TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengenal Asfiksia, Kondisi Tubuh saat Kekurangan Oksigen

Kerumunan padat dapat memicu asfiksia

ikustrasi kerumunan (pexels.com/Harrison Haines)

Tersedak, tenggelam, atau terjebak dalam kerumunan yang sangat padat dapat membuat seseorang mengalami kekurangan oksigen. Secara medis, kondisi ini dinamakan dengan asfiksia.

Asfiksia merupakan kondisi yang perlu diwaspadai. Sebab tanpa penanganan yang segera, ini dapat menyebabkan hilangnya kesadaran hingga mengancam jiwa. Menurut laporan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), asfiksia menyebabkan 18.924 kematian pada tahun 2018, seperti dilansir Healthline

Untuk mengenali asfiksia lebih lanjut, yuk simak penjelasan legkapnya di bawah ini.

1. Bagaimana asfiksia bisa terjadi?

ilustrasi bernapas (pexels.com/Thirdman)

Saat bernapas, kita menghirup oksigen ke paru-paru. Dari paru-paru, gas ini kemudian dikirimkan ke pembuluh darah, dan disebarkan ke organ vital, seperti otak dan jantung.

Keberadaan oksigen dalam tubuh sangatlah penting. Ia mendukung sel-sel tubuh untuk bekerja dengan baik, salah satunya adalah menghasilkan energi dan bertahan hidup.

Namun karena beberapa hal, pasokan oksigen dalam tubuh dapat terganggu. Ini dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen dan mengakibatkan asfiksia. Jika tidak segera ditangani, asfiksia dapat menyebabkan kerusakan organ, hingga kematian otak dalam waktu yang cepat, seperti dilansir laman Health

Baca Juga: 5 Teknik Bernapas yang Bisa Dilatih untuk Meredakan Kecemasan

2. Apa yang menyebabkan asfiksia?

ilustrasi tenggelam (pexels.com/Engin Akyurt)

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan asfiksia. Di antaranya adalah faktor fisik, kimia, hingga seksual. Kondisi ini juga dapat terjadi secara sengaja maupun tak disengaja.

Inilah beberapa faktor penyebab umum dari asfiksia:

  • Tersedak;
  • Tenggelam;
  • Tercekik;
  • Berada dalam ruang tertutup atau kedap udara;
  • Asma, yaitu kondisi kronis yang dapat menyebabkan peradangan pada saluran pernapasan;
  • Posisi tubuh yang salah yang dapat mengganggu sirkulasi oksigen;
  • Anafilaksis yang disebabkan oleh reaksi alergi parah. Pada kondisi ini, seseorang dapat mengalami pembengkakan, termasuk pada saluran pernapasan atas sehingga mengganggu pernapasan;
  • Overdosis obat, seperti opioid. Dosis obat yang terlalu tinggi dapat memperlambat pernapasan hingga menyebabkan tubuh tidak dapat mengambil oksigen dalam jumlah yang cukup;
  • Kejang. Selama kejang, sistem pernapasan dapat tiba-tiba terhenti (atau disebut dengan apnea) sehingga menyebabkan penurunan kadar oksigen yang membahayakan;
  • Terlalu banyak menghirup zat kimia yang dapat mencegah oksigen mencapai sel. Misalnya karbon monoksida, sianida, dan hidrogen sulfida;
  • Asfiksia lahir pada bayi. Kemungkinan karena kekurangan oksigen dalam darah ibu atau adanya masalah pada plasenta;
  • Asfiksia erotis: memotong suplai oksigen untuk gairah seksual;
  • Berdesakan atau adanya kekuatan eksternal yang menghalangi pernapasan. Ini disebut dengan asfiksia kompresi yang umum ditemukan pada kerumunan padat. 

 

 

3. Gejala asfiksia

ilustrasi sakit (pexels.com/cottonbro)

Ketika terjadi penurunan kadar oksigen, tubuh mengalami hipoksia yaitu kondisi ketika oksigen tidak tersedia dalam jumlah yang cukup dalam jaringan. Ini kemudian memunculkan gejala asfiksia, seperti:

  • Kesulitan bernapas;
  • Suara serak;
  • Sakit tenggorokan;
  • Kesulitan menelan;
  • Pernapasan cepat;
  • Mengi;
  • Batuk;
  • Konsentrasi buruk;
  • Sakit kepala;
  • Detak jantung cepat;
  • Perubahan warna kulit;
  • Penglihatan kabur dan berkurang;
  • Gangguan pendengaran;
  • Penurunan kesadaran.

Jika suplai oksigen tetap tidak tersedia atau terputus, hipoksia dapat berubah menjadi anoksia, yaitu penurunan kadar oksigen yang parah. Jika ini terjadi dalam beberapa detik, orang dengan asfiksia dapat kembali sadar. Akan tetapi jika tidak segera mendapat penanganan, kematian mungkin dapat terjadi. 

 

4. Penanganan asfiksia

ilustrasi RJP (pixabay.com/manseok_Kim)

Asfiksia merupakan kondisi darurat medis, yang harus mendapatkan penanganan sesegera mungkin. Beberapa penanganan yang dibutuhkan termasuk:

  • Resusitasi jantung paru (RJP) atau juga disebut Cardiopulmonary Resuscitation (CPR). Ini merupakan metode kompresi dada untuk meningkatkan aliran darah dan oksigen ke otak dan organ lain. RJP dilakukan ketika seseorang tidak bernapas atau jantung tak berdetak (henti jantung), misalnya akibat serangan jantung, tenggelam, atau kecelakaan.
  • Manuver Heimlich: merupakan prosedur pertolongan pertama ketika tersedak. Prosedur ini dilakukan dengan menekan perut di bawah diafragma untuk mengeluarkan benda asing dalam saluran pernapasan.
  • Terapi oksigen, termasuk pemasangan ventilator, tabung pernapasan, atau masker hidung yang menyediakan oksigen. Tujuannya adalah untuk menyuplai oksigen ke paru-paru.
  • Pemberian obat-obatan jika penyebab asfiksia adalah anafilaksis, serangan asma yang parah, atau overdosis obat. 

 

Baca Juga: 7 Cara Meningkatkan Kadar Oksigen dalam Darah secara Alami

Verified Writer

Dwi wahyu intani

@intanio99

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya