Jarang Diketahui, 5 Hal Ini Berhubungan dengan Anemia Defisiensi Besi

Ternyata juga dipengaruhi zat gizi ini

Anemia defisiensi besi, atau yang biasa disebut dengan anemia gizi besi, adalah kondisi kekurangan zat besi di dalam tubuh, sehingga jumlah sel darah merah berkurang.

Gejala umum yang ditimbulkan adalah kelelahan, lemas, lesu, tidak bertenaga, kulit tampak pucat, kuku menjadi rapuh, serta pusing.

Orang yang rentan mengalami anemia defisiensi adalah anak-anak dan perempuan, serta orang yang mengalami pendarahan banyak.

Meskipun anemia defisiensi besi disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh, tetapi sebetulnya ada beberapa hal yang turut memengaruhi, di antaranya asupan zat gizi lainnya. Untuk mencegah anemia defisiensi besi, pastikan untuk memperhatikan asupan lima zat gizi berikut ini.

1. Zat besi (Fe)

Jarang Diketahui, 5 Hal Ini Berhubungan dengan Anemia Defisiensi Besipixabay.com/tomwieden

Zat besi sangat diperlukan untuk pembentukan sel darah merah di dalam tubuh. Bila sampai kekurangan, apalagi dalam jangka waktu yang lama, maka bisa terjadi anemia defisiensi besi.

Ada dua bentuk zat besi, yaitu besi heme dan besi non-heme. Zat besi heme berasal dari hewani, sedangkan besi non-heme berasal dari nabati.

Adapun makanan sumber zat besi heme adalah hati ayam, daging merah, dan ikan. Sementara itu, sumber makanan zat besi non-heme adalahyaitu bayam, brokoli, kangkung, dan kacang-kacangan.

Berdasarkan penelitian dalam "Journal of The American Dietetic Assocation" tahun 2001, zat besi heme diperkirakan berkontribusi sebanyak 10-15 persen dari total asupan zat besi pada populasi pemakan daging (meating-eat population). Namun, karena penyerapannya yang lebih tinggi dan lebih seragam (diperkirakan 15-35 persen), dapat menyumbang ≥40 persen dari total zat besi yang terserap.

Hal ini sejalan dengan laporan dalam "The American Journal of Clinical Nutrition" tahun 2010, yang mengatakan bahwa zat besi non-heme biasanya kurang terserap dengan baik dibandingkan dengan zat besi heme.

2. Vitamin C

Jarang Diketahui, 5 Hal Ini Berhubungan dengan Anemia Defisiensi Besipixabay.com/pixels2013

Vitamin C bersifat sinergis dengan zat besi, sehingga diperlukan untuk membantu penyerapan zat besi di dalam tubuh. Berdasarkan penelitian dalam jurnal "Developmental Neuroscience" tahun 2002, vitamin C mempunyai kemampuan untuk mereduksi ferri menjadi ferro. Perubahan ini membuat zat besi menjadi lebih mudah diserap di dalam lambung.

Terdapat pula penelitian dalam jurnal "Media Gizi Indonesia" tahun 2019, yang menyebut adanya hubungan yang cukup kuat antara asupan vitamin C dengan kadar hemoglobin. Rendahnya asupan vitamin C menyebabkan kadar hemoglobin yang rendah.

Sayuran yang banyak mengandung vitamin C adalah bayam, tomat, aspargus, brokoli, dan kembang kol. Vitamin C juga banyak dikandung oleh buah-buahan seperti pepaya, jambu biji, jeruk, nanas, dan stroberi.

Baca Juga: 10 Tanda yang Mengindikasi Kekurangan Zat Besi, Jangan Diabaikan Ya!

3. Vitamin A

Jarang Diketahui, 5 Hal Ini Berhubungan dengan Anemia Defisiensi Besipixabay.com/Jackmac34

Sama halnya dengan vitamin C, vitamin A juga bersifat sinergis dengan zat besi. Berdasarkan hasil publikasi dari organisasi Nutrition International tahun 1998, status vitamin A yang buruk berhubungan dengan perubahan metabolisme zat besi pada kasus defisiensi zat besi.

Makanan sumber vitamin A adalah sayuran berwarna hijau dan kuning, ikan salmon, minyak hati ikan cod, dan hati. Selain membantu penyerapan zat besi, vitamin A juga berperan dalam kesehatan mata juga, lho!

4. Kalsium

Jarang Diketahui, 5 Hal Ini Berhubungan dengan Anemia Defisiensi Besipixabay.com/Couleur

Tidak seperti dua zat gizi sebelumnya, kalsium sebetulnya bersifat antagonis dengan zat besi. Menurut sebuah penelitian dalam "The American Journal Of Clinical Nutrition" tahun 1991, penyerapan zat besi berkurang 50-60 persen pada dosis 300-600 mg kalsium. Pada pemberian 165 mg kalsium (susu, keju, atau kalsium klorida) dapat mengurangi penyerapan hingga 50-60 persen.

Agar penyerapan zat besi tidak terhambat oleh kalsium, sebaiknya mengonsumsi makanan atau minuman sumber kalsium tidak dibarengi dengan makanan sumber zat besi.

Adapun makanan sumber kalsium adalah susu dan hasil olahannya, seperti keju dan yoghurt.

5. Tanin

Jarang Diketahui, 5 Hal Ini Berhubungan dengan Anemia Defisiensi Besipixabay.com/TerriC

Selain kalsium, tanin yang merupakan senyawa polifenol ini juga bersifat antagonis terhadap zat besi.

Berdasarkan penelitian dalam "European Journal of Clinical Nutrition" tahun 2002, disebutkan bahwa teh merupakan minuman yang mengandung tanin yang dapat menurunkan penyerapan besi non-heme dengan cara membentuk ikatan kompleks yang tidak dapat diserap.

Ada pula penelitian lainnya dalam "The American Journal of Clinical Nutrition" tahun 2008, yang menyebutkan adanya penurunan penyerapan zat besi baik pada perempuan dengan anemia maupun tidak, setelah minum teh 1-2 cangkir sehari.

Minum secangkir teh dalam sehari disebut-sebut dapat menurunkan penyerapan zat besi sebanyak 49 persen pada penderita anemia defisiensi besi, sedangkan konsumsi 2 cangkir teh sehari menurunkan penyerapan zat besi sebesar 67 persen pada penderita anemia defisiensi zat besi, dan 66 persen pada kelompok kontrol.

Itulah hal-hal yang perlu kita perhatikan untuk menghindari terjadinya anemia. Anemia sudah termasuk ke dalam masalah kesehatan masyarakat. Hal ini berdasarkan data Riskesdas 2018, yang mana prevalensi anemia pada ibu hamil mengalami peningkatan menjadi 48,9 persen.

Untuk itu, kita perlu memperhatikan asupan makanan kita setiap hari. Lebih baik mencegah daripada mengobati, bukan?

Baca Juga: Jangan Keliru, Ini 5 Beda Anemia vs. Tekanan Darah Rendah!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya