Social Masking, Apa Arti Sebenarnya? Menyingkap Kepalsuan

Ketika kamu terjebak dalam karakter palsu

Sosialisasi adalah aspek penting dalam kehidupan manusia, di mana kita sering kali berusaha untuk memahami dan diterima oleh kelompok sosial tertentu. Namun, ada fenomena yang dikenal sebagai "social masking" yang terjadi ketika seseorang menyembunyikan diri sejatinya untuk bisa berbaur dengan sebuah kelompok.

Meskipun pada awalnya social masking dapat memberikan manfaat segera, seperti diterima dalam kelompok sosial. Namun dalam jangka panjang hal ini akan membawa dampak negatif.

Pada artikel ini, kita akan menjelajahi konsep social masking lebih lanjut, mencari tahu mengapa hal ini terjadi, dampak apa saja yang terjadi, dan memberikan saran tentang bagaimana seseorang dapat membebaskan diri dari pola perilaku ini.

1. Memahami konsep social masking

Social Masking, Apa Arti Sebenarnya? Menyingkap KepalsuanIlustrasi macam-macam perasaan (freepik.com/freepik)

Social masking adalah fenomena yang melibatkan tindakan menyembunyikan perasaan dan kepribadian seseorang yang sebenarnya untuk dapat menyesuaikan diri dan diterima oleh orang lain. Fenomena ini dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari, di mana seseorang mungkin merasa perlu untuk menyembunyikan emosi atau karakteristik pribadi tertentu untuk memenuhi harapan sosial atau menghindari konfrontasi.

Menurut Dr. Ken Fung director of therapy and counselling, Jadis Blurton Family Development Center. Social masking awalnya dikaitkan dengan individu dengan spektrum autisme yang berjuang untuk mengekspresikan emosi dengan cara yang khas. Seiring berjalannya waktu, disadari bahwa ini bukan hanya masalah individu dengan spektrum autisme saja, tetapi  banyak orang "biasa" juga melakukan social masking dalam berbagai situasi.

2. Membongkar akar masalah social masking

Social Masking, Apa Arti Sebenarnya? Menyingkap KepalsuanIlustrasi berpelukan (pexels.com/Karolina Grabowska)

Lingkungan tempat seseorang tumbuh dapat memiliki dampak yang signifikan pada kecenderungan mereka untuk melakukan social masking. Lingkungan yang mendukung dan menerima secara emosional cenderung mendorong harga diri yang lebih tinggi. Di sisi lain, lingkungan yang kritis atau meremehkan dapat menjadi pendorong social masking sebagai cara untuk mencari penerimaan.

Menurut laporan penelitian dalam jurnal Developmental Psychology, menunjukkan bahwa ketika lingkungan keluarga dan sekolah memberikan dukungan emosional yang kuat, individu cenderung lebih percaya diri dalam mengekspresikan diri mereka tanpa perlu menyembunyikan perasaan dan kepribadian mereka.

Baca Juga: 5 Bentuk Hubungan Sosial yang Bisa Meredakan Stres Kamu

3. Dampak jangka pendek dan jangka panjang

Social Masking, Apa Arti Sebenarnya? Menyingkap KepalsuanIlustrasi cemas (pexels.com/Liza Summer)

Meskipun social masking dapat memberikan manfaat langsung seperti diterima dalam kelompok sosial, tetapi social masking juga dapat memiliki dampak negatif jangka panjang. Beberapa efek samping dari social masking adalah keraguan diri yang mendalam dan kecemasan.

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Autism Adulthood, ditemukan bahwa individu yang secara rutin melakukan social masking memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi daripada mereka yang lebih terbuka dalam mengekspresikan diri. Ini menunjukkan bahwa terlalu sering menyembunyikan kepribadian sejati kita dapat mengakibatkan beban emosional yang signifikan

4. Cara mengatasi social masking

Social Masking, Apa Arti Sebenarnya? Menyingkap KepalsuanIlustrasi self-talk (freepik.com/senivpetro)

Melawan self-talk negatif

Dr. Ken Fung menyarankan untuk melawan self-talk negatif sebagai cara untuk menghentikan social masking dan merangkul kepribadian seseorang yang sebenarnya. Mengajukan pertanyaan seperti "Bagaimana jika keadaan tidak seburuk kelihatannya?" dapat membantu mengurangi kekuatan pikiran social masking.

Dengan mengakui self-talk negatif dan menggantinya dengan pikiran yang lebih positif, seseorang dapat lebih mudah untuk menjadi diri sendiri tanpa takut penilaian orang lain (Trew & Alden, 2013).

Identifikasi emosi dan sumbernya

Selain itu, mengidentifikasi emosi dan sumbernya, merupakan cara untuk melepaskan diri dari siklus social masking. Ketika kita mengenali emosi dan apa yang memicunya, kita dapat mengambil langkah-langkah yang lebih sadar dalam menangani perasaan tersebut. Dengan demikian, kita dapat mengurangi kebutuhan untuk menyembunyikan perasaan kita dari orang lain dan lebih terbuka tentang apa yang sebenarnya kita rasakan (Eaton & Bradley, 2008).

Sosialisasi adalah bagian penting dalam kehidupan manusia, tetapi fenomena "social masking" bisa menjadi hambatan yang merugikan dalam jangka panjang. Meskipun awalnya mungkin membantu seseorang diterima dalam kelompok sosial, perilaku ini dapat menghasilkan dampak negatif. Dengan upaya yang tepat, seseorang dapat membebaskan diri dari pola perilaku ini dan hidup lebih autentik serta lebih bahagia. Selalu ingatlah bahwa menjadi diri sendiri adalah kunci untuk kebahagiaan jangka panjang dalam interaksi sosial dan perkembangan diri.

Baca Juga: 5 Alasan Penderita ADHD Berisiko Terkena Social Anxiety

Nida Photo Writer Nida

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Merry Wulan

Berita Terkini Lainnya