Perlu kamu ketahui, intermittent fasting merupakan pola makan yang mengatur kapan kamu makan. Dalam IF, terdapat konsep jendela makan dan periode puasa. Kalau melihat konsepnya, pada dasarnya puasa Ramadan merupakan bentuk intermittent fasting.
Saat Ramadan, kamu perlu menahan diri tidak makan dari terbit fajar sampai matahari terbenam. Di Indonesia, itu berarti sekitar 13 jam dalam sehari. Setelahnya, kamu memiliki jeda untuk makan sekitar 11 jam, tanpa memperhitungkan waktu tidur. Anggaplah dikurangi waktu tidur 5 jam, berarti jendela makan sekitar 8 jam.
Durasi tersebut mirip dengan metode IF paling umum yakni protokol Leangains. Protokol IF ini mengharuskan seseorang berpuasa selama 16 jam dengan jeda makan 8 jam. Metode ini dikatakan efektif mengurangi berat badan karena tubuh otomatis mendapat asupan kalori lebih sedikit.
Nah, di sinilah highlight penting ketika menjadikan puasa Ramadan sebagai intermittent fasting untuk menurunkan berat badan. Pada dasarnya IF dapat mengurangi bobot tubuh karena puasa membuatmu mengonsumsi lebih sedikit kalori secara keseluruhan. Namun, IF ataupun puasa Ramadan mungkin gagal mencapai tujuan tersebut jika kamu tidak mengontrol asupan makanan saat jendela makan tiba.
Lantas, apa yang perlu diperhatikan agar puasa bulan Ramadan tak hanya beribadah, tetapi juga efektif menurunkan berat badan? Berikut tipsnya.