5 Mitos Pelecehan Seksual yang Dialami Cowok, Gak Boleh Diremehkan!

Semua orang bisa menjadi korban pelecehan seksual

Pelecehan seksual kerap kali dianggap hanya terjadi pada kaum hawa. Padahal, penelitian yang dilakukan Shanta dan kawan-kawan pada tahun 2005 menunjukkan, bahwa 16 persen dari 17 ribu responden adalah laki-laki yang pernah mengalami pelecehan seksual, saat mereka masih di bawah usia 18 tahun. Bahkan, menurut penelitian yang dilakukan di Bureau tahun 2013, 1 dari 10 korban pemerkosaan adalah cowok.

Sayangnya, kebanyakan laki-laki korban pelecehan seksual masih memilih bungkam dengan apa yang mereka alami karena adanya stigma toxic masculinity hingga mitos-mitos tertentu. Melansir Psychiatric Times, menurut profesor psikiater bernama Joan dan Psikolog Klinis Amy, berikut lima mitos yang harus dienyahkan tersebut.

1. Laki-laki gak mungkin menolak melakukan hubungan seksual

5 Mitos Pelecehan Seksual yang Dialami Cowok, Gak Boleh Diremehkan!ilustrasi laki-laki sedang menangis (unsplash.com/Claudia Wolff)

Individu mana pun bisa menjadi korban pemerkosaan dan pelecehan. Bila seseorang gak ingin melakukan hubungan seksual atau gak bisa memberikan consent sepenuhnya, maka hal itu sudah termasuk pemaksaan dalam kegiatan seksual yang gak diinginkan.

Sayangnya, karena anggapan umum yang berpikir bahwa laki-laki selalu menginginkan seks, banyak orang yang mengira kalau laki-laki gak mungkin menolak hubungan seksual tanpa consent.

Padahal bila seorang laki-laki digoda secara verbal atau disentuh tanpa izin oleh orang lain di area tubuh yang sensitif, hal tersebut sudah termasuk dalam pelecehan seksual dan bisa diadukan.

2. Laki-laki gak begitu terpengaruh dengan pelecehan seksual dibanding perempuan

5 Mitos Pelecehan Seksual yang Dialami Cowok, Gak Boleh Diremehkan!ilustrasi laki-laki yang mengonsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang (pexels.com/MART PRODUCTION)

Sama seperti perempuan, laki-laki juga terpengaruh dengan pelecehan seksual yang mereka terima meskipun cara laki-laki mengekspresikannya akan berbeda.

Menurut seorang psikolog klinis bernama Anthony J. Nedelman dilansir Psychology Today, karena budaya selalu menuntut laki-laki untuk bersikap kuat, biasanya laki-laki yang menjadi korban pelecehan seksual akan merasa bingung dan malu. Hal ini karena mereka merasa seharusnya mereka mampu membela diri.

Selain itu, ereksi dan ejakulasi sering menyebabkan semakin banyak kebingungan mengenai reaksi fisiologis mereka. Misalnya, seorang laki-laki yang dilecehkan secara seksual oleh laki-laki lain dan mengalami orgasme mungkin mempertanyakan orientasi seksualnya.

Gak hanya itu, laki-laki juga dapat menderita masalah kesehatan mental setelah mengalami pelecehan seksual seperti gangguan kecemasan, depresi, penyalahgunaan zat, hingga PTSD.

Baca Juga: 6 Cara Mengajarkan Anak Terhindar dari Pelecehan Seksual

3. Laki-laki yang mengalami ereksi atau ejakulasi saat dilecehkan berarti juga menikmati dan menginginkan hal tersebut

5 Mitos Pelecehan Seksual yang Dialami Cowok, Gak Boleh Diremehkan!ilustrasi laki-laki sedang frustrasi (pexels.com/Alena Darmel)

Kenyataannya, justru banyak laki-laki yang mengalami ereksi hingga ejakulasi saat mengalami pelecehan seksual. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, ereksi atau ejakulasi saat dilecehkan sering kali membuat para korban bingung.

Namun sama seperti detak jantung kita, reaksi fisik seperti ereksi dan ejakulasi sering kali berada di luar kendali seseorang. Jadi, ketika seorang laki-laki mengalami ereksi atau bahkan ejakulasi saat dilecehkan, bukan berarti dia gak menderita dengan hal tersebut. 

4. Laki-laki gak mungkin diperkosa oleh perempuan

5 Mitos Pelecehan Seksual yang Dialami Cowok, Gak Boleh Diremehkan!ilustrasi laki-laki menjadi korban kekerasan perempuan (pexels.com/Karolina Grabowska)

Sama seperti kasus KDRT yang dapat dilakukan perempuan kepada laki-laki, perempuan pun bisa menjadi pelaku pemerkosaan terhadap laki-laki. Namun, karena anggapan umum mengira laki-laki jauh lebih kuat dibanding perempuan, sering kali orang-orang berpikir kalau perempuan gak mungkin menjadi pelaku.

Meski begitu, hal tersbeut tetap bisa terjadi. Bahkan, kejahatan jenis ini justru lebih sering gak dilaporkan karena adanya stereotip gender. Ya, orang-orang biasanya langsung menganggap, bahwa korban pemerkosaan pastilah perempuan dan laki-laki adalah pelaku. Padahal faktanya, laki-laki bisa dipaksa melakukan penetrasi atau dipaksa melakukan oral sex dan aktivitas seksual lainnya oleh perempuan.

5. Laki-laki menjadi LGBTQ+ saat dilecehkan oleh sesama jenis

5 Mitos Pelecehan Seksual yang Dialami Cowok, Gak Boleh Diremehkan!ilustrasi lgbtq+ (unsplash.com/james a. molnar)

Mitos terakhir yang juga masih sering menjadi stigma di masyarakat adalah laki-laki korban pelecehan sesama jenis akan langsung menjadi LGBTQ+.

Memang laki-laki korban pelecehan seksual dapat mempertanyakan orientasi seksualnya, mengalami trauma, dan merasa insecure. Namun, bukan berarti mereka yang menjadi korban pelecehan seksual dapat langsung mengubah orientasi seksual dan identitas gender-nya. Hal ini kembali lagi kepada keputusan setiap individu akan bagaimana mereka melihat dan menerima dirinya sendiri.

Hal yang terpenting adalah kita semua harus memahami bahwa baik perempuan maupun laki-laki, anak-anak, hingga orang tua bisa menjadi korban pelecehan seksual. Untuk itu, kita harus saling menjaga dan berani melapor, termasuk gak boleh menghakimi dan meremehkan aduan korban.

Baca Juga: 5 Tips Menghindari Pelecehan Seksual di Tempat Umum

Rastianta Rinandani Photo Verified Writer Rastianta Rinandani

Instagram: rastiantar

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ines Sela Melia

Berita Terkini Lainnya