Supaya Gak Gagal Paham, Mari Luruskan 6 Mitos Tentang Skizofrenia Ini!
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Skizofrenia merupakan salah satu penyakit mental, dimana pengidapnya mengalami gangguan proses berpikir dan respon emosi yang lemah. Kondisi ini kerap dimanifestasikan dalam bentuk halusinasi pendengaran, paranoid, waham, cara berbicara dan berpikir yang kacau, bahkan disertai disfungsi sosial yang signifikan.
Nah, dilansir dari laman The Health Site dan Bright Side, rupanya inilah mitos tentang skizofrenia yang lazim dipercaya oleh awam. Yuk, bantu luruskan sesuai fakta!
1. Pengidap skizofrenia memiliki kepribadian ganda
Faktanya, pengidap skizofrenia bukannya berkepribadian ganda, melainkan kehilangan kontak dengan realitas yang mempengaruhi mentalnya akibat gangguan pada proses berpikir, berkomunikasi, serta berperilaku. Imbasnya, mereka kesulitan membedakan antara kenyataan dengan delusi ataupun halusinasi.
2. Pengidap skizofrenia tak dapat disembuhkan
Beragam penelitian dan perkembangan di bidang kedokteran membuka peluang bagi kesembuhan pengidap skizofrenia. Melalui pengobatan dan terapi yang tepat, serta modifikasi gaya hidup untuk pasiennya, penyakit mental yang satu ini dapat diatasi. Pengidap skizofrenia pun dapat hidup normal layaknya orang-orang pada umumnya.
3. Pengidap skizofrenia mengalami keterbelakangan mental
Walaupun termasuk penyakit mental, tapi pengidap skizofrenia bukannya berketerbelakangan mental. Mereka memang kadang mengalami masalah komunikasi dan perhatian, namun mereka tetap memiliki kecerdasan normal. Bahkan, tak sedikit dari pengidapnya yang mendulang prestasi, lho.
Baca Juga: Jangan Diremehkan, Kenali 7 Tanda yang Termasuk Gejala Skizofrenia
Editor’s picks
4. Skizofrenia disebabkan kelalaian pola asuh oleh orangtua
Pola asuh yang buruk mungkin menjadi salah satu penyebabnya, tapi hal tersebut tak berlaku mutlak pada semua pengidap skizofrenia. Pasalnya, ada beragam faktor yang memicu skizofrenia. Mulai dari genetis, kondisi pra-kelahiran, cedera otak, trauma, tekanan sosial, stress, hingga penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan psikotropika.
5. Pengidap Skizofrenia lebih banyak wanita
Penyakit mental yang satu ini bersifat universal, dengan 1% penduduk dunia yang menjadi pengidapnya. Lebih lanjut, berdasarkan data dari WHO (World Health Organization), sekitar 23 juta orang di seluruh dunia mengidap Skizofrenia. Lebih rinci, sebanyak 13 juta penderita merupakan pria, dan sisanya adalah wanita.
Salah satu teori menemukan bahwa kadar hormon estrogen yang relatif lebih tinggi dalam tubuh wanita ternyata berperan untuk mencegah ketidakseimbangan neurotransmitter (zat kimia di dalam otak), seperti dopamine dan glutamat yang berpengaruh dalam Skizofrenia.
6. Pengidap skizofrenia mengalami gejala yang sama
Pengidap Skizofrenia melalui gejala yang bervariasi. Mulai dari psikosis akut, halusinasi, atau delusi saja, bahkan mungkin mengalami lebih banyak gejala dibandingkan pengidap yang lain. Pasalnya, perkembangan kondisi pada setiap pengidapnya memang beragam.
Selain itu, penyakit mental ini pun berkembang sangat lambat sehingga episode-episode kekambuhannya mungkin tak sempat terdeteksi pada fase awal. Namun, Skizofrenia umunya mulai muncul pada fase remaja atau dewasa muda.
Nah, mari bantu meluruskan mitos-mitos seputar Skizofrenia tersebut. Serta, semoga pengidap Skizofrenia lekas sembuh!
Baca Juga: Seperti Apa Rasanya Menjadi Orang yang Menderita Skizofrenia?
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.