TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Fakta di Balik Menguap, Gak Selalu Mengantuk

Terus kenapa dong?

unsplash.com/Hernan Sanchez

Hampir semua orang mengira bahwa menguap identik dengan mengantuk. Tudingan mengantuk biasanya akan melekat pada kita yang sering menguap. Padahal, menguap tidak selalu karena sedang diserang kantuk.

Beberapa fakta tentang menguap justru menunjukkan hal yang sangat jarang diketahui orang pada umumnya. Apa saja? Yuk, cek.

1. Menguap merupakan tanda tubuh membutuhkan oksigen

fotolia.com

Saat jumlah karbondioksida dalam darah meningkat, kita akan lebih banyak membutuhkan oksigen untuk mengurangi kelebihan karbondioksida tadi. Salah satu caranya adalah dengan menguap.

Meski sebenarnya menguap adalah refleks alami tubuh, tapi hal ini sangatlah efektif untuk memberi pasokan oksigen bagi darah. Di samping itu, saat menguap juga terjadi peregangan gendang telinga hingga saluran pernapasan. 

Baca Juga: Kenapa Manusia Menguap dan Berair Mata? Berikut Penjelasan Para Ahli 

2. Menjaga suhu otak

unsplash.com/Abbie Bernet

Selain kebutuhan akan oksigen, menguap juga menjadi tanda kalau otak kita sedang berusaha untuk memaksimalkan konsentrasi. Ibarat mesin, otak kita juga bisa panas ketika dipakai terus menerus.

Cara tubuh kita mendinginkan otak yaitu dengan menguap. Oksigen yang masuk selain untuk menurunkan kadar karbondioksida, ternyata juga mampu menjadi pendingin bagi otak. Dengan menjaga suhu otak, kita dapat kembali berkonsentrasi pada aktivitas yang sedang dijalani.

3. Menguap ternyata bisa menular

hellosehat.com

Beberapa dari kita pasti pernah mengalami menguap dalam waktu hampir bersamaan. Saat ada orang di sekitar yang menguap, tak jarang kita juga jadi merasa ingin menguap seolah sedang tertular. Hal ini sebenarnya adalah hal yang wajar. Memang menguap bisa menular, terlebih pada orang yang memiliki kedekatan sosial. Bahkan pengaruhnya akan semakin besar jika memiliki kedekatan emosional. 

4. Menguap sulit menular pada penderita schizophrenia dan down syndrome

womantalk.com

Meski menguap bisa menular, ternyata hal ini tidak akan mempengaruhi penderita schizophrenia dan down syndrome. Kedua kondisi ini memang pada dasarnya mengganggu kemampuan untuk merasakan emosi orang lain. Sehingga orang-orang dengan schizophrenia dan down syndrome akan sulit tertular saat orang disekitarnya menguap.

5. Menguap bisa menjadi tanda penyakit

unsplash.com/Kevin Grieve

Tanpa diduga, ternyata kondisi menguap yang notabene merupakan sebuah refleks, malah dapat menjadi tanda penyakit dalam tubuh. Kekurangan pasokan oksigen yang memicu refleks menguap, jika terlalu sering justru harus diwaspadai. Mulai dari hipotensi, kelelahan, gangguan pernafasan seperti sleep apnea, sampai pada penyakit jantung dan stroke dapat terdeteksi dini.

6. Rata-rata manusia menguap selama enam detik

creativemarket.com

Pernah mengitung lama waktu kita saat menguap? Ternyata lama menguap kita rata-rata terjadi selama 6 detik, lho. Meski sifatnya kurang ilmiah, tapi dalam 6 detik tersebut detak jantung meningkat secara signifikan. Sebuah penelitian menguji efek yang terjadi sebelum, selama dan setelah menguap. Hasilnya, ditemukan bahwa ada perubahan psikologis pada enam detik itu pada saat responden diminta untuk menarik nafas panjang saja. 

Baca Juga: 7 Fakta Medis Sering Membunyikan Persendian, Bahayakah?

Verified Writer

T y a s

menulis adalah satu dari sekian cara untuk menemui ketenangan

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya