4 Cara Mencegah Stunting Sejak Masa Remaja

Stunting bisa dicegah sejak remaja

Stunting adalah masalah gizi yang kompleks. Ini merupakan kondisi gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), stunting adalah pendek atau sangat pendek berdasarkan panjang/tinggi badan menurut usia yang kurang dari -2 standar deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO, yang terjadi karena kondisi irreversible akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat dan/atau infeksi berulang/kronis yang terjadi dalam 1.000 pertama kehidupan (HPK).

Stunting sebagian besar tidak dapat disembuhkan. Seorang anak tidak dapat memperoleh kembali tinggi badannya seperti halnya mereka dapat memperoleh kembali berat badannya.

Anak-anak yang mengalami stunting lebih sering jatuh sakit, kehilangan kesempatan untuk belajar, prestasi sekolahnya kurang baik, dan tumbuh menjadi kelompok yang tidak mampu secara ekonomi, dan lebih mungkin menderita penyakit kronis.

Maka dari itu, langkah terbaik adalah mencegah stunting terjadi. Kapan sebaiknya stunting dicegah?

Memutus rantai stunting sejak dini

Stunting bisa dicegah sejak dari usia pranikah, bahkan sejak remaja. Oleh karena itu, dibutuhkan edukasi dan skrining sejak dini untuk mengetahui apakah remaja maupun calon pengantin mempunyai faktor risiko terjadinya stunting pada anaknya kelak.

Banyak yang mengira bahwa stunting adalah isu untuk orang tua atau ibu hamil. Padahal, stunting merupakan sebuah sikus.

Jika calon ibu mengalami kekurangan gizi sejak remaja, maka ketika melahirkan kelak mempunyai risiko untuk melahirkan anak dengan berat badan lahir rendah.

Berat badan lahir rendah merupakan risiko terjadinya stunting. Demikian pula pada ibu yang stunting, maka anak yang dilahirkan berisiko mengalami stunting.

Jadi, masalah stunting harus menjadi perhatian dengan membangun kesadaran remaja supaya remaja menjaga asupan gizinya untuk mempersiapkan diri sebagai seorang calon ibu.

Stunting merupakan permasalahan yang tidak bisa selesai dengan satu cara, melainkan harus diselesaikan dari segala tingkatan, terutama dengan meningkatkan kualitas remaja putri yang kelak akan melahirkan generasi selanjutnya.

Penganggulangan masalah stunting harus dimulai jauh sebelum seorang anak dilahirkan (periode 1.000 HPK), dan bahkan sejak remaja untuk dapat memutus rantai stunting dalam siklus kehidupan (Aryastami dan Tarigan, 2017).

Mencegah stunting sejak remaja

4 Cara Mencegah Stunting Sejak Masa Remajailustrasi remaja berbaring di sofa (freepik.com/Racool_studio)

Remaja merupakan salah satu sasaran utama dalam upaya pengendalian stunting. Menurut buku Peran Remaja dalam Pencegahan Stunting yang disusun oleh Ratu Matahari, S.KM., M.A., M.Kes. dan Dr. Dyah Suryani, S.Si., M.Kes., berikut ini langkah-langkah yang bisa dilakukan remaja untuk mencegah stunting.

1. Edukasi terkait stunting

Informasi bisa menjadi cara efektif untuk mengubah perilaku. Pemberian informasi terkait stunting, mulai dari pengertian, dampak, penyebab, dan pencegahannya perlu diberikan kepada remaja.

Strategi komunikasi perubahan sosial dan perilaku (Social Behavioral Change Communication atau SBCC) yang bersifat komprehensif dan responsif gender, didesain
dengan tujuan untuk memberdayakan remaja putri dan putra dalam meningkatkan asupan makanan sehat dan aktivitas fisik dengan dukungan dari keluarga, teman, dan komunitas mereka (UNICEF Indonesia, 2021).

Edukasi bisa dilakukan melalui media sosial, peer education melalui teman sebaya (karang taruna, OSIS, dan komunitas remaja), serta edukasi melalui guru di sekolah.

Pembekalan pada remaja terkait dengan:

  • Pemenuhan gizi seimbang.
  • Pentingnya ASI eksklusif, inisasi menyusui dini (IMD), dan makanan pendamping ASI (MPASI) yang baik bagi anak.
  • Olahraga yang cukup.
  • Tidur cukup untuk membantu mencegah anemia.
  • Pemenuhan mikronutrien dan fortifikasi pada makanan.

Baca Juga: Apakah Stunting Bisa Dicegah saat Anak-Anak? Ini Kata Dokter

2. Pemenuhan gizi seimbang

4 Cara Mencegah Stunting Sejak Masa Remajailustrasi tumpeng gizi seimbang (dinkes.banjarmasinkota.go.id)

Remaja diharapkan dapat mempraktikkan gizi yang optimal serta aktivitas fisik selama periode perkembangan.

Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), remaja yang berstatus gizi baik menjadi satu upaya pencegahan stunting dan penurunan angka kematian ibu dan anak.

Remaja, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, adalah penduduk dalam rentang usia 10–18 tahun.

Saat memasuki masa remaja, anak akan mengalami masa pubertas. Pada fase tersebut, remaja akan mengalami pertumbuhan fisik yang disertai oleh perkembangan mental, kognitif, dan psikis. Tidak terpenuhinya gizi pada masa ini dapat menyebabkan gangguan dan hambatan dalam pertumbuhan remaja.

Prinsip gizi seimbang memiliki empat pilar utama:

1. Mengonsumsi makanan yang beraneka ragam

Mengonsumsi menu makanan seimbang tidak hanya satu jenis. Makin beragam jenis makanan yang dikonsumsi, makin terpenuhi asupan kebutuhan gizi harian.

2. Menerapkan pola hidup bersih dan sehat

Perilaku hidup bersih sangat penting untuk melindungi diri dari penyakit, seperti infeksi kuman, bakteri, atau virus. Jika sistem imun lemah, maka radikal bebas atau penyakit akan lebih mudah muncul.

3. Melakukan aktivitas fisik

Asupan gizi yang berlebihan harus diimbangi dengan aktivitas fisik agar tidak meningkatkan risiko obesitas, penyakit jantung, serta penyakit serius lainnya.

4. Menjaga berat badan ideal

Berat badan harus tetap dipantau agar tidak mengalami underweight atau bahkan obesitas yang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit.

Ingat selalu Isi Piringku

Program Isi Piringku bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terkait gizi seimbang. Setiap akan makan, selalu ingat ini:

  • 1/6 piring makan berupa buah berbagai jenis dan warna.
  • 1/6 piring makan berupa lauk-pauk protein baik hewani maupun nabati.
  • 1/3 piring berupa makanan pokok yang terdiri dari karbohidrat kompleks (biji-bijian/beras), artinya membatasi karbohidrat simpleks (gula, tepung-tepungan, dan produk turunan dari tepung).
  • 1/3 piring makan berupa berbagai jenis sayur-sayuran.

3. Mengonsumsi tablet tambah darah

Remaja putri rentan menderita anemia karena banyak kehilangan darah saat menstruasi.

Remaja yang mengalami anemia berisiko tinggi untuk mengalami anemia pada masa kehamilannya. Hal ini akan berdampak pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan janin, serta berpotensi menimbulkan komplikasi kehamilan dan persalinan.

Oleh karena itu, remaja dan perempuan usia subur perlu meminum tablet tambah darah sebanyak satu kali dalam seminggu, atau sesuai saran dokter.

4. Memilih makanan yang sehat

4 Cara Mencegah Stunting Sejak Masa Remajailustrasi makanan dengan gizi seimbang (istockphoto.com/Magda Tymczyj)

Memilih makanan yang sehat bertujuan untuk menjaga kualitas asupan makanan. Selain itu, remaja juga harus mempertimbangkan keamanan pangan makanan yang akan dikonsumsi.

Makanan yang aman artinya tidak tercemar oleh bahan berbahaya yang bisa berdampak buruk bagi kesehatan. Misalnya makanan yang mengandung cemaran biologis seperti kuman, bakteri, dan jamur.

Bahan cemaran lainnya bisa berasal dari bahan kimia maupun cemaran fisik.

Selain itu, sebaiknya hindari mengonsumsi makanan yang mengandung formalin, contohnya makanan yang tidak basi dalam beberapa hari yang disimpan pada suhu ruang.

Hindari juga makanan yang mengandung bahan pewarna berbahaya (misalnya rhodamin B), makanan yang menimbulkan rasa sakit di tenggorokan, serta makanan dengan pewarna makanan yang menempel dan atau membekas pada kulit maupun tangan.

Makanan yang mengandung boraks juga harus dihindari. Indikasi makanan yang mengandung boraks biasanya ditemukan pada bakso atau jenis makanan lain dengan tekstur yang sangat kenyal dan terdapat rasa getir serta berorama sangat tajam.

Makanan ataupun minuman kemasan juga harus dihindari apabila diketahui memiliki kerusakan pada kemasan, berbau dan terbukti kedaluwarsa.

Penganggulangan masalah stunting harus dimulai jauh sebelum seorang anak dilahirkan, dan bahkan sejak remaja untuk dapat memutus rantai stunting dalam siklus kehidupan.

Remaja yang nantinya menjadi calon ibu di masa depan diupayakan agar dapat melahirkan generasi emas bebas stunting. 

Baca Juga: 3 Cara Identifikasi Wasting pada Anak, Beda dengan Stunting

Topik:

  • Nurulia R F
  • Delvia Y Oktaviani

Berita Terkini Lainnya