TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Alasan Kamu Harus Berhenti Konsumsi Makanan Manis Saat Stres

Tidak selamanya yang manis itu baik

pexels.com/Oleg Magni

Banyak dari kita yang meyakini bahwa makanan manis atau gula dapat mempengaruhi suasana hati atau mood. Ketika stres melanda kita segera memberi asupan gula untuk meningkatkan mood atau biasa disebut sebagai sugar rush.

Makanan manis atau gula memang benar dapat mempengaruhi mood, tetapi dalam hal yang justru negatif. Berikut beberapa efek konsumsi gula terhadap kesehatan mental.

1. Menimbulkan gangguan mood 

pexels.com/Polina Tankilevitch

Alih-alih membantu untuk meningkatkan mood, konsumsi makanan manis atau gula justru membawa dampak negatif pada mood.

Sebuah studi dalam jurnal Neuroscience & Biobehavioral Reviews pada tahun 2019 menjelaskan bahwa karbonhidrat atau gula tidak memiliki efek menguntungkan pada perubahan suasana hati. Konsumsi karbonhidrat justru dapat menimbulkan kelelahan dan menurunkan kewaspadaan.

Studi lainnya dalam Science Report pada tahun 2017 menyebutkan konsumsi makanan dan minuman manis dapat meningkatkan risiko dari munculnya gangguan suasana hati (mood disorder) secara tiba-tiba ataupun secara berulang.

2. Melemahnya kemampuan menghadapi stres 

pexels.com/Jill Wellington

Makan untuk menghilangkan stres adalah fenomena yang sudah umum, tetapi tidak ada dasar fisiologis untuk perilaku ini.

Sebuah studi dalam The Journal of Endocrinology & Metabolism pada tahun 2015 menjelaskan bahwa gula dapat menghambat sekresi kortisol pada wanita, sehingga dapat meminimalkan perasaan cemas dan tegang.

Kortisol dikenal sebagai hormon stres. Hal inilah yang menyebabkan kita merasa lebih baik atau nyaman jika mengonsumsi gula saat stres.

Konsumsi gula akan mematikan aktivitas di jaringan otak, hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA), yang bertugas mengelola stres, sistem saraf otonom, dan reaktivitas emosional. Jika kita terbiasa mengonsumsi makanan atau minuman manis saat stres kemampuan kita dalam mengelola stres lambat laun akan menurun.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Makanan Manis Pengganti Gula Pasir yang Lebih Sehat 

3. Meningkatnya risiko depresi 

pexels.com/Adrienn

Konsumsi gula yang berlebihan memicu ketidakseimbangan bahan kimia otak tertentu. Hal ini dapat mengarah kepada risiko munculnya depresi atau gangguan mental lainnya.

Sebuah studi dalam jurnal Antioxidants pada tahun 2019, menyatakan ada hubungan antara konsumsi gula dan daging terhadap risiko depresi.

Studi lainnya dalam Scientific Report tahun 2017 menyatakan bahwa pria yang mengonsumsi gula dalam jumlah tinggi (67 gram atau lebih setiap hari) 23 persen lebih mungkin untuk menerima diagnosis depresi klinis dalam 5 tahun. Hal ini tentu juga berlaku pada wanita.

4. Munculnya serangan panik 

pexels.com/Gratisography

Menurut jurnal Frontiers in Psychiatry pada tahun 2018, seperti halnya konsumsi alkohol atau narkoba, gula juga dapat menyebabkan seseorang mengalami kecanduan.

Ketika seseorang sudah lama mengonsumsi gula secara berlebih, tubuhnya akan menunjukkan reaksi putus obat (withdrawal syndrome) ketika memutuskan untuk berhenti.

Individu yang memiliki gangguan kecemasan dan terbiasa mengonsumsi gula sangat mungkin mengalami serangan panik ketika berhenti. Oleh sebab itu, ahli tidak menyarankan untuk berhenti konsumsi gula secara tiba-tiba pada individu dengan gangguan kecemasan.

Baca Juga: 5 Kreasi Makanan Unik Berbahan Semangka, Manis dan Segar! 

Writer

Nisa Rengganis

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya