Studi: Vape Bisa Tingkatkan Depresi dan Kecemasan

Lebih dari separuh pengguna vape mengalami depresi

Vape atau rokok elektronik merupakan salah satu jenis penghantar nikotin dan tetrahidrokanabinol atau THC (senyawa utama pada ganja). Hadir dengan bentuk dan rasa yang bermacam-macam, vape menjadi alternatif rokok tradisional yang populer.

Karena penggunaan vape yang makin meningkat, American Heart Association melakukan studi terkait hubungan penggunaan vape dan masalah kecemasan.

Penelitian tersebut menemukan bahwa vaping bisa menimbulkan gejala kecemasan. Studi tersebut dipaparkan dalam Association’s Epidemiology, Prevention, Lifestyle & Cardiometabolic Health Scientific Sessions 2023 pada Maret silam. Sebagai catatan, penelitian ini belum dipublikasikan dalam jurnal peer-review.

1. Melibatkan 2.505 remaja dan dewasa muda

Studi: Vape Bisa Tingkatkan Depresi dan Kecemasanilustrasi remaja sedang main smartphone (pexels.com/Pixabay)

Para peneliti menyurvei 2.505 remaja dan dewasa muda, usia 13–24 tahun. Ini dilakukan untuk mengukur perbedaan kesehatan mental antara pengguna vape nikotin saja, pengguna vape THC saja, pengguna vape THC dan nikotin (dual vaper), dan orang yang tidak pernah vaping.

Studi ini berfokus pada 1.921 orang yang belum pernah menggunakan vape atau tidak vaping dalam 30 hari terakhir. Dari jumlah tersebut, sebanyak 562 peserta mengatakan mereka tidak pernah vaping, 370 hanya vaping nikotin, 159 hanya vaping THC, dan 830 dual vaper.

2. Lebih dari 50 persen pengguna vape mengalami depresi

Studi: Vape Bisa Tingkatkan Depresi dan Kecemasanilustrasi depresi (pixabay.com/HolgersFotografie)

Sekitar 70 persen dari pengguna vape yang hanya menggunakan THC mengalami gejala kecemasan seperti kekhawatiran, kilas balik, serangan panik, dan kecemasan situasional selama minggu sebelumnya.

Selain itu, 60 persen dari pengguna vape yang hanya menggunakan nikotin serta dual vaper dilaporkan mengalami gejala serupa. Untuk partisipan yang tidak pernah menggunakan vape, hanya 40 persen dari mereka yang mengalami gejala kecemasan.

Lebih dari separuh semua jenis pengguna vape melaporkan depresi, seperti kesulitan melakukan aktivitas yang mereka sukai dalam seminggu terakhir. Bagi mereka yang tidak menggunakan vape, hanya 25 persen yang mengalami ini.

Tak hanya itu, lebih dari 50 persen orang dalam semua kelompok vaping dilaporkan memiliki pikiran untuk bunuh diri dalam satu tahun terakhir dibandingkan dengan yang tidak pernah menggunakan vape, hanya sekitar sepertiga dari mereka yang tidak menggunakan vape memiliki pikiran tersebut.

Baca Juga: Studi: Hewan dengan Otak yang Besar Cenderung Menguap Lebih Lama

3. Dampak nikotin dan THC sangat bergantung pada penggunaan individu

Studi: Vape Bisa Tingkatkan Depresi dan Kecemasanilustrasi vape (unsplash.com/RELX)

Ben Spielberg, seorang ahli saraf dan ahli kecanduan, mengatakan kepada Healthline bahwa sulit untuk menjelaskan dampak dari nikotin dan THC karena keduanya bekerja secara berbeda di otak.

Sebagian besar efeknya tergantung pada individu, dosis, dan cara yang mereka gunakan untuk mengonsumsi  konsumsi nikotin dan THC. 

"Dalam banyak kasus, THC terbukti membantu mengurangi depresi dan kecemasan, tetapi ini sangat bergantung pada keadaan individu," kata Spielberg.

Dia menambahkan bahwa orang yang mengalami depresi lebih cenderung melakukan dual vape. Menurutnya, aspek penting yang harus ditindaklanjuti dari penelitian ini adalah dosis nikotin dan THC yang digunakan, serta cara konsumsi dari kedua zat tersebut.

Penelitian menemukan bahwa penggunaan vape bisa memengaruhi kemungkinan seseorang mengalami kecemasan. Orang yang menggunakan vape nikotin, THC, atau keduanya juga mengalami gejala depresi.

Baca Juga: Studi: Diskriminasi di Tempat Kerja Tingkatkan Risiko Darah Tinggi

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya