TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Korban Bullying Berisiko Terkena OCD, Orang Tua Wajib Tahu!

Bullying memicu kurang percaya diri, gangguan kecemasan, hingga keinginan bunuh diri

ilustrasi korban perundungan (pexels.com/Mikhail Nilov)

Bullying merupakan permasalahan yang sering terjadi di usia anak-anak hingga remaja. Dampak bullying bisa menyebabkan anak menjadi kurang percaya diri, gangguan kecemasan, hingga memicu keinginan bunuh diri.

Terdapat bukti bahwa anak yang mengalami perundungan berisiko lebih tinggi terkena Obsessive Compulsive Disorder (OCD). Ketika anak diintimidasi, mereka berada pada situasi mereka hanya mempunyai sedikit kendali atas situasi tersebut. Korban akan merasa kurang aman di tempat-tempat di mana seharusnya merasa aman, seperti di sekolah. Ditambah upaya untuk mencari bantuan untuk menghentikan penindasan tersebut mungkin diabaikan, sehingga hanya menambah perasaan bahwa dia memiliki kendali terbatas atas keadaannya.

Ada hubungan antara trauma (dampak perundungan) dengan gangguan obsesif kompulsif, individu korban perundungan cenderung terobsesi untuk mengendalikan lingkungannya dan/atau tubuh. Sayangnya, dalam mencoba mengendalikan, mereka justru seringkali kehilangan rasa kendali atas kemampuannya dalam mengambil keputusan.  

1. Apa itu OCD?

ilustrasi penderita OCD (freepik.com/freepik)

Obsessive Compulsive Disorder atau disingkat OCD merupakan gangguan kesehatan mental yang menjadikan pengidapnya mempunyai pemikiran dan dorongan yang tidak bisa dikendalikan yang sifatnya berulang (obsesi) serta munculnya perilaku paksaan (kompulsif). Pemikiran dan perilaku tersebut tidak mampu dikendalikan oleh pengidapnya. Meskipun pengidap mungkin tidak memiliki pikiran maupun keinginan untuk melakukan hal tersebut, namun pengidap seperti tidak berdaya untuk menghentikannya.

Contoh perilaku kompulsif misalnya mencuci tangan hingga berulang kali setelah melakukan kontak langsung terhadap sesuatu yang menurutnya belum bersih. 

Obsesi umum meliputi:

  • Takut terkontaminasi (membuat sesuatu menjadi kotor atau beracun)
  • Takut kehilangan atau melupakan sesuatu
  • Takut melakukan kesalahan
  • Kekhawatiran akan simetri atau ketepatan

Kompulsi umum meliputi:

  • Memeriksa kembali hal-hal, seperti kunci, keran, atau sakelar, berulang kali
  • Sering mencuci tangan dan/atau membersihkan sesuatu
  • Mengulangi sesuatu lagi dan lagi hingga terasa benar
  • Memutar ulang percakapan atau peristiwa masa lalu
  • Berdoa dalam hati untuk mencegah terjadinya peristiwa yang ditakuti
  • Orang dengan OCD mungkin juga mengalami obsesi dan kompulsi lain.

Pengidap OCD memiliki gejala yang bisa memakan waktu lama dan dapat menyebabkan tekanan yang signifikan atau mengganggu kehidupan sehari-hari. Namun, pengobatan tersedia untuk membantu orang mengendalikan gejalanya dan meningkatkan kualitas hidup mereka.

Baca Juga: 4 Alasan Seseorang Jadi Korban Bullying di Drakor, Ada Beragam Faktor

2. Dampak bullying terhadap OCD

ilustrasi perundungan di sekolah (pexels.com/RDNE Stock project)

Bullying menjadi salah satu faktor penyebab gangguan kesehatan mental pada anak atau remaja. Ketika anak mengalami perundungan, mereka cenderung merasa stress atau depresi. Orang tua sebagai penentu perkembangan psikologis dan peningkatan prestasi anak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kesehatan mental ketika remaja.

Studi yang dipublikasikan dalam Social science & medicine (2012) menyatakan bahwa tingkat pendidikan orang tua berbanding terbalik dengan masalah kesehatan mental anaknya. Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, berarti semakin sedikit masalah kesehatan mental remaja.

Hal tersebut sejalan dengan laporan dalam International Journal of Environmental Research and Public Health (2022) yang meneliti 9398 siswa partisipan yang diambil secara acak. Siswa mengalami gangguan OCD, sensitivitas antarpribadi, dan depresi berbanding terbalik dengan tingkat pendidikan ibu mereka. Namun, perlu diketahui bahwa masalah kesehatan mental remaja dapat juga ditekan melalui pencapaian pendidikan remaja itu sendiri.

Usia anak-anak hingga remaja banyak menghabiskan waktunya di sekolah yang juga dikenal sebagai salah satu lingkungan utama untuk intervensi psikologis bagi remaja. Beberapa penelitian telah menyelidiki hubungan antara intimidasi teman sebaya dengan OCD. Temuan dalam jurnal Brain Science (2019) menunjukkan adanya berbagai gejala kejiwaan pada anak-anak dan remaja dengan pengalaman menjadi korban perundungan teman sebaya.

Korban perundungan teman sebaya (verbal, fisik dan relasional) akan menunjukkan tingkat kecemasan sosial yang lebih tinggi. Korban kemudian cenderung terobsesi (sebagai gejala OCD) untuk mengendalikan lingkungannya. Namun, dalam mencoba mengendalikannya, mereka seringkali kehilangan rasa kendali atas kemampuannya dalam mengambil keputusan.  

3. Diagnosa OCD

ilustrasi kecemasan berlebihan (freepik.com/freepik)

Saat melakukan diagnosis OCD, pemeriksaan fisik penting dilakukan untuk memperkuat diagnosis. Selain itu, pemeriksaan fisik juga bertujuan untuk membantu menghilangkan kemungkinan masalah kesehatan mental lainnya sekaligus memeriksa potensi komplikasi. Selanjutnya, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan laboratorium penunjang, seperti perhitungan darah lengkap, pemeriksaan fungsi tiroid, skrining alkohol dan konsumsi obat.

Langkah awal untuk mendiagnosa gangguan OCD diantaranya:

  • Evaluasi psikologis. Psikolog dapat mengevaluasi pikiran, perasaan, gejala, dan pola perilaku pengidap untuk menentukan apakah pengidap memiliki obsesi atau perilaku kompulsif yang mengganggu. Pemeriksaan ini juga dapat dilakukan melalui keluarga atau teman terdekat, tentunya dengan izin pengidap.
  • Kriteria diagnostik untuk OCD. Dokter atau psikolog biasaanya juga menggunakan beberapa kriteria untuk melakukan diagnosa. Kriteria yang dimaksud merujuk pada Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association.
  • Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengeliminasi masalah lain yang dapat menyebabkan gejala pada seseorang. Sehingga dokter dapat memeriksa komplikasi yang hanya berkaitan dengan OCD.

Baca Juga: 3 Karakter Pelajar yang Jadi Korban Bullying di Drakor Oktober 2023

Writer

Niko Utama

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya