TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Rekomendasi Batas Maksimal Makan Mi Instan

Ada efek jangka panjang jika memakannya setiap hari

ilustrasi makan mi instan (vecteezy.com/Piti Petdum)

Makanan instan masih didewakan banyak orang, terutama mereka yang hidup merantau. Salah satu yang menjadi favorit adalah mi instan, yang mana makanan ini dianggap murah, enak, dan mengenyangkan.

Mi instan telah mengantongi izin dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) sehingga aman untuk dikonsumsi. Meski begitu, mi dadak ini diketahui punya berbagai kandungan yang memiliki efek samping pada kesehatan. Berikut ini rekomendasi batas maksimal konsumsi mi instan dari ahli gizi.

Baca Juga: Efek Makan Mi Instan Saat Sahur, Jadi Mudah Lapar?

Jangan lebih dari dua kali seminggu

ilustrasi mi instan (pixabay.com/users/ritae-19628)

Menurut ahli gizi Dr. Arif Sabta Aji, S.Gz., MQM, konsumsi mi instan memang tidak ada batasnya. Meski begitu, anjurannya tidak lebih dari dua kali dalam satu minggu.

“Nggak ada batasannya, tapi disarankan untuk mengonsumsi mi instan tidak lebih dari dua kali per minggu,” ujarnya kepada IDN Times pada Selasa (7/11/2023).

Anjuran ini melihat dari kandungan mi instan yang tinggi garam.

"Kalau minyak saja tanpa bumbu penyertanya nggak ada masalah. Bumbu ini yang memberikan dampak negatif bagi kesehatan karena banyak mengandung bahan kimia dan pengawet," Dr. Arif menjelaskan.

Dalam jangka waktu lama, ada beberapa efek yang bisa terjadi. Nilai gizi yang rendah dan konsumsi yang berlebihan akan menyebabkan kualitas pola makan menjadi buruk.

Tingginya sodium dan MSG dalam mi instan juga menjadi poin penting yang perlu diperhatikan. Selain itu, makanan ini mempunyai kandungan kalori, serat, dan protein yang rendah namun tinggi lemak, karbohidrat, dan garam.

"Dampaknya adalah kenaikan berat badan, tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan pembuluh darah, atau sindrom metabolik. Bahkan bisa menyebabkan kanker usus jika masuk dalam saluran pencernaan," umbuhnya.

Dilansir Healthline, kandungan nutrisi pada mi instan sedikit berbeda tergantung jenis atau rasanya. Namun, sebagai gambaran umumnya, kandungannya dapat meliputi

  • Kalori: 188
  • Karbohidrat: 27 gram
  • Jumlah lemak: 7 gram
  • Lemak jenuh: 3 gram
  • Protein: 4 gram
  • Serat: 0,9 gram
  • Natrium: 861 mg
  • Tiamina: 43 persen dari Angka Kecukupan Gizi (AKG)
  • Folat: 12 persen dari AKG
  • Mangan: 11 persen dari AKG
  • Besi: 10 persen dari AKG
  • Niasin: 9 persen dari AKG
  • Riboflavin: 7 persen dari AKG

Dampak terlalu sering makan mi instan

ilustrasi obesitas (pexels.com/Andres Ayrton)

Riset Kesehatan Dasar (2018) dari Kementerian Kesehatan mencatat bahwa 7,8 persen penduduk Indonesia mengonsumsi mi instan serta makanan instan lain setiap harinya, yang mana 58,8 persen penduduk Indonesia mengonsumsi sebanyak 1 sampai 6 bungkus per minggu, dan hanya 33,8 persen mengonsumsi kurang dari tiga bulan.

Di Jawa Timur, 4,6 persen penduduknya mengonsumsi mi instan/makanan instan lainnya setiap harinya, sedangkan 52,7 persen mengonsumsi sebanyak 1 sampai 6 bungkus per minggu, dan 42,7 persen mengonsumsi mi instan kurang dari tiga bulan.

Studi menemukan konsumsi mi instan berhubungan positif dengan obesitas dan sindrom kardiometabolik di Korea Selatan (Nutrition Research and Practice, 2017), yang merupakan negara dengan konsumsi mi instan per kapita tertinggi di dunia.

Hasil studi menunjukkan bahwa seringnya mengonsumsi mi instan mungkin berhubungan dengan peningkatan faktor risiko kardiometabolik di kalangan mahasiswa sehat berusia 19–29 tahun.

Kardiometabolik merupakan sekumpulan kelainan metabolisme yang ditandai dengan lima kriteria yaitu obesitas abdominal, peningkatan kadar trigliserida, penurunan HDL-kolesterol, peningkatan kadar glukosa darah puasa, dan peningkatan tekanan darah.

Studi lain menunjukkan bahwa perempuan yang makan mi instan setidaknya dua kali dalam seminggu menunjukkan risiko 68 persen lebih tinggi terkena sindrom metabolik (The Journal of Nutrition, 2014).

Sindrom metabolik adalah kondisi ketika seseorang mengalami sekelompok masalah kesehatan secara bersamaan, berpotensi meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, stroke, diabetes, dan serangan jantung.

Baca Juga: Amankah Orang dengan Prediabetes Makan Makanan Instan? Ini Kata Dokter

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya