Risiko Kanker Naik setelah Makan Sate dan Daging yang Dibakar
Terutama jika dibakar dengan suhu tinggi hingga gosong
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Dalam waktu kurang dari seminggu, umat Islam di seluruh dunia akan merayakan Iduladha. Daging sapi, kambing, atau domba yang kita dapat saat Iduladha bisa diolah menjadi beraneka macam masakan, mulai dari gulai, rendang, tongseng, semur, rawon, hingga sate.
Namun, menurut dr. Andhika Rachman, SpPD-KHOM, FINASIM, konsultan hematologi dan onkologi medik di Eka Hospital Cibubur, konsumsi sate dan daging yang dibakar bisa meningkatkan risiko kanker. Berikut pemaparan lengkapnya!
1. Ini karena karsinogen, zat kimia yang terbentuk selama proses pembakaran
Menurut dr. Andhika, karsinogen adalah zat kimia yang terbentuk saat daging dimasak dengan temperatur tinggi dalam waktu yang lama, misalnya dipanggang atau dibakar di atas arang. Karsinogen bisa menyebabkan kerusakan sel yang pada akhirnya mengakibatkan penyakit kanker.
Asam amino, gula, dan kreatin dalam daging merah yang dimasak dengan suhu tinggi akan membentuk heterocyclic amines (HCAs) atau zat yang membentuk karsinogen. Kandungan zat karsinogen akan meningkat jika daging tersebut menghitam atau gosong.
"Bila zat karsinogen sudah masuk ke dalam tubuh kita, risiko kanker usus besar dapat terjadi. Gejala kanker usus besar adalah buang air besar (BAB) tidak tuntas, pendarahan, sering kram, lemas, dan penurunan berat badan tanpa alasan yang jelas," terangnya.
Kanker usus besar dibagi menjadi dua, yaitu kelompok risiko rendah dan kelompok risiko tinggi. Yang termasuk kelompok risiko rendah adalah orang yang kelebihan berat badan, sering memiliki masalah pencernaan, tetapi gaya hidupnya sehat. Kelompok risiko rendah disarankan melakukan skrining kanker usus besar sejak usia 45 tahun dan diulang setiap lima tahun sekali.
Sementara itu, kelompok risiko tinggi adalah mereka yang memiliki keluarga dengan riwayat kanker usus besar. Kelompok ini sebaiknya melakukan skrining lebih awal, yaitu sejak usia 30 tahun.
Baca Juga: 8 Pro dan Kontra Daging Merah, Jangan Makan Berlebihan Saat Idul Adha