Bagaimana Efek Puasa Ibu Hamil terhadap Kondisi Bayi? Ini 7 Faktanya!
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Menjalankan ibadah puasa saat hamil memang memberikan tantangan tersendiri untuk para ibu. Khususnya untuk mereka yang sedang hamil muda. Pasalnya saat hamil muda, wanita sering merasakan morning sickness yang akan memberatkan puasa mereka.
Sebenarnya puasa saat sedang hamil tidak akan membahayakan ibu maupun bayi yang dikandungnya. Namun sebagian orang khawatir bayi tidak akan bisa tumbuh dengan maksimal.
Apakah pernyataan tersebut benar? Sebenarnya bagaimana puasa memengaruhi bayi yang sedang dikandung? Simak penjelasan berikut ini!
1. Puasa tidak banyak berpengaruh pada janin
Berdasarkan penelitian dari Gaziantep University, Turki, tidak ada pengaruh yang signifikan pada kesehatan janin sebelum dan setelah puasa. Dilansir dari Halodoc, para ahli meneliti 36 wanita hamil yang berpuasa 20 minggu sebelum Ramadan hingga puasa selesai.
2. Tidak menghambat pertumbuhan bayi
Berdasarkan penelitian tersebut, ahli meneliti beberapa variabel. Mulai dari kenaikan berat badan, profil biofisik janin, indeks cairan amnion, serta rasi arteri sistol dan diastol. Mereka menemukan bahwa puasa tidak menghambat pertumbuhan bayi di dalam rahim ibunya.
3. Bisa membuat berat badan bayi lebih ringan
Walaupun begitu, puasa memiliki potensi untuk menyebabkan rendahnya berat badan bayi saat dilahirkan. Khususnya untuk ibu yang berpuasa pada tiga bulan pertama. Namun perbedaan ini sangat kecil.
Baca Juga: Buat Ibu Hamil, Begini 8 Tips Sehat Menjalankan Ibadah Puasa
4. Panjang bayi saat lahir
Editor’s picks
Bayi yang lahir dari ibu yang berpuasa saat hamil berpotensi memiliki tubuh yang lebih pendek dan kurus. Sama seperti sebelumnya, perbedaan ini bisa dibilang tidak signifikan.
5. Puasa tidak berpengaruh terhadap tes APGAR
Tes APGAR dilakukan pada bayi yang baru saja lahir. Dokter akan memeriksa bagaimana kemampuan bayi beradaptasi dengan dunia luar. Tes ini meliputi Appearance, Pulse, Grimace, Activity, dan Respiration. Studi membuktikan bahwa tidak ada perbedaan nilai APGAR yang diperoleh bayi dari ibu yang puasa dan yang tidak.
6. Bayi dapat lahir lebih cepat (prematur)
Penelitian mengatakan bahwa ibu hamil yang makan kurang dari tiga kali sehari dan mengonsumsi camilan kurang dari dua kali sehari memiliki 30 persen potensi untuk melahirkan bayi prematur. Ini terjadi khususnya pada ibu yang sedang hamil tua.
7. Menurunkan risiko lahir dengan operasi caesar
Berdasarkan hasil penelitian di Journal of Obstetrics and Gynaecology Research yang diterbitkan tahun 2008, pernyataan tersebut memang dibenarkan. Penelitian dilakukan pada 402 ibu hamil yang puasa pada usia kehamilan 20 hingga 34 minggu.
Hasil menunjukkan ibu hamil yang berpuasa ternyata memiliki risiko lebih rendah untuk melahirkan caesar daripada ibu yang tidak berpuasa. Hanya 28,4 persen wanita yang melahirkan secara caesar. Sedangkan pada mereka yang tidak berpuasa, jumlahnya mencapai 39,3 persen.
Jika merasa tidak kuat berpuasa saat hamil, jangan memaksakan diri ya! Kesehatan ibu dan bayi harus selalu diutamakan.
Baca Juga: [LINIMASA] Data dan Fakta Arus Mudik Lebaran 2019