Post Infidelity Stress Disorder, Luka Batin akibat Perselingkuhan

Korban perselingkuhan rentan mengalaminya

Isu perselingkuhan menjadi momok yang menakutkan bagi orang-orang yang telah memiliki pasangan. Tidak sedikit pula berita tentang pengkhianatan yang dilakukan orang tercinta berseliweran di media sosial dan bahkan kehidupan nyata.

Perselingkuhan bisa mendatangkan dampak yang sangat serius. Ini menyangkut aspek psikologis yang termanifestasi dalam berbagai konteks, termasuk kesedihan, kekecewaan, kemarahan, bahkan depresi dan putus asa. Pada kasus ekstrem, korban perselingkuhan dapat menunjukkan indikasi masalah kesehatan mental yang dikenal dengan post infidelity stress disorder (PISD).

Post infidelity stress disorder (PISD) merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan luka psikologis akibat perselingkuhan. Kendati PISD bukan termasuk diagnosis resmi yang berdiri sendiri, kondisi ini memiliki pola yang mirip dengan gangguan stres pascatrauma (PTSD).

1. Gejala PISD

Post Infidelity Stress Disorder, Luka Batin akibat Perselingkuhanilustrasi pasangan sedang ada masalah (pexels.com/RODNAE Productions)

Bukan hal yang aneh jika korban perselingkuhan menunjukkan respons emosional berupa kesedihan, kemarahan, atau mengurung diri. Namun, jika intensitas sikap tersebut terjadi secara terus-menerus, hal ini perlu diwaspadai. Penting bagi siapa pun untuk mengenal gejala PISD yang meliputi:

  • Sering merenung karena memikirkan perselingkuhan yang dilakukan pasangan.
  • Merasakan trauma termasuk memiliki ingatan yang menyakitkan, kilas balik, atau mimpi buruk yang berhubungan dengan perselingkuhan.
  • Menjadi mati rasa atau tanpa emosi.
  • Melakukan penghindaran dengan tidak mau mengingat momen-momen kebersamaan bersama pasangan.
  • Mengalami gejala kecemasan seperti kekhawatiran yang terus-menerus.
  • Mengalami gejala depresi seperti perasaan sedih, hampa, atau sering menangis.
  • Menarik diri dari lingkungan sosial dan lebih memilih sendiri.
  • Rentan mengalami insomnia dan memiliki pola tidur yang tidak teratur.
  • Timbul masalah kepercayaan pada orang baru.
  • Kesulitan menjalin hubungan yang baru.

2. Siapa saja yang rentan mengalami PISD?

Post Infidelity Stress Disorder, Luka Batin akibat Perselingkuhanilustrasi berdebat dengan pasangan (pexels.com/RODNAE Productions)

Perlu dipahami bahwa PISD bisa terjadi pada siapa saja terlepas dari gendernya. Sementara ada orang-orang tertentu yang memiliki risiko lebih besar mengalami PISD, yakni:

  • Orang yang pernah mengalami trauma atau pelecehan di masa lalu.
  • Orang yang memiliki masalah kepercayaan dalam hubungan.
  • Orang yang memiliki harga diri rendah.
  • Orang dengan riwayat gangguan kepribadian dependen.
  • Orang dengan pandangan negatif terhadap hampir semua aspek kehidupan, mulai dari diri sendiri, orang lain, hingga lingkungannya.
  • Orang yang berjuang dengan riwayat hubungan kodependen atau bergantung dan dikendalikan pasangan.

Baca Juga: 5 Bentuk Dukungan Sosial terhadap Seseorang dengan PTSD     

3. Diagnosis PISD

Post Infidelity Stress Disorder, Luka Batin akibat Perselingkuhanilustrasi perempuan curhat dengan temannya (pexels.com/Karolina Grabowska)

Seperti yang telah disinggung di awal, PISD bukan termasuk diagnosis resmi. Kondisi ini tidak termuat dalam pedoman diagnosis kesehatan mental Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5).

Kendati bukan diagnosis resmi, PISD tetap dipertimbangkan oleh ahli kesehatan mental. Ini karena gejala yang ditunjukkan pasien dapat membantu mempertahankan nomenklatur sehingga kumpulan gejala dapat lebih mudah dipahami dan diidentifikasi.

Jika seorang pasien sangat tertekan setelah insiden perselingkuhan, pasien tersebut mungkin didiagnosis dengan kecemasan, depresi, atau PTSD bergantung pada gejalanya. Ini sejalan dengan penelitian yang termuat dalam Stress and Health: Journal of the International Society for the Investigation of Stress tahun 2021.

4. Penanganan PISD

Post Infidelity Stress Disorder, Luka Batin akibat Perselingkuhanilustrasi perempuan tersenyum karena terhibur oleh teman-temannya (pexels.com/cottonbro studio)

Setelah proses diagnosis berhasil dilakukan, tindakan selanjutnya adalah menentukan jenis perawatan. Pasien dengan PISD mungkin akan direkomendasikan dokter beberapa opsi pengobatan yang terdiri dari:

  • Pemberian obat-obatan tertentu: Ini melibat obat anti-kecemasan, anti-depresan, atau anti-konvulsan.
  • Restrukturisasi kognitif: Melibatkan eksplorasi pikiran, perasaan, dan perilaku negatif dan menggantinya dengan yang lebih adaptif.
  • Penerapan terapi: Terapi dapat membantu menggali informasi yang berhubungan dengan akar penyebab trauma secara komprehensif. Adapun jenis terapi yang bisa dilakukan ialah terapi keluarga dengan melibatkan dukungan anggota keluarga lain.

5. Mekanisme koping

Post Infidelity Stress Disorder, Luka Batin akibat Perselingkuhanilustrasi perempuan berdiskusi santai (pexels.com/EKATERINA BOLOVTSOVA)

Menangis, kecewa, atau bahkan marah merupakan respons normal ketika mendapati kenyataan orang yang disayangi melakukan pengkhianatan. Namun, jangan biarkan diri sendiri berlarut-larut dalam masalah tersebut. 

Orang yang pernah mengalami PISD perlu menerapkan strategi khusus untuk menangkal ingatan dari peristiwa traumatis itu. Namun, yang terpenting adalah tekad diri sendiri untuk keluar dari jerat kilas-balik yang menyakitkan. Strategi khusus yang dimaksud meliputi:

  • Mempraktikkan perawatan diri seperti makan makanan sehat, meminimalkan paparan media sosial, melakukan aktivitas fisik, atau menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman dekat.
  • Jika memungkinkan meluangkan waktu membuat jurnal, mengunjungi terapis, atau berbicara dari hati ke hati dengan keluarga atau teman terpercaya.
  • Jangan menyalahkan diri sendiri atas insiden perselingkuhan yang dilakukan pasangan.
  • Belajar berdamai dengan kenyataan dan menyadari bahwa it's okay to not be okay.

Perselingkuhan merupakan pengalaman yang sangat sulit dan bisa meninggalkan bekas traumatis. Sang korban mungkin dirundung rasa marah, sakit hati, dikhianati, kesepian, tidak percaya diri, serta takut akan masa depan.

Jika saat ini kamu sedang diliputi masalah perihal perselingkuhan, jangan menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi. Pada dasarnya, hubungan yang sehat tidak akan menyeret pihak ketiga untuk masuk ke dalamnya. Partner yang baik juga tidak akan sampai hati melukai perasaan pasangannya dengan jalan perselingkuhan.

Baca Juga: Post Abortion Stress Syndrome, Gejala Mirip PTSD Pasca Aborsi

Indriyani Photo Verified Writer Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya