Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Siapa Saja yang Lebih Rentan terhadap Gas Air Mata?

ilustrasi gas air mata (unsplash.com/Damien Checoury)

Gas air mata kerap digunakan untuk mengendalikan atau membubarkan massa ketika terjadi demonstrasi. Kandungan di dalamnya membuat orang yang menghirup gas air mata merasakan perih pada mata atau hidung.  

Meskipun efek gas air mata akan hilang, terdapat beberapa kelompok yang rentan terhadap bahan kimia ini. Lantas, siapa saja yang lebih rentan terhadap gas air mata? Berikut penjelasannya!

1. Mengenal gas air mata

ilustrasi gas air mata (unsplash.com/Colin Lloyd)

Gas air mata merupakan senyawa kimia yang dapat mengakibatkan iritasi pada kulit, mata, selaput lendir, dan saluran pernapasan. Petugas menggunakan gas air mata untuk mengendalikan massa. Tujuan penggunaan gas air mata yaitu untuk menghasilkan rasa tidak nyaman pada pernapasan dan mata.

Dilansir Medscape, bentuk aerosol membuat gas air mata mudah menyebar sehingga dapat mempengaruhi siapapun. Iritasi akibat gas air mata tidak hanya dirasakan oleh target yang dituju saja, malainkan juga dirasakan oleh demonstran atau massa yang tidak membuat keributan, saksi, orang yang tinggal di sekitarnya, petugas kesehatan darurat, dan petugas penegak hukum itu sendiri.

2. Efek paparan gas air mata

ilustrasi iritasi mata (pexels.com/Karolina Grabowska)

Medical News Today menjelaskan bahwa gas air mata bereaksi dengan kelembaban. Inilah mengapa gas air mata dapat mempengaruhi area tubuh yang lembab, seperti mata, tenggorokan, mulut, dan paru-paru.

Umumnya, orang yang terpapar gas air mata merasakan sensasi rasa terbakar pada mata, hidung, mulut, atau bahkan saluran napas. Selain itu, mata merupakan organ yang paling sensitif dan paling cepat terkena dampak akibat gas air mata, mengutip penjelasan Medscape.

3. Siapa saja yang lebih rentan terhadap gas air mata?

ilustrasi anak-anak (pexels.com/Victoria Akvarel)

Medscape menjelaskan bahwa anak-anak lebih rentan terhadap cedera yang lebih parah akibat gas air mata. Selain anak-anak, orang tua dan orang dengan penyakit kronis juga lebih rentan.

Menambahkan penjelasan American Lung Association, seseorang dengan riwayat penyakit pernapasan memiliki risiko tinggi jika terpapar gas air mata. Misalnya, seseorang yang memiliki riwayat penyakit asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) lebih berisiko mengalami keluhan yang lebih parah dan dapat memicu terjadinya gagal napas.

4. Makin banyak jumlah gas air mata berpotensi menimbulkan efek yang lebih parah

ilustrasi gas air mata (unsplash.com/Baudouin Wisselmann)

Medical News Today juga menyebutkan bahwa menembakkan beberapa tabung gas air mata menyebabkan kadar atau jumlah gas air mata di udara meningkat. Akibatnya, orang yang menghirupnya berpotensi mengalami efek yang lebih parah.

Selain itu, risiko cedera akibat gas air mata di dalam ruangan lebih besar daripada di luar ruangan. Sebab, gas air mata yang terperangkap di dalam ruangan menyebabkan seseorang berisiko tinggi terpapar bahan kimia lebih banyak. 

5. Makin lama terpapar gas air mata berpotensi menimbulkan efek yang lebih buruk

ilustrasi penyakit paru-paru (freepik.com/8photo)

Mayoritas orang membaik setelah terpapar gas air mata. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), efek dari paparan gas air mata biasanya akan membaik antara 15 sampai 30 menit setelah orang tersebut menjauh dari sumber paparan dan telah melepaskan pakaian yang terkontaminasi.

Healthline menjelaskan bahwa efek yang dialami bisa memburuk jika lebih lama terpapar dengan gas air mata. Maka dari itu, segera menjauh dari sumber gas air mata untuk meminimalkan kontak dengan gas air mata sehingga mencegah efek samping yang lebih parah.

Gas air mata dapat menyebabkan iritasi pada mata, hidung, mulut, dan saluran pernapasan. Namun, terdapat beberapa kelompok yang lebih rentan terhadap gas air mata diantaranya anak-anak, orang tua, orang dengan penyakit kronis, hingga orang dengan riwayat penyakit pernapasan seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), sehingga lebih berisiko mengalami kondisi yang lebih parah. Terlebih lagi jika jumlah paparan gas air mata ke tubuh lebih banyak dan terpapar dalam waktu lama juga berpotensi memperburuk kondisi pada orang sehat maupun kelompok rentan. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Tania Stephanie
Izza Namira
3+
Tania Stephanie
EditorTania Stephanie
Follow Us