TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Pemicu Trauma Masa Kecil yang Tidak Diketahui

Triggers trauma yang muncul secara tidak disadari

ilustrasi trauma (pexels.com/Pixabay)

Trauma adalah bagian yang sangat sulit dalam hidup. Trauma datang dalam berbagai bentuk dan dapat terjadi pada tahap apa pun yang memengaruhi cara berpikir, bertindak, dan memproses emosi. Trauma ini dapat muncul kembali dengan cara yang tidak kita sadari. Untuk lebih memahami beberapa pemicu yang tidak diketahui ini, kita akan melihatnya dengan beberapa hal berikut.

Baca Juga: UGM Ingatkan Pemetaan Indentifikasi Sesar Pemicu Gempa Cianjur  

1. Ketika bersama orang yang mudah emosinal

ilustrasi orang emosional (pexels.com/Lizza Summer)

Kamu mungkin merasa gelisah ketika seseorang menunjukkan emosi yang kuat. Entah itu seseorang yang menangis atau meninggikan suaranya.  Salah satu alasan hal ini terjadi terkait dengan bagaimana emosi orang lain memengaruhi emosi Kita. Ketika orang lain menjadi emosional, Kamu ikut mendapati diri  meluap-luap dengan emosi yang sebenarnya tidak  Kamu rasakan yang pada akhirnya  membuat situasi tidak nyaman.

Baca Juga: 5 Hal yang Tampak Sepele Ini Jadi Faktor Pemicu Depresi

2. Reaksi terhadap tempat dan orang tertentu

ilustrasi wanita teriak (pexels.com/David Garrison)

Trauma dipicu oleh ingatan. Melihat orang atau berada di tempat tertentu yang mengingatkan Kamu di mana sesuatu yang buruk terjadi pada dirimu bisa menjadi pengalaman yang sulit, karena kemiripan dengan trauma yang dialami adalah pemicu potensial.

Menurut Integrative Life Center, Orang mungkin tidak selalu mengenali ini. Berbicara dengan orang tertentu mungkin terasa "tidak menyenangkan" karena alasan yang tidak dapat dijelaskan, tetapi mungkin itu adalah pengingat seseorang dari masa lalu.

3. Menghindari bantuan, bahkan saat kamu membutuhkannya

ilustrasi anak sendirian (pixabay.com/3938030)

Meminta bantuan bisa sangat sulit bagi orang yang mengalami trauma atau yang dulunya merasa ditelantarkan sebagai seorang anak. Ketika meminta bantuan dari orang tua atau seseorang yang kamu percayai direspon buruk, sulit untuk melakukannya lagi.

Kamu khawatir tentang reaksi mereka, atau lebih buruk lagi, penolakan mereka. Ketika Kamu berada dalam situasi di mana membutuhkan bantuan, dapat dengan cepat muncul perasaan bersalah, putus asa, dan tidak berharga.

4. Menghindari konflik dengan segala cara

ilustrasi wanita tertekan (pexels.com/Monstera)

Konflik tidak pernah mudah untuk dihadapi. Jika kamu pernah mengalami peristiwa traumatis atau pengabaian di masa kecil, Kamu mencoba menghindari konflik dengan segala cara sebagai mekanisme pertahanan. Pekerja Sosial Klinis Berlisensi, Sean Grover membagi penghindaran konflik menjadi tiga kategori: meminta maaf, menyetujui, dan mengakomodasi (Grover 2017).

Apakah Kamu terus-menerus meminta maaf kepada seseorang, selalu setuju dengan mereka terkait apa pun, dan bekerja untuk memenuhi kepentingan mereka di atas kepentingan kamu sendiri karena takut penolakan yang berpikiran menjadi konflik. Kamu mencoba mengerjakan yang terbaik untuk menghindari masalah, bahkan belum tentu itu menjadi masalah.

Terlepas dari upaya untuk menghindari konflik, Kamu mungkin menemukan bahwa hubungan  menjadi tidak stabil, jauh, dan pada akhirnya, hilang (Grover 2017). 

5. Media yang kamu konsumsi

ilustrasi media sosial (pexels.com/Magnus Mueller)

Media yang kamu konsumsi memiliki peranan yang kuat terhadap emosi yang kita rasakan. Media Sosial, TV, film, artikel berita, musik, dan banyak lagi dirancang untuk mendapatkan reaksi emosional dari kita. Terkadang reaksi ini bisa menjadi tidak sehat dan dapat memicu sesuatu yang jauh di lubuk hati.

Melihat trauma serupa merusak ruang pikiran dan dapat menyebabkan pikiran yang berlebihan. Media memberikan banyak informasi secara bebas sehingga saat mendapat akses merasa seperti menghidupkan kembali pengalaman trauma. Selain itu, memilih fokus pada topik gelap seperti kematian, kekacauan, dan kekerasan pada media, menurut Dr. Jessica Hamblen dapat membuat  lebih rentan terhadap emosi dan pikiran negatif (Hamblen 2019).

Baca Juga: 7 Pemicu Baper saat Berinteraksi di Medsos, Jangan Terlalu Dipikirkan

Writer

Nadiyah Ulfa

This is me

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya