TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Cara Membangun Hubungan Sehat dari Perspektif Kesehatan

Quality time dengan pasangan dan diri sendiri harus seimbang

ilustrasi hubungan sehat (pexels.com/RODNAE Productions)

Mencintai seseorang lebih mudah ketimbang mempertahankan suatu hubungan. Berkomitmen menjaga satu sama lain dalam lingkup yang sehat, tampaknya bisa menjadi tantangan tersendiri bagi tiap individu.

Tidak ada pedoman resmi atau guru terbaik yang dapat mengajarkan cara untuk memiliki hubungan yang sehat. Pendekatan saat menjalin hubungan pun umumnya berbeda-beda pada setiap pasangan. Kendati demikian, ada saja alasan yang dapat menyebabkan suatu hubungan mengalami kemunduran dari segi kualitas. Tak jarang, perpisahan dianggap sebagai jalan keluar terbaik.

Dilansir Medical News Today beserta penuturan para pakar dalam penelitian mereka, berikut adalah lima cara membangun dan mempertahankan hubungan yang sehat.

1. Memulai hubungan berdasarkan tujuan

ilustrasi pasangan (pexels.com/Jasmine Carter)

Dalam banyak kasus yang berhasil teridentifikasi, orang yang melakukan kencan bisa jatuh pada komitmen karena rasa inersia, sehingga menyebabkan tidak ada perasaan saling memiliki antar pasangan.

Alex Psaila dari North & South West Sussex Relate Centre, Inggris, menyatakan kalau cinta buta dapat mencegah individu menyangkal masalah dan bentrokan kepribadian. Hal ini termasuk keyakinan bahwa sifat atau kebiasaan pasangan yang tidak disukai bisa berubah seiring berjalannya waktu.

Menurut Samantha Joel, Ph.D., dan Prof. Paul Eastwick, fase pendekatan sebelum komitmen digalakkan bisa meminimalkan situasi yang kurang sehat bagi masing-masing pihak dalam jangka panjang.

Dengan kata lain, sebelum memutuskan menjalin hubungan, alangkah baiknya tentukan dulu tujuan jangka panjang. Penting juga untuk menyadari apakah pasangan termasuk individu yang bisa selaras dengan keinginan dan kebutuhan diri sendiri.

Baca Juga: Kesehatan Mental dan Fisik Saling Berhubungan, Ini Penjelasan Medisnya

2. Mengedepankan komunikasi dalam penyelesaian konflik

ilustrasi pasangan terlibat diskusi untuk menyelesaikan konflik (Pexels.com/Jopwell)

Komunikasi secara terbuka sangat diperlukan untuk membangun dan mempertahankan hubungan yang sehat. Sementara itu, dalam suatu hubungan pasti dua individu pernah terlibat konflik. Di sinilah peran komunikasi yang terbuka, tenang, dan konstruktif untuk menyelesaikannya.

Alasan kemunculan konflik dalam hubungan bisa beragam. Studi dalam jurnal Current Opinion in Psychology tahun 2017 menyebutkan, variasi latar belakang konflik dalam hubungan, yakni harapan yang tidak terpenuhi, persoalan finansial, pembagian tanggung jawab, pola pengasuhan, dan kecemburuan merupakan penyebab konflik yang paling umum.

Tim peneliti studi tersebut menyarankan untuk mengedepankan evaluasi penyebab, mengekspresikan masing-masing pandangan, dan negosiasi arah perubahan, sebelum memutuskan cara terbaik untuk mengatasi konflik.

3. Meluangkan waktu untuk pasangan

ilustrasi sepasang kekasih menghabiskan waktu bersama (pexels.com/Thomas Ward)

Kesibukan (misalnya pekerjaan) sering kali menjadi penghalang untuk menghabiskan waktu bersama pasangan, bahkan dalam kasus tinggal satu rumah sekali pun. Padahal, keterlibatan aktif pasangan dalam kegiatan yang menyenangkan memberikan peluang lebih besar untuk tetap bersama.

Studi dalam Journal of Marriage and Family tahun 2019 menunjukkan, dengan meluangkan waktu bersama, misalnya sesimpel main board game, dapat meningkatkan kualitas kehidupan percintaan. Korelasi dari kasus tersebut adalah peningkatan hormon oksitosin (hormon cinta) saat berinteraksi.

4. Menetapkan ruang bagi diri sendiri

ilustrasi perempuan sedang fokus pada pekerjaannya (pexels.com/Lina Kivaka)

Menghabiskan waktu sejenak dengan diri sendiri tidak kalah pentingnya untuk menjaga hubungan tetap sehat. Ada semacam siklus yang berkaitan erat dengan jarak dan kedekatan yang memengaruhi kuantitas dan kualitas bersama pasangan maupun diri sendiri.

Terlalu banyak kedekatan bisa berpotensi menjadi "jebakan" dalam suatu hubungan. Dalam kasus yang lebih ekstrem, ini bisa memicu isolasi diri yang berkaitan dengan tanda pelecehan emosional. Untuk itu, quality time bersama pasangan dan diri sendiri porsinya harus seimbang.

Baca Juga: Kesehatan Mental Anak Tergantung Kebahagiaan Orangtua

Verified Writer

Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya