TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Biar Gak Salah Paham, 5 Hal yang Perlu Kamu Ketahui tentang Disleksia

Si jenius yang kesulitan belajar #IDNTimesHealth

ilustrasi anak belajar alfabet (pexels.com/Yan Krukov)

Disleksia dikenal sebagai salah satu gangguan dalam belajar, terutama dalam membaca dan mengidentifikasi kata-kata. Ini terjadi karena adanya penurunan kemampuan produksi fonologis pada anak-anak.

Mereka kesulitan dalam mempelajari cara menghubungkan huruf ke dalam kata-kata. Meskipun mereka mengalami kesulitan yang luar biasa dalam belajar, tingkat kecerdasan dan penglihatan mereka sebenarnya setara, kok, dengan teman sebayanya.

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai disleksia, mari simak ulasannya berikut ini!

1. Apa itu disleksia?

ilustrasi anak membaca (pexels.com/Pixabay)

Menurut penelitian berjudul "A definition of dyslexia" yang diterbitkan dalam jurnal Annals of Dyslexia pada tahun 2003, disleksia adalah salah satu dari kesulitan belajar yang berbeda. Ini adalah gangguan spesifik berbasis bahasa yang ditandai dengan kesulitan dalam penguraian kata tunggal yang biasanya mencerminkan proses fonologis yang tidak memadai. Dalam kata lain, disleksia adalah gangguan belajar yang cukup kompleks.

Pernyataan ini kemudian diperkuat oleh sebuah penelitian berjudul "Dyslexia" yang diterbitkan dalam jurnal Scientific American pada tahun 1996, yang menyatakan bahwa penurunan fonologis adalah yang paling signifikan dan penanda kognitif yang konsisten pada anak-anak pengidap disleksia.

Melansir Understood, beberapa ahli percaya bahwa 5 dari 10 persen orang di dunia mengalami disleksia. Sementara beberapa lainnya berkata bahwa sebanyak 17 persen orang menunjukkan tanda-tanda kesulitan membaca.

Baca Juga: 6 Langkah Penanganan Disleksia, Gangguan Belajar pada Anak

2. Sejarah pertama kali ditemukannya disleksia

ilustrasi anak membaca buku (pexels.com/Amina Filkins)

Berdasarkan penelitian berjudul "Dyslexia" yang diterbitkan pada tahun 1996, deskripsi pertama mengenai gangguan belajar yang kemudian dikenal dengan nama disleksia dicetuskan oleh seorang dokter berkebangsaan Inggris pada bulan November tahun 1896.

Lalu pada tahun 1920, disleksia diklaim sebagai cacat pada sistem visual. Hal ini diduga karena pengidapnya seringkali menuliskan huruf atau kata secara terbalik yang kemudian menjadi ciri khas dari gangguan ini.

Pada saat itu, pelatihan mata sering diresepkan untuk mengatasi dugaan cacat visual tersebut. Kemudian penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa penurunan kognitif yang terkait dengan pengenalan huruf dan angka lah yang menjadi penyebabnya. 

3. Tidak hanya memengaruhi kemampuan membaca

ilustrasi anak belajar menulis (pexels.com/Yan Krukov)

Gangguan ini tidak hanya memengaruhi kemampuan membaca pada pengidap disleksia, namun juga memengaruhi kemampuan menulisnya. Normalnya, tulisan tangan orang-orang pada umumnya mampu dibaca dengan jelas. Namun, beda halnya dengan tulisan tangan pada pengidap disleksia.

Tulisan tangan pengidap disleksia biasanya terlihat terbalik atau bisa disebut dengan mirror writing. Selain itu, mereka juga kesulitan dalam mengingat atau menyebutkan angka, huruf, dan warna. Pengidap disleksia juga kesulitan dalam mengeja karena mengharuskan mereka untuk mencocokkan antara huruf dengan bunyi.

Menurut keterangan dari Mayo Clinic, mereka mungkin saja mengalami berbagai kesulitan dalam komunikasi verbal pada usia yang masih belia, misalnya terlambat berbicara, memiliki masalah dalam membentuk kata-kata dengan benar, dan mempelajari kata-kata baru dalam rentang waktu yang cukup lama. Meskipun penderita disleksia ini mengalami berbagai tantangan dalam belajar, namun ini tidak berarti bahwa mereka juga mengalami gangguan kognitif.

4. Penyebab disleksia

ilustrasi anak membaca buku (pexels.com/Mentatdgt)

Belum diketahui secara pasti penyebab dari disleksia. Namun berdasarkan keterangan dari Understood, ada beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab antara lain, gen dan keturunan. Biasanya, disleksia 'diwariskan' secara turun temurun dalam sebuah keluarga.

Sekitar 40% saudara kandung dari pengidap disleksia mengalami kesulitan membaca dan sekitar 49% orang tua dari pengidap disleksia juga mengalami hal yang sama. Penelitian lebih lanjut menunjukkan adanya hubungan antara gen dengan kesulitan dalam membaca dan dalam proses berbahasa.

Penyebab selanjutnya adalah anatomi dan aktivitas otak. Para peneliti menemukan adanya perbedaan antara otak pengidap disleksia dengan yang tidak mengidap disleksia. Perbedaan ini terjadi pada bagian otak yang mengendalikan kemampuan membaca. Kemampuan itu yang mengatur bagaimana bunyi direpresentasikan dalam kata-kata dan memahami kata-kata tertulis.

Namun penelitian menunjukkan bahwa otak bisa berubah setelah mendapatkan instruksi atau bimbingan yang tepat.

Baca Juga: 8 Gejala Penyakit Disleksia yang Perlu Disadari Sejak Dini

Writer

Gilliana

An astrophile, space lover

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya