TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tentukan Waktu Makan yang Tepat dengan Pola Makan Intuitif

Memuaskan rasa lapar tanpa menyebabkan rasa bersalah

unsplash.com/Pablo Merchán Montes

Membiarkan isyarat tubuh bekerja terkait dengan rasa lapar dan kenyang dapat membantu mengoptimalkan kualitas hidup, meningkatkan citra tubuh, dan manajemen pola makan. Ialah pola makan intuitif yang berpijak pada promosi perilaku sehat terhadap makanan dan citra tubuh. 

Pola makan intuitif mirip dengan pola makan pada umumnya yang mengacu pada prinsip makan ketika lapar dan berhenti ketika sudah kenyang. Namun, di dalam mekanisme pola makan intuitif diperlukan kepercayaan akan citra tubuh. 

Simak penjelasan berikut untuk mengetahui lebih jelas mengenai pola makan intuitif.

1. Riwayat singkat mengenai pola makan intuitif

pexels.com/Flo Dahm

Pencetus istilah pola makan intuitif diketahui bernama Evelyn Tribole, M.S., R.D.N., dan Elyse Resch, M.S., R.D.N. Mereka menuangkan gagasan terkait pola makan intuitif ke dalam bukunya yang berhasil terbit pada tahun 1995. Namun, penting untuk dicatat bahwa konsep pola makan intuitif berakar dari ide-ide pola makan sebelumnya, salah satunya pola makan secara emosional. 

Pola makan secara emosional sendiri tercetus oleh Geneen Roth pada tahun 1982. Sementara itu, pencetusnya yang lebih dahulu, Susie Orbach menuangkan gagasannya bertajuk "Fat is a Femist Issue" pada tahun 1978.

Baca Juga: Musim Hujan di Tengah Pandemik, Kebiasaan Makan Ini Bikin Imun Lemah

2. Dasar pola makan intuitif

pexels.com/Polina Tankilevitch

Pola makan jenis ini tidak memaksakan suatu pedoman tentang makanan apa yang harus dihindari dan makanan apa yang harus dikonsumsi. Sederhananya, pola makan intuitif mengajarkan individu untuk membuat keputusan mengenai makanan apa saja yang dapat dikonsumsi. 

Sebelum menerapkan pola makan intuitif, terdapat perbedaan mendasar antara lapar secara fisik dan lapar secara emosional. Keduanya perlu dipahami agar tidak terjebak dalam istilah pola makan intuitif yang salah. 

Lapar secara emosional cenderung didorong oleh kebutuhan emosional. Kesedihan, kebosanan, atau kesepian sering kali mendorong nafsu makan untuk makan makanan yang menurut dapat menenangkan. Dampak yang ditimbulkan biasanya menyebabkan rasa bersalah dan kebencian pada diri sendiri. 

Sementara itu, lapar secara fisik mengacu pada dorongan biologis yang menyiratkan pemenuhan nutrisi. Hal ini dapat memunculkan tanda seperti perut keroncongan, kelelahan, atau mudah tersinggung. Ketika asupan nutrisi tercapai maka yang didapatkan adalah rasa puas dan kelegaan.

3. Sepuluh prinsip utama pola makan intuitif

Unsplash.com/The BlackRabbit

Melalui bukunya, Evelyn Tribole dan Elyse Resch menjabarkan perihal 10 prinsip utama pola makan intuitif. Prinsip tersebut meliputi :

  • Menolak mentalitas diet.
  • Menghargai rasa lapar.
  • Berdamai dengan makanan.
  • Menantang kebijaksanaan perihal makanan.
  • Menghormati pemenuhan diri.
  • Menemukan faktor kepuasan.
  • Menghargai perasaan diri sendiri tanpa menjadikan makanan sebagai objek pelampiasan.
  • Menghargai apapun bentuk fisik diri sendiri.
  • Latihan menggerakkan tubuh dengan menjadikannya merasa berenergi, kuat, dan hidup.
  • Menghargai kesehatan diri sendiri.

4. Studi mengatakan, "pola makan intuitif dapat meningkatkan kesehatan psikologis."

Pexels.com/Denys Gromov

Melansir Healthline, studi yang berfokus pada penelitian pola makan intuitif masih banyak didominasi oleh partisipan perempuan. 

Studi tahun 2013 dalam Public Health Nutrition telah mengaitkan pola makan intuitif dengan sikap psikologis yang lebih sehat, indeks massa tubuh (BMI) yang lebih rendah, dan pemeliharaan berat badan (meskipun hal ini bukan termasuk mekanisme penurunan berat badan secara langsung). 

Studi lainnya yang terbit dalam Journal of the Academy of Nutrition and Dietetics tahun 2014 menjelaskan jika pola makan intuitif dapat meningkatkan harga diri, citra tubuh, dan kualitas hidup partisipan secara signifikan. Di samping itu, partisipan mengaku lebih sedikit mengalami depresi dan kecemasan.

Baca Juga: 5 Tips Menjalankan Pola Makan Sehat Meski Budget Pas-pasan

Verified Writer

Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya