Stigma Menstruasi, Ini Dampak Buruknya pada Perempuan

Jenis praktik diskriminasi yang dihadapi perempuan

Menstruasi atau haid merupakan fenomena alami dan normal yang dialami oleh perempuan. Ini berhubungan dengan kesehatan organ reproduksi. Kendati demikian, menstruasi tidak lepas dari persepsi negatif karena sering kali diikuti oleh rasa sakit, ketidaknyamanan, dan perasaan malu.

Ialah period stigma (stigma menstruasi), yang mana merupakan istilah untuk menggambarkan jenis praktik diskriminasi yang dihadapi perempuan. Meskipun kedengarannya tampak tidak masuk akal, stigma menstruasi diakui eksistensinya di tengah masyarakat.

Selain itu, stigma ini dapat bersifat destruktif atau merusak. Dengan kata lain, stigma menstruasi telah dikaitkan dengan risiko peningkatan stres dan emosional, serta ketidaknyamanan fisik.

1. Melabeli perempuan yang menstruasi

Stigma Menstruasi, Ini Dampak Buruknya pada Perempuanilustrasi menstruasi atau haid (pexels.com/Karolina Grabowska)

Menyelisik kepercayaan masyarakat Yahudi ortodoks, ada istilah "niddah". Niddah merupakan sebutan untuk melabeli perempuan yang sedang menstruasi.

Istilah lain yang muncul di tahun 1800-an yakni "on the rag". Ini mengacu pada kain yang disematkan ke pakaian dalam untuk menampung darah menstruasi. Ungkapan demikian dianggap contoh budaya tabu untuk menyembunyikan menstruasi. 

2. Manifestasi stigma menstruasi di masyarakat

Stigma Menstruasi, Ini Dampak Buruknya pada Perempuanilustrasi orang duduk di transportasi umum (pexels.com/Samson Katt)

Terdapat beberapa praktik stigma menstruasi yang bertebaran di masyarakat. Ini melibatkan aktivitas seperti:

  • Diskriminasi: Pengaruh diskriminasi yang dihadapi oleh perempuan yang mengalami menstruasi bervariasi. Namun, situasi ini tetap berpotensi bahaya terlepas dari konteksnya yang mungkin hanya bercanda. Stigma menstruasi tidak jarang dimanifestasikan sebagai perilaku sensitif, agresif, atau mengancam. Manifestasi tersebut tampaknya sudah melekat pada perempuan yang sedang menstruasi.
  • Bicara tentang menstruasi dianggap sebagai sesuatu yang tabu: Untuk menghindari pembicaraan mengenai menstruasi, masyarakat kerap menggunakan ungkapan lain yang mengandung makna bukan sebenarnya. Ungkapan tersebut misalnya, "sedang libur" atau "sedang M".
  • Menstruasi dianggap hal yang kotor: Kendati darah menstruasi merupakan sesuatu yang kotor, tetapi bukan berarti individu yang bersangkutan boleh dilabeli demikian. Dalam beberapa situasi, banyak orang menganggap darah haid yang merembes atau bocor ke celana sebagai hal yang memalukan.
  • Iklan produk yang seolah hanya fokus pada "menyembunyikan" menstruasi: Iklan, baik melalui media cetak maupun elektronik, tanpa disadari menanamkan konsep bahwa suatu produk saniter berfokus pada kemampuan untuk menyembunyikan aliran darah menstruasi, menangkal bau, dan bisa dibuang tanpa menarik perhatian. Dengan begitu, secara tidak langsung fokus masyarakat menjadi lebih menjurus pada pencegahan rasa malu ketimbang memahami arti penting dari menstruasi itu sendiri.

Baca Juga: 5 Fakta Menstruasi usai Melahirkan yang Perlu Para Ibu Ketahui

3. Ancaman nyata dari stigma menstruasi

Stigma Menstruasi, Ini Dampak Buruknya pada Perempuanilustrasi perempuan menundukkan pandangan (pexels.com/Keira Burton)

Periode menstruasi telah banyak memberi dampak bagi kehidupan perempuan. Ini sering kali melibatkan ketidaknyamanan, rasa sakit, hingga masalah emosional. Menimbang fakta tersebut, apabila stigma menstruasi dinormalisasi, maka tidak menutup kemungkinan akan ada konsekuensi yang lebih kompleks.

Dilansir News Medical, banyak peneliti telah mengaitkan fenomena stigma menstruasi dengan body shaming. Ini bisa memengaruhi kondisi kesehatan perempuan yang melibatkan:

  • Rentan terhadap masalah fisik maupun mental.
  • Berdampak pada kenikmatan dan harapan seksual.
  • Mengurangi kualitas hidup.
  • Berkontribusi terhadap penurunan status sosial.

4. Tantangan dalam menghadapi period stigma

Stigma Menstruasi, Ini Dampak Buruknya pada Perempuanilustrasi membuang tampon ke tempat sampah (pexels.com/Karolina Grabowska)

Tantangan utama dalam menghapuskan stigma menstruasi adalah kurangnya edukasi terkait menstruasi di berbagai negara. Akibatnya, perempuan yang baru memasuki fase menstruasi rentan mengalami perasaan takut dan malu. Selain itu, kurangnya pengetahuan tentang produk kebersihan menstruasi menyebabkan ketidakmampuan memanajemen produk yang digunakan, termasuk cara membersihkan dan membuang produk dengan tepat.

Perlu diperhatikan juga bahwa di beberapa situasi dalam masyarakat, edukasi seksual sering kali tidak mencakup bahasan menstruasi. Padahal, jika melihat urgensinya, baik perempuan maupun laki-laki perlu mendapat edukasi tentang menstruasi. Harapannya supaya stigma menstruasi bisa terkikis dalam masyarakat.

5. Normalisasi menstruasi

Stigma Menstruasi, Ini Dampak Buruknya pada Perempuanilustrasi perempuan saling berbagi cerita (pexels.com/EKATERINA BOLOVTSOVA)

Upaya menangkal praktik stigma menstruasi tampaknya tidak harus melibatkan tokoh berpengaruh atau para ahli. Diri kita sendiri bisa memulainya dengan tindakan nyata, seperti:

  • Mendiskusikan topik menstruasi secara terbuka: Sudah sepatutnya bahasan mengenai menstruasi dipaparkan secara gamblang agar tidak menimbulkan mispersepsi dalam masyarakat.
  • Mengakui kenormalan dalam mekanisme tubuh perempuan: Menstruasi adalah proses alami dalam tubuh perempuan yang bisa dijelaskan secara medis. Jadi, tidak etis jika sampai ada stigma menstruasi.
  • Menetapkan kebijakan guna mengakhiri stigma masyarakat: Ini melibatkan tokoh berwenang yang sebaiknya dalam menetapkan kebijakan harus bersifat inklusif.
  • Memastikan produk sanitasi bisa dijangkau: Menangani menstruasi memerlukan produk khusus seperti pembalut, tampon, atau menstrual cup. Produk-produk tersebut perlu dijamin kualitasnya untuk kenyamanan dan kesehatan penggunanya.

Menstruasi harus didorong sebagai kunci menjadi perempuan yang sehat, bukan sesuatu yang dianggap memalukan. Menstruasi bukan hal tabu, justru kehadirannya menjadi ciri khas perempuan dalam menyongsong kedewasaan.

Baca Juga: 7 Penyebab Darah Menstruasi Hanya Sedikit, Apakah Bahaya? 

Indriyani Photo Verified Writer Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya