TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Kebiasaan Ini Bisa Sebabkan Anemia pada Anak, Ortu Mesti Waspada

Kebiasaan anak perlu diperhatikan

Ilustrasi anak bersama dengan orang tua (IDN Times/Dwi Agustiar)

Anemia adalah kondisi turunnya jumlah sel darah merah dalam tubuh hingga di bawah batas normal. Kondisi ini bisa terjadi pada segala rentang usia, termasuk anak-anak. Gejala anemia pada anak-anak antara lain pucat, rewel, mudah lelah, dan lemas. Faktanya, ada beberapa kebiasaan anak yang bisa membuatnya mengalami anemia atau kurang darah.

Perlu diketahui bahwa anemia sebetulnya bukanlah diagnosis penyakit, melainkan sebuah kumpulan gejala yang harus diketahui penyebabnya.

Pada anak, jenis anemia yang sering terjadi adalah anemia defisiensi besi. Kondisi ini disebabkan karena tidak terpenuhinya nutrisi harian si Kecil. Meski begitu, orang tua tak perlu khawatir berlebihan. Anemia bukanlah kondisi yang tak bisa diobati, bila terdeteksi dini.

Selain pengobatan lewat pengawasan dokter, orang tua juga turut aktif, salah satunya dengan memantau kebiasaan anak. Pasalnya, ada beberapa kebiasaan yang bisa membuat anak mengalami anemia. Apa saja kebiasaan yang dimaksud?

1. Anak suka pilih-pilih makanan

pixabay.com/StockSnap

Anak yang suka pilih-pilih makanan alias picky eater sering mengalami anemia karena kurangnya zat besi (tak menutup kemungkinan nutrisi penting lainnya) pada asupan hariannya.

Melansir laman Element Nutrition Co., kondisi kekurangan zat besi membuat tubuh tak mampu membuat protein dalam darah yang disebut hemoglobin. Hemoglobin dibutuhkan untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Oksigen dibutuhkan agar tubuh dapat berfungsi dengan baik.

Maka dari itu, kalau anak adalah seorang picky eater, pastikan untuk memahami sepenuhnya makanan yang mengandung zat besi, sehingga orang tua bisa bisa mengenali makanan kaya akan zat besi yang mereka makan. Jangan malas untuk menawarkan berbagai makanan atau makanan baru, dan cobalah untuk menyertakan makanan sumber zat besi yang mereka sukai.

Bila anak terus-terusan menolak sebagian besar makanan, bicarakan dengan dokter untuk opsi suplementasi, misalnya suplemen multivitamin dan/atau zat besi.

Baca Juga: 7 Mitos Vegan dan Vegetarian yang Banyak Dipercaya, padahal Salah

2. Vegetarian

pixabay.com/Zaki AHMED

Pola makan vegetarian pada anak juga bisa menyebabkan ia mengalami anamia bila kecukupan nutrisinya tidak terpenuhi. Dengan tidak makan daging, sangat mungkin anak mengalami kekurangan zat besi.

Menurut laporan dalam Best Practice Journal tahun 2018, sumber zat besi terbaik adalah daging merah. Akan tetapi, zat besi juga hadir dalam kacang-kacangan, buah kering, biji-bijian, produk kacang kedelai, dan sayuran berdaun hijau. Namun, memang bentuknya adalah zat besi non-heme yang sulit diserap tubuh.

Secara umum, vegetarian butuh zat besi hampir dua kali lipat lebih banyak dibanding orang-orang yang makan daging. Selain itu, pola makan vegetarian juga harus menyertakan sumber vitamin C untuk membantu penyerapan zat besi.

Zat besi adalah nutrisi yang sangat penting untuk anak-anak dan kekurangannya, karena defisiensi zat gizi tersebut bisa mengakibatkan anemia.

3. Minum susu sapi

Pixabay

Anak yang terlalu banyak minum susu sapi dianggap mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi, seperti daging dan sayuran hijau. Padahal, susu sapi bukanlah sumber zat besi yang baik.

Melansir MedlinePlus, jenis susu tersebut membuat tubuh lebih sulit untuk menyerap zat besi. Balita dapat mengalami anemia defisiensi zat besi jika mereka minum terlalu banyak susu sapi (lebih dari 24 ons sehari) dan tidak cukup makan makanan yang kaya zat besi seperti sayuran berdaun hijau dan daging merah.

Jangan berikan susu sapi sampai bayi berumur 1 tahun. Bayi di bawah usia 1 tahun mengalami kesulitan mencerna susu sapi. Andalkan ASI atau bila harus susu formula yang diperkaya dengan zat besi.

Setelah 6 bulan, bayi akan mulai membutuhkan lebih banyak zat besi dalam makanannya. Mulailah makanan padat dengan sereal bayi yang diperkaya zat besi, yang dicampur dengan ASI atau susu formula.

Bubur daging, buah-buahan, dan sayuran kaya zat besi juga bisa dimulai. Setelah usia 1 tahun, orang tua dapat memberikan bayi susu murni sebagai pengganti ASI atau susu formula.

Batasi pemberian susu sapi pada anak hingga kurang dari 2 cangkir per hari. Terlalu banyak memberikan susu malah bisa membuat mereka merasa kenyang dan menurunkan jumlah asupan nutrisi dari makanan.

4. Pola makan tidak sehat

pixabay

Memasuki usia remaja, tubuh butuh nutrisi lebih banyak karena pubertas. Pada remaja perempuan, mereka sudah mulai memperhatikan penampilan dan bentuk tubuh. Tak jarang mereka melakukan diet tertentu agar tubuhnya ramping.

Masalahnya, bila diet yang dilakukan tidak sehat, misalnya makan sangat sedikit tanpa peduli kandungan gizi, lama-lama bisa mengakibatkan anemia.

Melansir Medical News Today, rencana diet untuk anemia perlu mencakup makanan yang kaya akan zat besi dan nutrisi lainnya secara seimbang, seperti sayuran berdaun hijau, daging tanpa lemak, kacang-kacangan, biji-bijian, atau sereal yang difortifikasi.

Penting juga untuk memastikan makanan yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh dan menghindari makanan yang dapat mengganggu proses ini.

Baca Juga: Jarang Diketahui, 5 Hal Ini Berhubungan dengan Anemia Defisiensi Besi

Verified Writer

Rizky Kusumo

Sedang menjajaki karir sebagai penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya