5 Red Flag yang Harus Diperhatikan saat Memilih Suplemen Makanan

Jangan diabaikan begitu saja

Tubuh manusia memerlukan nutrisi agar bisa berfungsi secara optimal. Sejatinya sebagian besar zat gizi bisa dipenuhi dari makanan. Namun, ada kelompok orang yang berisiko mengalami kekurangan nutrisi karena tak boleh mengonsumsi makanan tertentu. 

Sebut saja orang-orang dengan pola makan vegan yang tidak memasukkan makanan hewani dalam menu sehari-hari. Karenanya, kelompok ini rentan kekurangan vitamin B12, zat gizi yang hanya terdapat pada sumber hewani. Masyarakat negara subtropis juga berisiko kekurangan vitamin D karena rendahnya intensitas sinar matahari, khususnya saat musim dingin.

Sebagai ganti dari makanan, kita bisa memenuhi kebutuhan nutrisi melalui suplemen. Akan tetapi, di antara banyaknya suplemen yang tersedia di pasaran, ada beberapa produk yang memiliki red flag atau tanda peringatan bahaya. Yuk, perhatikan tanda-tandanya!

1. Menawarkan klaim fantastis

5 Red Flag yang Harus Diperhatikan saat Memilih Suplemen Makananilustrasi suplemen (unsplash.com/Daily Nouri)

Demi menarik perhatian calon konsumen, berbagai klaim yang menawarkan hasil fantastis dimunculkan pada sebuah produk. Misalnya saja klaim untuk mencegah atau menyembuhkan penyakit. Klaim ini bisa bersifat menyesatkan, terutama jika tidak berlandaskan penelitian klinis.

Menurut keterangan National Center of Complimentary and Integrative Health, sebuah produk hanya bisa memberikan keterangan mengenai hubungan antara substansi dalam suplemen dengan penurunan risiko dari penyakit tertentu. Namun, tentu saja ini perlu dibuktikan melalui studi klinis yang ekstensif dan komprehensif.

2. Tidak didukung penelitian klinis

5 Red Flag yang Harus Diperhatikan saat Memilih Suplemen Makananilustrasi uji klinis (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Berkaitan dengan poin sebelumnya, nih. Ketiadaan data pendukung yang didapat melalui studi klinis membuat klaim sebuah produk tak dapat dipertanggungjawabkan. Dilansir Livestrong, perusahaan sudah semestinya menerbitkan hasil penelitian bahwa produknya terbukti aman dan efektif.

Jika hasil penelitian tersedia dalam laman resmi perusahaan, kamu tetap harus memperhatikannya secara detail. Sebab, bisa saja klaimnya tidak sesuai dengan dokumen yang tertera.

Baca Juga: Waktu Terbaik untuk Minum 11 Jenis Suplemen, Jangan Salah!

3. Belum melalui pengujian mutu produk

5 Red Flag yang Harus Diperhatikan saat Memilih Suplemen Makananilustrasi uji klinis (pexels.com/Edward Jenner)

Setiap perusahaan dalam industri makanan perlu menerapkan manajemen keamanan pangan. Sebut saja Hazard Analysis Center Control Point (HACCP), Good Manufacturing Practice (GMP), atau International Organization for Standardization (ISO). Ini dibuktikan melalui sertifikat yang dikantongi setiap perusahaan.

Karenanya, produk yang baik ialah produk yang proses pembuatannya mengikuti prinsip-prinsip keamanan pangan. Sebab, itu artinya produk telah diuji mutunya dan telah diverifikasi secara resmi oleh pihak-pihak yang berwenang.

Inilah alasan mengapa kita perlu memastikan apakah perusahaan yang memproduksi sebuah suplemen telah mengantongi sertifikat keamanan pangan, sehingga produknya dijamin aman.

4. Mengklaim produknya terbuat dari bahan alami

5 Red Flag yang Harus Diperhatikan saat Memilih Suplemen Makananilustrasi suplemen herbal (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Bahan-bahan alami kerap dianggap sebagai bahan yang paling baik. Sebab, bahan kimia terlanjur mendapat reputasi buruk di kalangan masyarakat. Padahal, semua hal di dunia ini tersusun atas zat kimia, termasuk tubuh manusia. Karenanya, klaim bahan alami pada suatu produk menjadi tidak relevan. 

Selain itu, suplemen yang mengandung bahan alami seperti tanaman tertentu juga belum tentu lebih baik dan teruji secara efektif. Bahkan, menurut keterangan National Center of Complimentary and Integrative Health, sebagian besar suplemen herbal tidak terbukti mempunyai manfaat yang signifikan bagi kesehatan.

5. Mengandung bahan-bahan yang belum diregulasi

5 Red Flag yang Harus Diperhatikan saat Memilih Suplemen Makananilustrasi suplemen (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Salah satu risiko terbesar dari menggunakan suplemen ialah kehadiran bahan yang belum diuji secara klinis di dalamnya. Jelas saja ini berpotensi buruk bagi kesehatan. Bahkan, sebuah studi melaporkan bahwa beberapa suplemen salah memberi label pada bahan-bahan yang digunakannya.

Sebuah studi dalam jurnal Hepatology Communication pada tahun 2019 menguji bahan-bahan yang terkandung 272 suplemen makanan dan suplemen herbal. Hasilnya, sekitar 51 persen produk salah memberikan label pada bahan-bahan yang terkandung di dalamnya. Lebih parah lagi, beberapa suplemen bahkan mengandung hepatotoksin yang telah lama dikaitkan dengan kerusakan lever atau hati. 

Sebagai konsumen, kita harus bersikap kritis dalam memilih produk suplemen. Sebab, kesalahan dalam menentukan produk bisa berakibat fatal bagi kesehatan. Kita juga bisa berdiskusi dengan tenaga profesional yang ahli di bidangnya. Yuk, jadi konsumen yang cerdas!

Baca Juga: 6 Suplemen untuk Mengatasi Brain Fog, Terbukti secara Ilmiah!

Nadhifa Aulia Arnesya Photo Verified Writer Nadhifa Aulia Arnesya

There's art in (art)icle. Hence, writing an article equals to creating an art.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya