Perlu diketahui lebih dahulu, gas air mata terbagi menjadi empat jenis utama yakni Chlorobenzylidine malononitrile (CS), Chloroacetophenone (CN), Dibenzoxazepine (CR), dan Oleoresin capsicum (OC). Nah, yang paling sering digunakan adalah CS.
Gas air mata sendiri merupakan senyawa kimia berbentuk padat. Senyawa tersebut kemudian digiling menjadi debu halus lalu dikombinasikan dengan aerosol dalam bentuk granat. Jika diledakkan, dapat menciptakan awan kimia dan memengaruhi lingkungan sekitarnya.
Senyawa dalam gas air mata dapat menimbulkan sejumlah efek pada tubuh karena bisa mengiritasi organ. Kamu mungkin merasakan sejumlah hal berikut setelah terpapar gas air mata:
- Mata berair, sensasi terbakar, dan kemerahan
- Penglihatan kabur
- Rasa terbakar dan iritasi di mulut dan hidung
- Kesulitan menelan
- Kesulitan bernapas
- Batuk dan mengi
- Iritasi kulit.
Tidak hanya gasnya, tabung yang digunakan untuk melepaskan gas air mata pun dapat menyebabkan cedera. Tabung bisa memicu panas yang berpotensi menyebabkan luka bakar dan kerusakan pada area kepala. Jika hal ini terjadi, jawaban dari berapa lama efek gas air mata jelas berlangsung lebih panjang dari seharusnya.
Lebih jauh, paparan gas air mata cenderung menimbulkan efek jangka pendek. Meski demikian, jika paparannya terjadi dalam ruangan, hal itu mungkin menyebabkan dampak kesehatan serius seperti glaukoma, kebutaan, luka bakar kimia, dan kegagalan pernapasan.