Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bolehkah Minum Kopi sebelum Mendaki Gunung? Ini Penjelasannya!

ilustrasi minum kopi sebelum mendaki (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Mendaki gunung tidak hanya soal stamina, tapi juga soal persiapan yang matang, termasuk soal asupan yang masuk ke tubuh sebelum pendakian dimulai. Salah satu kebiasaan yang cukup umum dilakukan para pendaki adalah minum kopi sebelum mulai perjalanan. Pertanyaannya, apakah itu benar-benar aman untuk tubuh? Apakah kopi bisa membantu atau justru malah memberi dampak negatif selama pendakian? Jawabannya tidak bisa disamaratakan.

Efek minum kopi sebelum mendaki bisa berbeda-beda tergantung kondisi fisik, kebiasaan konsumsi kafein, hingga medan pendakian yang dihadapi. Jadi penting untuk memahami dulu seperti apa hubungan antara kopi dan aktivitas berat seperti mendaki. Berikut lima poin penting yang bisa kamu pertimbangkan sebelum menyesap kopi sebelum naik ke ketinggian.

1. Kafein memengaruhi kinerja jantung saat mendaki

ilustrasi kopi (pexels.com/RDNE Stock project)

Minum kopi sebelum aktivitas fisik seperti mendaki bisa berdampak langsung ke sistem kardiovaskular. Kafein bekerja dengan cara menstimulasi sistem saraf pusat dan memacu kerja jantung lebih cepat dari biasanya. Hal ini bisa memberi efek peningkatan kewaspadaan dan tenaga sementara, tapi juga bisa membuat detak jantung melonjak saat kita mulai mendaki.

Bagi sebagian orang, kondisi ini terasa seperti dorongan energi ekstra. Namun jika belum terbiasa, lonjakan detak jantung ini bisa memicu rasa cemas, pusing, atau bahkan mual. Apalagi di ketinggian, kadar oksigen cenderung lebih rendah sehingga jantung harus bekerja lebih keras. Kombinasi kafein dan udara tipis ini bisa menjadi beban tambahan untuk jantung.

2. Kopi dapat memicu dehidrasi di ketinggian

ilustrasi kopi (pexels.com/Taryn Elliott)

Salah satu risiko utama saat mendaki gunung apalagi kalau bukan dehidrasi dan kopi dikenal memiliki efek diuretik ringan. Artinya, kafein bisa memicu tubuh mengeluarkan cairan lebih cepat lewat urine. Jika kamu tidak mengganti cairan yang keluar itu, tubuh bisa mengalami kekurangan cairan bahkan sebelum pendakian benar-benar dimulai.

Masalah dehidrasi ini makin parah kalau kamu tidak sadar sudah banyak kehilangan cairan. Di ketinggian, udara dingin membuat tubuh tidak selalu menunjukkan tanda haus secara jelas. Jadi, konsumsi kopi sebelum mendaki gunung tanpa diimbangi air putih bisa membuat kamu lebih rentan lemas, sakit kepala, atau bahkan kram otot.

3. Kondisi lambung bisa terpengaruh sebelum pendakian

ilustrasi kopi (pexels.com/Taryn Elliott)

Minum kopi dalam keadaan perut kosong sebelum mendaki berisiko memicu iritasi lambung. Kafein dapat merangsang produksi asam lambung, apalagi kalau kopi yang diminum cukup pekat atau tanpa pendamping makanan. Hal ini bisa menimbulkan perasaan mulas, mual, hingga gangguan pencernaan saat tubuh sedang aktif bergerak menanjak gunung.

Efeknya mungkin tak langsung terasa di awal pendakian, tapi saat tubuh mulai kelelahan dan metabolisme meningkat, gangguan lambung bisa menjadi masalah besar. Beberapa pendaki bahkan mengalami maag kambuh karena konsumsi kopi sebelum naik gunung. Jika kamu punya riwayat asam lambung, sebaiknya lebih hati-hati dan pertimbangkan alternatif lain yang lebih ramah pencernaan.

4. Kinerja mental bisa meningkat sementara, lalu menurun

ilustrasi kopi (pexels.com/Kamaji Ogino)

Kopi memang bisa membantu meningkatkan konsentrasi dan fokus seseorang, terutama saat awal memulai pendakian. Stimulasi dari kafein memberi efek seolah kamu lebih sigap dan termotivasi untuk menaklukkan jalur mendaki yang berat. Namun efek ini cenderung bersifat sementara dan tidak stabil.

Setelah 2–3 jam, tubuh biasanya mengalami penurunan energi drastis atau istilahnya “caffeine crash”. Dalam kondisi seperti itu, kamu bisa merasa lebih lelah dari sebelumnya, sulit berkonsentrasi, bahkan mengalami mood swing. Hal ini bisa mengganggu ritme pendakian dan membuat mental jadi turun justru di tengah jalan ketika energi sangat dibutuhkan.

5. Tubuh setiap manusia merespons kopi dengan cara yang berbeda

ilustrasi kopi (pexels.com/Taha Samet Arslan)

Respons tubuh terhadap kafein tidak bisa dipukul rata. Ada orang yang memang terbiasa minum kopi dan tubuhnya bisa mengelola efek kafein dengan baik. Akan tetapi, ada juga yang sensitif terhadap kandungan kafein, sehingga minum sedikit saja sudah cukup untuk memicu jantung berdebar atau gangguan perut.

Faktor lain seperti kualitas tidur malam sebelumnya, jenis kopi yang dikonsumsi, hingga intensitas medan pendakian juga turut memengaruhi. Jadi, sebelum memutuskan untuk minum kopi sebelum mendaki, penting untuk memahami bagaimana tubuh kamu bereaksi terhadap kafein. Jangan sekadar ikut-ikutan karena dianggap "ritual wajib" para pendaki.

Minum kopi sebelum mendaki bukanlah hal yang otomatis berbahaya, tapi juga tidak selalu memberi manfaat. Semua tergantung pada kondisi tubuh, jumlah konsumsi, dan persiapan pendakian secara keseluruhan. Daripada hanya mengandalkan kopi sebagai sumber energi, lebih bijak jika kamu memperhatikan kebutuhan cairan, nutrisi, dan waktu istirahat agar pendakian tetap aman dan nyaman.

Referensi

"Coffee for Hikers: Friend or Foe?" Summit Strength. Diakses pada Juli 2025.
"Should You Drink Coffee Before a Hike?" Tahoe Trail Bar. Diakses pada Juli 2025.
"Should I Drink Coffee Before a Hike?" Vanilla Moose Coffee. Diakses pada Juli 2025.
"Caffeine While Hiking." Trails Rock. Diakses pada Juli 2025.
"What to Eat Before, During & After a Hike." Go Hike Virginia. Diakses pada Juli 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us