet harian untuk meningkatkan asupan protein.

Apa itu protein bubuk? Perlukah kita mengonsumsinya untuk memenuhi kebutuhan protein harian? Yuk, simak fakta pentingnya!

1. Apa itu protein bubuk?

ilustrasi protein bubuk (pexels.com/samer daboul)

Protein bubuk adalah produk protein yang dibuat dari satu atau beberapa jenis protein yang diekstraksi dari makanan dan dipekatkan menjadi bentuk bubuk halus kering. Ini dibuat dari sumber protein hewani (telur, whey, atau kasein dari susu), atau sumber nabati (kacang polong, kedelai, beras merah, quinoa, biji labu, dan rami).

Selain protein, protein bubuk juga mengandung beberapa bahan tambahan, seperti gula,  penyedap buatan, pengental, vitamin, dan mineral.

Di pasaran, terdapat berbagai jenis protein bubuk, seperti whey, kasein, kedelai, kacang, atau rami. Whey adalah produk protein bubuk yang populer di kalangan atlet. Ini merupakan protein susu yang larut dalam air dan mengandung protein lengkap serta mudah diserap oleh tubuh.

Sementara itu, kasein adalah protein susu yang kaya akan glutamin, yaitu asam amino yang dapat mempercepat pemulihan setelah olahraga. Ini lebih lambat diserap oleh tubuh.

Protein bubuk dari sumber nabati seperti kedelai, kacang polong, dan biji rami adalah alternatif terbaik bagi yang tidak mengonsumsi produk susu, misalnya pada vegetarian, vegan, atau punya intoleransi.

Baca Juga: Diet Tinggi Protein Tidak Baik bagi Kesehatan, Sudah Tau Bahayanya?

2. Berapa kandungan protein dalam satu porsi protein bubuk?

ilustrasi protein bubuk atau protein powder (freepik.com/freepik)

Dilansir Huffington Post, jumlah protein dalam satu porsi protein bubuk (setara dengan satu atau dua sendok) bervariasi dari satu produk ke produk lain, tetapi sebagian besar mengandung sekitar 20-25 gram protein.

Dengan jumlah tersebut, apakah dapat membantu memenuhi kebutuhan harian protein kita? Atau justru berlebihan?

Menurut Academy of Nutrition and Dietetics, kebutuhan harian protein yang dianjurkan pada orang dewasa sehat dengan tingkat aktivitas fisik minimal adalah 0,8 gram protein per kilogram berat badan per hari.

Misalnya, bila berat badanmu 150 pon (setara dengan 68 kilogram) membutuhkan sekitar 55 gram protein per hari.

Namun, kebutuhan ini dapat meningkat berdasarkan aktivitas fisik dan usia. Misalnya, orang yang sedang membangun massa otot direkomendasikan sekitar 1,5-2 gram protein per kilogram per hari, dan orang berusia di atas 65 tahun butuh sekitar 1-1,2 gram per kilogram per hari.

Katakanlah, seorang atlet dewasa dengan berat badan 75 kilogram yang sedang membangun otot, kebutuhan protein harian paling banyak adalah 150 gram. Kedengarannya seperti banyak, tetapi pertimbangkan sumber protein dari makanan lain.

Sebagai contoh, satu hamburger 4 ons mengandung 30 gram protein, 6 ons tuna kandungan proteinnya sekitar 40 gram, satu dada ayam 3,5 gram mengandung sekitar 31 gram protein, dua telur mengandung 12 gram protein, 4 ons salmon mengandung sekitar 26 gram protein, dan 1 ons keju cheddar memiliki 7 gram protein.

3. Protein bubuk sebaiknya dikonsumsi oleh orang yang tidak mendapatkan cukup protein dari makanan mereka

ilustrasi konsumsi protein bubuk (unsplash.com/LYFE Fuel)

Sebelum mengonsumsi protein bubuk, sebaiknya lakukan perhitungan kebutuhan harian protein kita seperti yang dijelaskan di atas. Bubuk ini biasanya digunakan sebagai alternatif untuk meningkatkan kandungan protein pada makanan yang rendah protein, misalnya smoothie.

Tidak semua orang membutuhkan protein ekstra. Beberapa orang seperti atlet, atlet angkat besi, orang yang lebih tua, vegan, vegetarian, atau orang dengan penyakit kronis mungkin membutuhkan jumlah protein lebih banyak, dan protein bubuk mungkin adalah solusinya.

Sementara itu, orang-orang yang konsumsi makanan seperti daging, ikan, susu, dan telur, serta tidak melakukan aktivitas fisik yang intens, kemungkinan tidak memerlukan konsumsi suplemen protein tambahan.

Pada sebuah tinjauan ilmiah berjudul "Adverse Effect Associated with Protein Intake above The Recommendation Dietary Allowance for Adults" dalam jurnal ISRN Nutrition tahun 2013, disebutkan bahwa konsumsi protein yang berlebihan dalam jangka panjang dapat merusak ginjal dan hati, serta memengaruhi keseimbangan tulang dan kalsium tubuh.

Selain itu, asupan protein yang terlalu tinggi juga dapat mengurangi asupan nutrisi lain, seperti buah-buahan dan sayur yang kaya akan serat.

4. Risiko penggunaan protein bubuk

ilustrasi protein powder atau protein bubuk (health.harvard.edu)

Dilansir Havard Health Publishing, ada beberapa risiko yang harus diperhatikan sebelum mengonsumsi protein bubuk, di antaranya:

  • Protein bubuk merupakan suplemen makanan yang tidak diawasi dan diatur oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA). Keamanan dan pelabelan produk diserahkan pada produsen, sehingga tidak ada yang menjamin apakah kandungan protein bubuk sesuai dengan klaim produk

  • Kathy McManus, seorang ahli diet terdaftar, mengatakan bahwa tidak diketahui efek jangka panjang dari penggunaan protein bubuk. Ini mungkin juga dapat menyebabkan gangguan pencernaan

  • Selain itu, beberapa produk mungkin memiliki kandungan gula dan kalori yang tinggi. Ini dapat menyebabkan peningkatan berat badan dan asupan gula yang tidak sehat

  • Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Clean Label Project tahun 2018, ditemukan bahwa banyak produk protein bubuk yang mengandung kontaminan logam berat, seperti timbal, arsenik, kadmium, dan merkuri, serta bisphenol-A (BPA yang digunakan untuk membuat plastik), pestisida, atau kontaminan lain yang  terkait. Bahkan, beberapa kontaminan hadir dalam jumlah yang signifikan, misalnya satu protein bubuk mengandung 25 kali batas BPA yang diizinkan. Clean Label Project menjelaskan bahwa kontaminan ini bisa berasal dari proses manufaktur atau keberadaan racun di dalam tanah yang diserap oleh tanaman yang dibuat menjadi protein bubuk. Meski demikian, tidak semua produk mengandung kadar racun yang tinggi.

Baca Juga: 7 Makanan Sumber Protein Paling Murah, Cocok untuk Anak Kos

Verified Writer

Dwi wahyu intani

@intanio99

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya