pixabay.com/reinhardthrainer
Melansir Medical News Today, saat ini diperkirakan setidaknya 500 juta orang pengidap penyakit ginjal kronis (PGK) di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut, banyak yang berlanjut hingga tahapan gagal ginjal stadium akhir (end-stage renal disease atau ESRD), kondisi yang memerlukan cuci darah hingga transplantasi ginjal.
Para ahli meyakini bahwa dengan mengurangi asupan protein dapat memperlambat pengembangan dari penyakit ginjal kronis ke tahapan gagal ginjal stadium akhir.
Untuk itulah, Woon-Puay Koh bersama tim dari Duke-NUS Medical School dan Saw Swee Hock School of Public Health di National University of Singapore melakukan penelitian yang melibatkan 63.257 orang dewasa, berusia 45-74 tahun.
Hasil studi yang diterbitkan dalam Journal of the American Society of Nephrology tersebut menyimpulkan, dari berbagai jenis protein yang dikonsumsi sehari-hari, mereka yang banyak mengonsumsi daging merah (di atas 25 persen), memiliki kemungkinan 40 persen lebih besar terkena ESRD dibanding orang-orang yang mengonsumsi protein dari daging merah di bawah 25 persen.
Kesimpulan lainnya, jenis protein dari ikan, telur, produk susu, dan unggas (daging ayam, bebek), tidak menunjukkan hubungan dengan pengembangan ESRD. Sementara itu, jenis protein nabati dari kedelai dan kacang-kacangan menunjukkan sedikit sifat melindungi atau memperlambat ESRD.
Dari hasil penelitian di atas, Woon-Puay Koh menyarankan untuk mengonsumsi jenis protein nabati. Kalaupun tetap ingin makan daging, jenis daging unggas, ikan ataupun kerang menjadi alternatif yang jauh lebih aman daripada daging merah (daging sapi, babi, kambing, dan lain-lain).
Hal ini penting untuk mencegah terjadinya gagal ginjal yang membuat seseorang harus melakukan cuci darah maupun menjalani transplantasi organ ginjal.