Sel telur berkembang dari kantong kecil yang disebut folikel. Selanjutnya, folikel akan berkembang selama beberapa bulan. Perkembangan folikel diperkirakan terjadi lebih dari 175 hari atau sekitar 6 kali siklus menstruasi. Setelahnya, mereka siap untuk melepaskan sel telur.
Sebelum dilepaskan atau terjadi masa ovulasi, otak akan memicu hormon Follicle-Stimulating Hormone atau FSH. Hormon tersebutlah yang merangsang folikel untuk terus berkembang. Begitu folikel tumbuh, hormon estrogen yang diproduksi tubuh akan melonjak begitu satu folikel telah dipilih untuk menjadi sel telur.
Pada awal siklus menstruasi, terdapat pemilihan best follicle yang nantinya berkembang menjadi sel telur. Iya, bukan hanya sperma saja yang tereliminasi saat memasuki sel telur, tetapi folikel juga. Pada tahap ini, calon sel telur dari 10 folikel hanya dipilih 1 yang terbaik. Selanjutnya, sel tersebut akan dilepaskan ke tuba falopi untuk dibuahi, melansir Hello Clue.
Lebih lanjut, otak kemudian menghasilkan lonjakan hormon luteinizing (LH) yang memicu ovulasi. Pelepasan telur dari folikel dan ovarium berlangsung umumnya sekitar 24 jam kemudian. Meski demikian, bukan berarti proses ovulasi usai di sana.
Dalam perjalanan sel telur menuju rahim, hormon luteinizing akan mengubah folikel dari yang sebelumnya memproduksi estrogen jumlah besar menjadi mesin pembuat progesteron. Produsen progesteron ini disebut korpus luteum yang ada hanya menjelang masa ovulasi. Saat ovulasi tidak terjadi, maka tubuh tidak akan mengalami lonjakan progesteron.
Ketika terjadi pembuahan, korpus luteum pun telah menyediakan cukup hormon progesteron untuk mendukung kehamilan. Setidaknya hingga tugas ini diambil alih oleh plasenta yang sudah berkembang. Jika tidak terjadi pembuahan, maka korpus luteum dan produksi hormon akan menurun sehingga terjadi menstruasi.