45 Persen Perempuan Berhenti Menyusui karena Harus Kembali Bekerja

Padahal, menyusui berdampak positif pada ibu dan bayi

Seperti yang sering kita dengar, idealnya anak perlu diberi air susu ibu (ASI) hingga usia 6 bulan dan boleh dilanjutkan hingga anak berusia 2 tahun. Namun, kenyataan yang terjadi di lapangan tidak seperti itu.

Studi dalam jurnal Pediatric Gastroenterology, Hepatology, & Nutrition tahun 2015 menemukan hal yang mengejutkan, yaitu 45 persen pekerja perempuan di Indonesia berhenti menyusui karena harus kembali bekerja.

Dalam rangka memperingati World Breastfeeding Week 2023, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengadakan seminar media dengan tema "Persiapan Menyusui bagi Orang Tua yang Bekerja" pada Senin (7/8/2023). Narasumber yang dihadirkan adalah Dr. dr. Naomi Esthernita F. Dewanto, SpA(K), Ketua Satgas ASI IDAI. Berikut ini rangkumannya!

1. Menyusui bisa mencegah kematian ibu dan bayi

Menyusui adalah sebuah investasi yang jarang disadari oleh banyak orang. Menurut Dr. Naomi, menyusui bisa mencegah 823.000 kematian bayi dan 20.000 kematian ibu setiap tahunnya. Selain itu, juga mencegah 20.000 kasus kanker payudara.

Bahkan, menyusui bisa mencegah kehilangan 302 miliar dolar AS di bidang ekonomi setiap tahunnya. Menyusui dikaitkan dengan biaya medis yang lebih rendah karena anak yang disusui memiliki kekebalan tubuh yang lebih baik dan tidak mudah jatuh sakit.

2. Pentingnya memberi nutrisi yang tepat pada 1.000 hari pertama kehidupan anak

45 Persen Perempuan Berhenti Menyusui karena Harus Kembali Bekerjailustrasi menyuapi anak (pexels.com/Helena Lopes)

Dilansir Pregnancy Birth and Baby, 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) mengacu pada kehidupan anak sejak masih di dalam kandungan hingga mencapai usia 2 tahun. Ini adalah masa ketika otak, tubuh, dan sistem kekebalan tumbuh dan berkembang dengan signifikan.

Dokter Naomi menjelaskan keuntungan yang anak dapatkan jika mereka diberi nutrisi yang tepat pada 1.000 HPK, seperti:

  • Kemungkinan akan terlahir dengan berat badan yang sehat.
  • Menurunkan risiko berbagai penyakit, termasuk obesitas dan diabetes tipe 2.
  • Akan menjadi pembelajar yang baik dengan sedikit masalah perilaku di tingkat kanak-kanak.

Salah satu yang bisa memaksimalkan 1.000 HPK adalah ASI eksklusif. Dianggap sebagai "superfood", ASI mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan bayi hingga berusia 6 bulan.

3. Banyak ibu yang terpaksa berhenti menyusui karena harus kembali bekerja

Kenyataannya, tidak semua hal berjalan sesuai kehendak. Semua ibu pasti ingin memberikan ASI eksklusif kepada buah hatinya, tetapi sebagian dari mereka terpaksa berhenti menyusui lebih awal karena harus kembali bekerja.

Menurut Dr. Naomi, perempuan dengan cuti melahirkan kurang dari 3 bulan dilaporkan memiliki durasi menyusui lebih pendek. Selain itu, mereka juga kesulitan memerah ASI (pumping) di tempat kerja karena ruang laktasi yang kurang layak. Bahkan, banyak yang tidak menyediakan ruang laktasi, sehingga mereka terpaksa memompa ASI di toilet.

"Mirisnya, hanya 42 negara yang mewajibkan tempat kerja memiliki fasilitas menyusui," ungkapnya.

Baca Juga: 7 Dampak Mengganti ASI Eksklusif dengan Susu Formula

4. Cuti hamil yang ideal adalah enam bulan

45 Persen Perempuan Berhenti Menyusui karena Harus Kembali Bekerjailustrasi kalender (pixabay.com/tigerlily713)

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendorong pemerintah di semua negara untuk memberikan cuti melahirkan berbayar (paid maternity leave) minimal 18 minggu, meski idealnya adalah 6 bulan. Namun, menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), pada tahun 2018, hanya 12 persen negara yang memberikan cuti melahirkan selama 18 minggu.

Cuti melahirkan di Indonesia hanya 90 hari atau 3 bulan. Berbeda jauh dengan Vietnam yang memberikan cuti melahirkan sebanyak 180 hari atau 6 bulan. Sementara itu, negara dengan cuti melahirkan terlama dipegang oleh Bulgaria (58,6 minggu) dan Yunani (43 minggu).

5. Manfaat cuti melahirkan bagi ibu, bayi, dan perusahaan

Secara garis besar, manfaat cuti melahirkan tidak hanya dirasakan oleh ibu dan bayi, tetapi juga perusahaan. Bagaimana bisa?

  • Bagi ibu: Dikaitkan dengan depresi postpartum yang rendah, perbaikan kesehatan fisik dan mental, serta membantu ibu menjalin ikatan emosional dengan bayinya.
  • Bagi bayi: Dengan mendapatkan ASI yang cukup, sistem imunnya menjadi lebih kuat, tingkat mortalitas (kematian) lebih rendah, dan perkembangan otak lebih baik.
  • Bagi perusahaan: Karena bayi lebih sehat, orang tua tidak perlu sering izin untuk membawa anaknya berobat. Selain itu, pekerja cenderung loyal karena merasa didukung dan pada akhirnya menurunkan angka turnover perusahaan.

6. Perusahaan juga perlu menyediakan ruang laktasi yang layak

45 Persen Perempuan Berhenti Menyusui karena Harus Kembali Bekerjailustrasi ruang laktasi (wikimedia.org/US Department of Labor)

Ruang laktasi atau nursing room merupakan tempat privat di mana ibu bisa menyusui atau menggunakan pompa ASI dengan nyaman. Sayangnya, masih sedikit perusahaan di Indonesia yang menyediakan ruang laktasi.

Lantas, seperti apa ruang laktasi yang layak? Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, seperti:

  • Pintunya bisa dikunci dari dalam (untuk privasi).
  • Terdapat stopkontak untuk menggunakan pompa ASI elektrik.
  • Memiliki pencahayaan dan ventilasi yang baik.
  • Memiliki kursi yang nyaman.
  • Ada meja untuk meletakkan benda.
  • Menyediakan akses ke air bersih.
  • Memiliki lemari es untuk menyimpan ASI yang diperah.

Baca Juga: Ray W Basrowi: Pakar Laktasi yang Dukung Cuti 6 Bulan Ibu Melahirkan

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya