Secara umum, stigma merujuk pada tanda rasa malu atau mendiskreditkan. Dalam perspektif sosiologi terkhusus di teori labeling, stigma kesehatan mental dapat dikonseptualisasikan sebagai diskredit yang ditetapkan pada mereka yang mengalami gangguan emosional, kemudian mendapat label, stereotip, hingga diskriminasi.
Diri sendiri sering menganggap stigma sebagai penilaian yang berasal dari orang lain. Akan tetapi, fakta yang ada bisa menginternalisasi perasaan orang lain atau masyarakat luas. Tidak jarang kasus demikian dapat menghantarkan pada gerbang self-stigma (stigma diri).
Self-stigma dapat membuat seseorang merasa malu. Hal ini lalu berimbas pada harga diri rendah serta mengikis keyakinan dan efikasi diri dalam keinginan untuk mencapai sesuatu. Dengan demikian, penting mengetahui seluk beluk self-stigma untuk menghindari praktik menyesatkannya.