ilustrasi makanan sehat (unsplash.com/Brooke Lark)
Dijelaskan dalam laman Parkway East Hospital, ada banyak risiko kesehatan jika mengonsumsi mi instan setiap hari. Berikut ini beberapa alasan mengapa mi instan buruk bagi kesehatan:
Tinggi natrium
Satu porsi mi instan mengandung antara 397–3.678 mg sodium per 100 gram porsi, bahkan bisa lebih. Meskipun natrium adalah mineral penting untuk fungsi tubuh, tetapi kalau terlalu banyak tentu tidak baik untuk kesehatan.
Salah satu penyumbang asupan natrium terbesar adalah makanan olahan, termasuk mi instan. Pola makan tinggi garam dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker perut, penyakit jantung, dan stroke.
Pada individu yang sensitif terhadap garam, pola makan tinggi natrium dapat meningkatkan risiko hipertensi yang pada gilirannya dapat berdampak negatif pada kesehatan jantung dan ginjal.
Mengingat rekomendasi asupan natrium maksimal 2.000 mg per orang per hari (1 sendok teh garam per orang per hari atau 5 gram per orang per hari) menurut Permenkes Nomor 30 Tahun 2013, mengonsumsi satu bungkus mi instan bisa sangat menyulitkan kita untuk menjaga asupan natrium dalam batas aman yang disarankan.
Kalau kamu makan beberapa bungkus mi instan setiap hari, berarti asupan natrium kamu sangat besar.
Natrium merupakan zat tambahan yang sangat umum ditemukan dalam banyak makanan olahan. Peran utamanya adalah untuk meningkatkan rasa dan kelezatan makanan.
Meskipun banyak digunakan dalam berbagai jenis makanan dan disetujui untuk dikonsumsi, tetapi ada kekhawatiran mengenai efek jangka pendek dan jangka panjangnya pada tubuh.
Beberapa penelitian juga mengaitkan konsumsi MSG yang tinggi dengan obesitas dan peningkatan tekanan darah. Namun, secara umum sejumlah kecil MSG dalam mi instan kemungkinan besar tidak akan menimbulkan efek samping selama dikonsumsi dalam jumlah sedang.
Rendah serat dan protein
Meskipun merupakan makanan rendah kalori, tetapi mi instan diketahui rendah serat dan protein sehingga ini bukan pilihan yang baik untuk menurunkan berat badan.
Protein telah terbukti meningkatkan rasa kenyang dan mengurangi rasa lapar, sementara serat bergerak perlahan melalui saluran pencernaan sehingga meningkatkan rasa kenyang.
Mengingat rendahnya kadar protein dan serat, mengonsumsi mi instan secara rutin kemungkinan besar tidak akan memuaskan rasa lapar atau membuat kamu merasa kenyang.
Selain itu, pola makan rendah serat dikaitkan dengan risiko lebih tinggi terhadap kondisi pencernaan seperti sembelit dan penyakit divertikular, serta berkurangnya bakteri usus sehat.
Kualitas makanan yang buruk
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi mi instan secara teratur dikaitkan dengan kualitas makanan yang buruk secara keseluruhan.
Mereka yang makan mi instan diketahui mengalami penurunan asupan protein, kalsium, vitamin C, fosfor, zat besi, niasin, dan vitamin A secara signifikan.
Responden juga mengalami peningkatan asupan natrium dan kalori. Mi instan terbukti meningkatkan risiko seseorang terkena sindrom metabolik.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, rekomendasi maksimal makan mi instan adalah dua kali dalam seminggu. Jika ingin menikmatinya, tambahkan topping sehat seperti sayuran, daging ayam, atau telur. Pola makan sehat bergizi seimbang lewat makanan utuh tetap harus menjadi prioritas untuk menjaga kesehatan.