TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

3 Pilihan Kontrasepsi untuk Pria, Ada yang Permanen!

Pertimbangkan kelebihan dan kekurangannya sebelum menggunakannya

ilustrasi pria berkonsultasi dengan dokter (freepik.com/pressfoto)

Bagi pasangan yang telah menikah, ada kalanya untuk menunda kehamilan karena merasa belum siap untuk menjadi orang tua atau untuk karena alasan lainnya. Nah, untuk mencegah atau menunda kehamilan yang tidak inginkan, maka baik perempuan maupun pria bisa menggunakan alat kontrasepsi

Jika alat kontrasepsi untuk perempuan memiliki banyak pilihan seperti implan, suntik KB, pil KB, hingga IUD, maka berbeda dengan alat kontrasepsi pria yang hanya sedikit pilihannya. Sebab, pria yang berminat untuk menggunakan kontrasepsi saat berhubungan seks tidak sebanyak perempuan.

Padahal, pihak pria pun juga bisa menggunakan alat kontrasepsi untuk membantu mencegah kehamilan. Apalagi jika pasangannya sering tidak cocok atau memiliki masalah hormon karena menggunakan alat kontrasepsi, yang bisa terjadi karena efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi yang digunakannya.

Nah, berikut ini tiga pilihan kontrasepsi untuk pria yang penting untuk diketahui. Check it out, Guys!

Baca Juga: Mengenal 5 Jenis Spermisida, Alat Kontrasepsi yang Underrated

1. Kondom

ilustrasi kondom (freepik.com/freepik)

Kondom adalah metode pencegah kehamilan yang paling populer dan mudah digunakan. Bahkan harganya pun juga terjangkau dan mudah untuk di dapatkan, baik di supermarket atau pun di apotek. Nah, untuk mencegah kehamilan, kondom dipasang di penis yang sedang ereksi dan dipakai selama berhubungan seksual. 

Kondom bekerja dengan menghentikan air mani memasuki saluran vagina, sehingga sel telur tidak bisa dibuahi. Dengan mengikuti panduan penggunaan yang benar, kondom dapat efektif untuk mencegah kehamilan hingga 98 persen.

Bahkan kondom juga bisa melindungi dari infeksi menular seksual (IMS) seperti klamidia, HIV, gonore, sifilis dan herpes. Namun jika tidak menggunakannya dengan benar setiap kali berhubungan seks, maka peluang untuk hamil secara tidak sengaja dapat sangat tinggi, dan bisa berisiko terkena IMS.

Misalnya saja seperti terlambat memakainya, meninggalkan penis di dalam vagina sesudah ejakulasi atau melakukan tindakan yang mengakibatkan kondom menjadi robek. Nah, untuk memastikan kondom berfungsi dengan baik, berikut beberapa hal yang perlu kamu lakukan:

  • Gunakan kondom berbahan lateks atau poliuretan, dan simpan di tempat yang sejuk dan kering. Namun jika kamu atau pasanganmu alergi dengan lateks, maka bisa membeli kondom yang terbuat dari bahan lain seperti poliuretan. Kondom yang terbuat dari kulit domba atau bahan lain kemungkinan tidak bisa melindungi dari HIV dan virus lainnya.
  • Periksa tanggal kadaluwarsa pada bungkusnya untuk memastikan kondom tidak expired. Selain itu, kondom juga rusak atau kadaluwarsa karena cahaya dan panas. Kondom yang sudah tua atau kering kemungkinan lebih mudah robek ketika digunakan. Selain itu, gunakan pelumas yang berbahan dasar air atau silikon. Mereka lebih kecil kemungkinannya untuk memecahkan kondom, dibandingkan dengan minyak. 
  • Penting untuk memeriksa intruksi atau label untuk alergen potensial.

Dikutip dari laman WebMD, berikut  panduan cara memakai dan melepas kondom yang tepat:

  • Letakkan kondom di atas kepala penis yang keras. Jepit udara yang mungkin terperangkap di ujungnya, dan sisakan sedikit ruang di sana untuk air mani.
  • Buka gulungan kondom hingga ke pangkal penis.
  • Jika tidak disunat, maka tarik kembali kulup sebelum menurunkan kondom.
  • Ketika selesai berhubungan seks, maka pegang pangkal penis dan pegang kondom di tempatnya ketika menariknya keluar.
  • Buang kondom.

2. Spermisida

ilustrasi spermisida spons (teenhealthsource.com)

Spermisida merupakan jenis kontrasepsi yang bekerja dengan menghentikan sperma mencapai sel telur. Itu dimasukkan ke dalam vagina sebelum berhubungan seks, untuk menghentikan sperma mencapai sel telur. Dilansir Cleveland Clinic, spermisida mengandung bahan kimia yang merusak sperma. Kebanyakan spermisida mengandung bahan kimia nonoxynol-9 (N-9).

Meskipun itu tidak benar-benar membunuh sperma, namun itu menghentikannya mencapai sel telur. Spermisida bekerja dengan menghalangi pintu masuk ke leher rahim perempuan (bagian terendah dari rahim) dan dengan menghentikan sperma berenang menuju sel telur.

Spermisida tersedia dalam berbagai bentuk seperti gel, krim, spons, dan supositoria. Kontrasepsi ini bisa dibeli di supermarket dan apotek  tanpa menggunakan resep. Namun spermisida lebih efektif jika digunakan bersama dengan kontrasepsi lainnya seperti kondom atau diafragma. Perlu diketahui bahwa spermisida merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling tidak efektif jika digunakan sendiri.

Jika hanya menggunakan spermisida saja, maka efektivitasnya untuk mencegah kehamilan sekitar 70 persen hingga 80 persen. Jika spermisida digunakan bersama dengan kondom (disebut kondom spermisida), maka tingkat efektivitasnya bisa mencapai 87 persen, mengutip WebMD.

Selain itu, menggunakan kondom dengan spermisida juga bisa membantu melindungi dari IMS. Namun penggunaan kondom dengan spermisida juga ada kekurangannya yaitu bisa meningkatkan risiko infeksi saluran kemih pada perempuan. 

Spermisida harus digunakan dengan benar dan sesuai dengan instruksi pada label, serta periksa tanggal kadaluwarsanya. Jika tidak diterapkan dengan benar, maka spermisida tidak efektif untuk mencegah kehamilan. Berikut pedoman umum penggunaan spermisida:

  • Harus memasukkan spermisida jauh ke dalam vagina pasangan.
  • Spermisida harus dimasukkan setidaknya 10 hingga 15 menit sebelum berhubungan seks agar efektif. Kebanyakan spermisida hanya efektif selama 60 menit.
  • Gunakan kembali spermisida setiap berhubungan seks.
  • Jangan pernah mencuci atau menghilangkan spermisida sesudah berhubungan seks.
  • Tidak ada lagi yang harus masuk ke dalam vagina pasangan, setidaknya selama enam jam, agar spermisida bisa terus bekerja.

Penggunaan spermisida memiliki beberapa kelebihan, yaitu:

  • Tidak mahal. Menurut American College of Obstretricians and Gynecologist, kebanyakan spermisida juga lebih murah daripada metode KB lainnya.
  • Mudah digunakan dan diterapkan.
  • Bisa dibeli di sebagian besar toko, apotek, dan supermarket tanpa resep.
  • Tidak mengandung hormon.
  • Berfungsi ganda sebagai pelumas.
  • Tidak perlu mengunjungi penyedia layanan kesehatan sebelum menggunakannya.

Penggunaan spermisida juga memiliki beberapa kekurangan yaitu:

  • Harus diterapkan kembali setiap kali berhubungan seks.
  • Tidak melindungi terhadap infeksi menular seksual (IMS).
  • Bisa menyebabkan rasa sakit dan iritasi. Menurut Planned Parenthood, spermisida yang mengandung nonoxynol-9 bisa mengiritasi area genital jika digunakan beberapa kali sehari pada kulit yang sensitif. Dalam beberapa kasus, kerusakan pada area genital ini bisa meningkatkan risiko tertular IMS.
  • Bisa meningkatkan risiko terkena infeksi HIV.
  • Dikaitkan dengan peningkatan risiko infeksi saluran kemih.
  • Beberapa orang kemungkinan juga memiliki alergi spermisida.

Selain itu, beberapa orang kemungkinan mengalami efek samping dari bahan kimia dalam spermisida. Efek samping yang paling umum yaitu iritasi pada vagina atau penis. Sesudah iritasi ini terjadi, maka infeksi lebih mudah masuk ke kulit. Spermisida umumnya aman, namun jika menyebabkan kemerahan atau iritasi, maka sebaiknya hentikan penggunaannya.

Selain itu, segera periksakan diri ke dokter jika mengalami hal berikut saat menggunakan spermisida:

  • Keputihan berbau busuk atau berwarna aneh.
  • Ruam atau luka pada vagina.
  • Buang air kecil yang menyakitkan.
  • Demam atau mengigil.
  • Nyeri panggul atau perut.
  • Seks yang menyakitkan.

Baca Juga: Kontrasepsi KB Koyo, Apakah Efektif Cegah Kehamilan?

Verified Writer

Eliza Ustman

'Menulislah dengan hati, maka kamu akan mendapatkan apresiasi yang lebih berarti'

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya