TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Dampak Polusi Udara pada Kesehatan Pendengaran, Pahami Gejalanya

Jangan dianggap sepele, ya!

ilustrasi mendengar (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Terus memburuknya kualitas udara di sejumlah wilayah Indonesia, khususnya Jakarta, membuat masyarakat harus ekstra dalam memelihara kesehatan. Tak hanya yang berhubungan dengan sistem pernapasan, masyarakat juga harus memperhatikan kesehatan pendengaran. Pasalnya, polusi udara juga bisa menyebabkan gangguan pendengaran, lho.

Dilansir Pacific Hearing Care, para peneliti mengungkap bahwa kualitas udara yang buruk bisa menyebabkan penurunan kesehatan pendengaran. Ini lantaran paparan berbagai tingkat karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) berkaitan erat dengan peningkatan kasus gangguan pendengaran di kalangan masyarakat.

Gangguan pendengaran akibat polusi udara ini disebut dengan istilah gangguan pendengaran sensorineural. Penasaran bagaimana gejala dampak polusi udara pada kesehatan pendengaran? Yuk, simak berikut ini!

1. Bukti penelitian

ilustrasi mendengar (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Mengutip dari Swift Audiology, studi atau penelitian di Taiwan yang terbit di International Journal of Enviromental Research and Public Health pada tahun 2020, ditemukan fakta bahwa masyarakat yang tinggal di wilayah dengan tingkat polusi udara tinggi lebih rentan terkena gangguan pendengaran daripada yang tinggal di wilayah dengan tingkat polusi udara rendah. Penelitian tersebut melibatkan 74 stasiun pemantau lingkungan di Taiwan untuk mengukur tingkat karbon monoksida dan nitrogen dioksida di suatu wilayah.

Dengan menggunakan data dari stasiun pemantau lingkungan tersebut, para peneliti bisa mengetahui wilayah mana yang memiliki tingkat polusi udara ekstrem, sedang, dan rendah. Para peneliti menemukan bahwa kasus gangguan pendengaran banyak ditemukan di wilayah dengan kualitas udara buruk. Mereka menjelaskan bahwa polusi udara berkorelasi dengan gangguan pendengaran sensorineural yang tidak dapat diperbaiki.

Baca Juga: 7 Dampak Polusi Udara pada Kesehatan, Asma hingga Kelahiran Prematur

2. Gangguan pendengaran yang timbul masih berhubungan dengan batuk dan pilek

ilustrasi pilek (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Seperti diketahui, polusi udara pada umumnya berdampak pada sistem pernapasan. Batuk dan pilek merupakan salah satu gangguan pernapasan yang disebabkan oleh polusi udara. Dilansir Arizona Hearing, batuk dan pilek tersebut bisa memicu gangguan pada sistem pendengaran. Ini lantaran penumpukan cairan dan lendir yang terjadi di hidung dan tenggorokan bisa sampai ke saluran eustachius di telinga.

Hal tersebut dapat menyebabkan penyumbatan yang mempersulit gelombang suara untuk melewati telinga. Namun, tenang saja, gangguan pendengaran yang dipicu oleh batuk dan pilek ini sifatnya sementara. Setelah sembuh, pendengaran akan kembali normal.

3. Dalam kasus yang lebih parah, disebut gangguan pendengaran sensorineural

ilustrasi mendengar (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Gangguan pendengaran yang dipicu oleh batuk dan pilek masih terbilang ringan karena sifatnya hanya sementara. Berbeda dengan gangguan pendengaran sensorineural, seseorang berpotensi kehilangan pendengaran secara permanen apabila mengalaminya. Kabar buruknya, gangguan pendengaran sensorineural berkaitan erat dengan polusi udara.

Sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, zat-zat kimia berbahaya yang terkandung di dalam udara, seperti karbon monoksida dan nitrogen dioksida, dapat merusak sel-sel yang berada di dalam telinga. Meskipun jarang ditemukan kasus seseorang mengalami gangguan pendengaran sensorineural permanen karena dampak dari polusi udara, masyarakat tetap harus waspada.

Gangguan pendengaran sensorineural bisa menjadi permanen lantaran adanya kerusakan sel-sel pada bagian telinga dalam. Sel-sel tersebut bersifat sensitif dan non-regeneratif. Artinya, apabila sel-sel di dalam telinga rusak, maka sel-sel itu tidak bisa memperbaiki atau memperbarui dirinya sendiri.

Fungsi sel-sel di dalam telinga sendiri, yakni untuk menerima informasi audio, lalu mengirimkannya ke otak melalui saraf pendengaran. Jadi, apabila jumlah sel tersebut menurun, maka informasi suara yang diterima otak menjadi lebih kecil.

Baca Juga: 3 Kelompok Hewan yang Rentan Terkena Dampak Polusi Udara, Bisa Fatal!

Verified Writer

Mutiara Ananda

I write what I read, I read what I wrote.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya