Adopsi untuk Pancingan agar Cepat Hamil, Mitos atau Fakta?

Memang ada statistik hamil setelah adopsi, tetapi ...

Banyak pasangan suami istri yang menginginkan keturunan. Namun, banyak pula yang sudah mencoba bertahun-tahun dan menempuh banyak cara tetapi belum juga hamil. Pada saat ini, orang-orang sekitar umumnya memberikan berbagai saran. Salah satunya adalah saran untuk adopsi anak sebagai pancingan agar bisa cepat hamil.

Apa benar adopsi bisa membuat seseorang cepat hamil? Kalau kamu sedang mempertimbangkannya, baca dulu artikel ini, ya!

Seberapa sering kehamilan terjadi setelah mengadopsi?

Adopsi untuk Pancingan agar Cepat Hamil, Mitos atau Fakta?ilustrasi mengadopsi anak (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Memang, ada statistik tentang kehamilan setelah adopsi. Akan tetapi, ini merupakan statistik dari studi lampau.

Sebagai contoh, studi terbatas bertajuk "Occurrence of Pregnancy Following Adoption" tahun 1960 menganalisis 100 kuesioner dari orang tua yang mengadopsi anak di Vista Del Mar Child Care, Amerika Serikat (AS).

Hasil studi ini menunjukkan, berdasarkan analisis kritis, 10 kehamilan terjadi di antara perempuan, yang sebelumnya tidak pernah hamil, setelah adopsi (10,4 persen dari pasangan). Dua kehamilan tambahan terjadi pada perempuan yang sebelumnya pernah hamil.

Para ahli berpendapat bahwa tidak satu pun angka-angka yang didapat mendukung keyakinan bahwa adopsi sering menyebabkan kehamilan.

Studi lainnya bertajuk "Study of the Incidence of Pregnancy Following Adoption" pada tahun 1963 melakukan survei terhadap 1.400 pasangan yang mengadopsi anak antara tahun 1946 dan 1956 dari tiga tempat adopsi anak di AS.

Dari 1.400 kuesioner, hanya 388 pasangan yang merespons. Dari jumlah ini, 185 kasus infertilitas dianggap memiliki latar belakang organik dan ini dihilangkan, menyisakan 203 kasus yang mana infertilitas mungkin fungsional. Sebanyak 42 dari jumlah tersebut dilaporkan hamil setelah adopsi. Kasus infertilitas sekunder (pernah hamil sebelumnya lalu sulit hamil lagi) dihilangkan, menyisakan 35 kasus infertilitas primer (belum pernah hamil). Sebanyak 14 di antaranya tersingkir karena terapi medis atau perubahan fisiologis, dan 15 lainnya disingkirkan karena masa infertilitas kurang dari 5 tahun atau karena kehamilan terjadi lebih dari 2 tahun setelah adopsi. Jadi, ada 6 kasus (2,9 persen) yang mana hubungan sebab akibat mungkin diperoleh antara adopsi dan kehamilan.

Studi lainnya dalam American Journal of Obstetrics and Gynecology tahun 1979 mencoba menguji hipotensis adopsi dapat meningkatkan kesuburan. Para peneliti melakukan analisis data tindak lanjut yang diperoleh dari 895 pasangan yang "berisiko" hamil (tidak mengadopsi) dan mengadopsi setelah mendaftar di Stanford Infertility Clinic, AS, antara tahun 1963 dan 1977.

Dari 767 pasangan yang tidak mengadopsi, sebanyak 329 pasangan memiliki kehamilan; dari 128 yang mengadopsi, sebanyak 41 pasangan kemudian memiliki kehamilan. Perbandingan yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan berkurangnya kesuburan setelah adopsi. Namun, ini mungkin efek palsu terkait sejumlah faktor yang berbeda antara dua kelompok. Menurut para peneliti, data yang didapat tidak mendukung hipotesis bahwa adopsi memengaruhi kesuburan setelahnya.

Perlu diingat bahwa dari statistik yang dipaparkan di atas, itu semua merupakan temuan penelitian masa lampau, sebelum adanya kemajuan medis modern dalam mengobati fertilitas. Data terkini tentang topik ini tidak ditemukan.

Selain itu, perlu dipertimbangkan juga fakta bahwa beberapa orang memilih untuk mengadopsi walaupun mereka tidak mandul dan makin banyak orang tua angkat yang kembali mendapatkan pengobatan infertilitas setelah mengadopsi.

Studi tahun 2012 menemukan bahwa 17 persen perempuan yang hamil dan melahirkan setelah perawatan fertilisasi in vitro (IVF) hamil lagi tanpa perawatan dalam waktu 6 tahun. Untuk perempuan yang tidak berhasil dengan IVF, sebanyak 24 persen hamil dengan sendirinya setelah menghentikan pengobatan. Penelitian lainnya menemukan bahwa 16 persen perempuan tidak subur hamil secara alami setelah menghentikan perawatan, mengutip laman Creating a Family.

Banyak ahli menduga mereka yang hamil setelah adopsi termasuk dalam persentase kehamilan spontan tersebut. Tergantung diagnosis infertilitas seseorang, kalau kamu berhubungan seks pada waktu yang tepat, kamu mungkin akan hamil, baik itu setelah mengadopsi anak maupun tidak.

Menurut data dari National Infertility Association Resolve, persentase tingkat kehamilan setelah mengadopsi dan yang tidak mengadopsi adalah sama. Jadi, bisa dibilang tidak ada hubungan antara adopsi dan kehamilan. Selain itu, belum ada penelitian yang menunjukkan kaitan antara adopsi anak dengan terjadinya kehamilan.

Baca Juga: 14 Penyebab Kemandulan pada Pria, Bikin Khawatir!

Tips meningkatan peluang kehamilan

Adopsi untuk Pancingan agar Cepat Hamil, Mitos atau Fakta?ilustrasi mengadopsi anak (pexels.com/Kindel Media)

Orang memilih adopsi karena berbagai alasan, tetapi yang utama sejauh ini adalah ketidaksuburan. Seharusnya pasangan mengadopsi karena ingin menjadi orang tua bagi seorang anak, bukan anak dijadikan "pancingan."

Ketimbang fokus pada mitos, sebaiknya kamu dan pasangan yang mendambakan untuk memiliki keturunan fokus dulu pada hal-hal yang bisa membantu meningkatkan kesuburan.

Dilansir Parents, berikut ini tipsnya:

  • Ikuti konseling prakonsepsi. Sekitar 60–90 hari sebelum kamu dan pasangan siap untuk mulai mencoba hamil, buatlah janji temu dengan dokter kandungan. Dokter akan mendiskusikan tujuan reproduksi, skrining untuk kondisi seperti anemia yang mungkin memerlukan pengobatan, dan mempertimbangkan alternatif untuk setiap resep atau obat bebas yang digunakan.
  • Jadwalkan pemeriksaan tahunan. Selain Pap smear dan pemeriksaan fisik secara teratur, pastikan untuk rutin ke dokter gigi untuk pembersihan. Infeksi tertentu mungkin tidak bisa diobati saat sedang hamil dan bisa mengakibatkan keterlambatan reproduksi.
  • Ketahui riwayat keluarga. Cari tahu seberapa mudah ibu atau saudara perempuan kamu hamil dan apakah ada riwayat keluarga dengan kondisi medis turun-menurun. 
  • Dapatkan vaksinasi. Pastikan semua vaksinasi diperbarui sebelum mencoba untuk hamil. Perempuan berisiko mengalami komplikasi jika sakit selama hamil, dan beberapa vaksin tidak boleh diberikan selama kehamilan.
  • Cek tingkat tiroid. Bahkan disfungsi tiroid ringan bisa menyebabkan sulit hamil atau keguguran.
  • Pasangan juga harus diperiksa. Kalau mau peluang hamil tinggi, kamu dan pasangan harus sehat. Pasangan laki-laki juga perlu menjalani tes seperti analisis sperma. Banyak laki-laki memiliki jumlah sperma yang rendah, atau mereka mengonsumsi suplemen yang mengganggu motilitas sperma. Tes awal juga dapat memberi peringatan jika laki-laki mengalami andropause (pengurangan hormon seks secara permanen).
  • Setelah berhenti pakai kontrasepsi, jangan menunggu untuk berhubungan seks. Kebanyakan orang akan mengalami menstruasi teratur dan kemampuan untuk hamil dalam waktu tiga bulan setelah berhenti menggunakan kontrasepsi.
  • Berhubungan seks pada waktu yang tepat. Begitu sel telur dilepaskan, itu hanya bisa dibuahi antara 12 dan 24 jam. Sperma dapat bertahan hidup di saluran reproduksi hingga 5 hari. Itulah mengapa sebaiknya mulai berhubungan seks dengan baik sebelum perempuan berovulasi. Studi dalam jurnal Fertility and Sterility tahun 2019 menunjukkan bahwa hari dengan peluang tertinggi untuk hamil adalah tepat sebelum ovulasi.
  • Jangan merasa harus menghindari seks. Kamu mungkin disarankan untuk menunggu beberapa hari di antara hubungan seks karena laki-laki butuh waktu untuk memproduksi sperma. Ini tidak benar. Ejakulasi memengaruhi volume air mani, bukan konsentrasi sperma. Konsentrasi sperma lebih penting dan tidak dipengaruhi oleh frekuensi berhubungan seks.
  • Bereksperimen dengan posisi seks. Beberapa riset menunjukkan bahwa posisi misionaris adalah posisi seks terbaik untuk mencapai kehamilan. Namun, datanya tidak konklusif. Lakukanlah posisi yang menurut kamu dan pasangan paling nyaman dan yang terpenting lakukan secara konsisten. Tidak perlu mengangkat kaki setelah berhubungan seks karena menurut para ahli itu tidak memberi perbedaan apa pun.
  • Hati-hati dengan penggunaan lubrikan vagina. Banyak lubrikan berbahan dasar air yang umum digunakan dapat menghambat pergerakan sperma. Kalau ingin pakai lubrikan saat berhubungan seks, pilih produk dengan label "sperm-friendly" or "fertility-friendly."
  • Pertimbangkan untuk menggunakan test pack ovulasi. Alat ini dapat memantau luteinizing hormone (LH), yang mana ini melonjak sesaat sebelum ovulasi. Begitu hasilnya positif, kamu dan pasangan disarankan untuk berhubungan seks dalam 24–36 jam ke depan.
  • Perhatikan asupan kafein. American College of Obstetricians and Gynecologists merekomendasikan untuk membatasi kafein hingga 200 miligram per hari (setara 2 cangkir kopi). 
  • Kurangi paparan asap rokok dan ganja. Merokok berdampak pada suplai darah ke ovarium dan mengakibatkan hilangnya sel telur secara eksponensial. Di sisi lain, perokok pasif juga dikaitkan dengan peningkatan komplikasi kehamilan. Studi dalam Canadian Medical Association Journal tahun 2019 menunjukkan bahwa ganja dapat berdampak negatif terhadap kesuburan perempuan.
  • Kurangi atau berhenti minum alkohol. Tidak ada yang tahu persis apa yang terjadi dengan minum alkohol berlebihan dalam waktu lama sebelum hamil, tetapi kemungkinan besar ada perubahan struktural pada telur yang memengaruhi kualitasnya. Sulit untuk mengetahui berapa lama bagi sel telur untuk pulih, jadi berhentilah sesegera mungkin ketika kamu dan pasangan siap untuk mencoba hamil.
  • Pantau berat badan. Berat badan berlebihan maupun kurang dapat memengaruhi kesehatan sel telur dan mengakibatkan komplikasi kehamilan. Perempuan dengan berat badan berlebih bisa tidak berovulasi secara teratur, yang bisa membuat mereka lebih tidak subur. Targetkan untuk mengurangi 15 persen dari berat badan saat mencoba untuk hamil.
  • Kendalikan kebiasaan buruk. Merokok tembakau atau ganja bisa sangat memengaruhi motilitas sperma. Pasangan laki-laki sangat dianjurkan untuk berhenti merokok dan minum alkohol secara berlebihan. Selain baik untuk sperma, ini juga bagus untuk mencapai berat badan yang sehat juga. Makin berlebih berat badan laki-laki, makin rendah fungsi testosteron dan spermanya. Obesitas juga dapat memengaruhi produksi sperma dan fungsi ejakulasi.
  • Rutin olahraga. Sarannya adalah 30 menit latihan kardiovaskular 5–6 hari per minggu, baik sebelum dan selama kehamilan. Beberapa dokter menduga bahwa olahraga berdampak tinggi dapat menghambat pembuahan, karena orang yang sangat atletis cenderung mengalami menstruasi yang tidak teratur. Namun, kalau kamu memiliki berat badan yang sehat dan siklus menstruasnya teratur, tidak apa-apa untuk melanjutkan olahraga intens. Konsultasikan ini dengan dokter.
  • Batasi paparan radiasi. Melewati metal detector mungkin aman untuk ibu hamil. Namun, karena efek kumulatif dari paparan berulang tidak diketahui, beberapa dokter menyarankan untuk mengurangi paparan radiasi seperti ini untuk meminimalkan paparan yang dapat memengaruhi reproduksi.
  • Gunakan ramuan herbal dengan hati-hati. Jangan mudah percaya jamu kesuburan karena tidak diketahui apa saja isinya dan bagaimana ramuan tersebut diformulasikan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa herbal dapat berinteraksi secara negatif dengan obat-obatan konvensional.
  • Jangan douching. Praktik ini dapat membuat lingkungan dalam vagina menjadi tidak ramah bagi sperma. Douching juga dikaitkan dengan peningkatan risiko infeksi vagina (vaginosis bakterialis), penyakit radang panggul, dan komplikasi kehamilan seperti kelahiran prematur dan kehamilan ektopik. Hindari juga penggunaan tampon beraroma dan semprotan vagina.
  • Hindari melakukan perawatan kecantikan secara berlebihan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang bekerja di salon kuku dan rambut—yang sering terpapar asap kimia seperti aseton—berpeluang lebih rendah untuk hamil dan kemungkinan keguguran yang lebih tinggi dan bahkan cacat lahir, menurut Centers for Disease Control and Prevention. Meni-pedi atau highlight rambut sesekali seharusnya tidak berbahaya bagi kebanyakan orang. Pastikan salon berventilasi baik dan kenakan masker respirator jika kamu benar-benar khawatir.
  • Beri diri waktu setelah mengalami keguguran. Selama siap secara emosional dan fisik, sebetulnya tidak ada alasan untuk menunda mencoba hamil lagi. Namun, perhatikan bahwa sebagian besar dokter menyarankan untuk menunggu sampai pasien pulih, yang biasanya memakan waktu beberapa minggu. Mintalah petunjuk dari dokter.
  • Realistis mengenai peluang hamil jika usia di atas 40 tahun. Makin bertambahnya usia perempuan, kemungkinan hamil makin berkurang. Cobalah kelola ekspektasi dan terbuka untuk berbagai pilihan untuk menjadi ibu.
  • Kelola stres dengan baik. Meskipun tidak mungkin stres saja dapat menyebabkan kemandulan, tetapi stres bisa mengganggu kemampuan untuk hamil. Penelitian telah menunjukkan bahwa perempuan dengan riwayat depresi dua kali lebih mungkin mengalami infertilitas. Kecemasan juga dapat memperpanjang waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kehamilan.

Jadi, secara medis, belum ada penelitian yang menunjukkan bukti kuat kaitan antara adopsi dengan terjadinya kehamilan setelahnya. Ini bisa dibilang adalah mitos. Tidak ada hubungan antara mengadopsi anak dengan kemungkinan kehamilan.

Selain itu, yang nantinya paling tersakiti akibat mitos ini adalah anak yang diadopsi. Bagaimana jika anak nantinya mengetahui bahwa ia diadopsi karena tujuan "pancingan", atau tujuan ia diadopsi hanya karena orang tua angkatnya bertujuan untuk "punya anak kandung?"

Baca Juga: Penyebab Infertilitas pada Perempuan dan Faktor Risikonya

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya